-playlist chapter: Alone by Alan Walker
...
Isana segera berlari menuju meja Julie berada dengan terburu-buru. Sedangkan salah satu tangannya memegang secarik kertas berisi memo yang tadi CEO Henry diktekan.
"Julie, sepertinya kamu akan sangat sibuk." Pekik Isana lalu menyodorkan kertas yang ia bawa.
Julie menerima kertas itu dengan wajah yang penuh tanda tanya. Membacanya perlahan sebelum akhirnya memekik tanpa suara. Untuk mendramatisasi keadaan, Julie mengacak-acak rambutnya sendiri untuk beberapa saat sebelum menyadari perbuatannya.
"Bos Besar benar-benar sesuatu. Tapi aku bisa mengerti jika Bos Besar kita tidak mau ada skandal sebelum pernikahan mereka. Aktris seperti Winola memang selalu saja mengundang kontroversi yang kadang membuatku pening." Sahut Julie diikuti memijit salah satu pelipisnya yang sama sekali tidak pusing.
"Apa hubungannya denganmu? Kalian sama sekali tidak ada hubungan darah atau kerabat." Tanya Isana tidak mengerti.
Sebaliknya, Julie kembali memijit salah satu pelipisnya yang lain karena kebodohan Isana. Sahabatnya itu, kadang kala memang terlalu lurus dan hanya memikirkan pekerjaan. Benar-benar memikirkan pekerjaan ketika berada di tempat kerja!
"Kamu memang benar-benar bodoh, lugu atau polos? Jika Winola ingin membuat skandal pasti akan ada produk baru yang akan segera diluncurkan oleh perusahaan entah mana lagi...tapi mungkin kamu tidak paham." Celetuk Julie kesal, mendorong tubuh Isana untuk segera kembali ke ruang rapat.
Isana tersandung kakinya sendiri saat berjalan ke depan dan itu membuat Julie tertawa tanpa suara. Bahkan, kepala Julie menggeleng-geleng cukup lama. Membuat rambut ikalnya beterbangan kesana dan kemari seperti tertiup angin topan.
"..."
Isana kembali ke ruang rapat dengan penuh tanda tanya yang tidak bisa dia jawab karena memang otak Isana tidak akan sampai dengan apa yang Julie bicarakan. Sedangkan rapat kembali berjalan seperti biasa.
Pembicaraan dilanjutkan tentang akuisisi salah satu anak perusahaan Meyer yang akan di lakukan dalam waktu dekat. Kemudian akan dilanjutkan dengan akuisisi beberapa perusahaan Meyer yang lain setelah pernikahan Henry dan Winola.
"Otis, apa semua perusahaan Meyer pada akhirnya akan jatuh ke tangan konglomerasi Lehmann?" tanya Isana setelah rapat selesai.
Otis adalah senior Isana sewaktu mereka kuliah. Dan hubungan mereka lebih seperti kakak dan adik yang bisa dikatakan cukup akrab. Otis menganggap Isana seperti adiknya karena tahu Isana adalah yatim piatu yang tidak mengenal lelah berusaha untuk memperbaiki diri dari keterpurukkan.
Otis bisa melihat itu saat penerimaan mahasiswa baru. Di hari pertama, Isana tampak bingung menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus yang heterogen. Sedangkan, Otis merasa terpanggil untuk membantu.
Isana, secara tidak langsung mengingatkan Otis pada mendiang sepupunya yang sedikit banyak mirip. Isana yang lucu. Isana yang polos menatap kerumunan dengan mata berbinar menakjubkan.
Otis seperti menemukan sosok mendiang sepupunya pada kepribadian Isana.
Selain karena karakter Isana yang mencerminkan gadis baik yang sesungguhnya. Sementara Isana menganggap Otis seperti senior yang sangat dihormati karena selama ini Otis banyak membantu Isana selain yang bisa Julie lakukan.
Mungkin Isana tidak tahu jika Otis lah yang menyuruh Julie untuk membawa Isana melamar di perusahaan. Otis tidak ingin Isana merasa tidak nyaman karena menerima bantuan Otis yang tidak ada habisnya semasa kuliah.
Karena, Otis benar-benar menganggap Isana seperti adik sepupu perempuannya sendiri.
"Itu bukan urusan kita. Isana, lebih baik kamu segera cek pekerjaan Tim Humas karena sebentar lagi kita akan mengadakan konferensi pers." Balas Otis memerintah.
"Baik, baik." gerutu Isana kembali ke dalam ruang kerjanya di mana ada setumpuk dokumen yang menggunung.
Hari mereka akan sangat sibuk untuk beberapa waktu dan Otis sedang tidak bisa bergosip santai dengan Isana walaupun hal itu adalah sesuatu yang ingin Otis lakukan. Jadwal mereka sangat tidak bisa membiarkan mereka bersantai.
...
Konferensi pers diadakan di depan lobi kantor pusar Lehmann Corp.
Henry Lehmann berdiri mengenakan jas hitam yang biasa di pakai namun sedikit berbeda karena Henry tidak biasanya mengencangkan dasi. Sesuatu yang akan Henry lakukan jika sedang menghadapi situasi yang luar biasa.
"Apa yang akan Bos Besar katakan pasti akan mengguncang seluruh negeri. Isana, sebagai sekretaris dari CEO, apa kamu tidak merasa ini adalah sesuatu yang luar biasa?" kata Julie dari balik partisi kaca yang memisahkan mereka.
Posisi Isana ada di depan sedang mengawasi jalannya konferensi pers. Sedangkan Julie mencuri pandang untuk sekedar mengintip situasi halte yang penuh dengan reporter.
"Entah, Julie. Aku sangat lelah hari ini dan tidak bisa memberi banyak komentar untuk apa yang sedang terjadi. Yang aku lihat hanyalah sebuah cara untuk mempermudah ekspansi bisnis Lehmann Corp dan sebaliknya. Keluarga Meyer terlalu tamak untuk kehilangan beberapa saham tanpa ada perjanjian yang saling menguntungkan." komentar Isana sedikit berbobot.
Julie pun hanya bisa menganggukkan kepala. Karena semua yang Isana katakan adalah kebenaran. Bagi orang kaya, pernikahan tidak lain hanya sebagai legalitas mereka untuk menguasai satu sama lain. Sebab tidak banyak terjadi kisah cinta sejati seperti si kaya dan si miskin di dunia ini.
"Terima kasih telah datang ke Lehmann Corp. Tentu kalian sudah tahu tentang pertunanganku dengan Winola Meyer yang mestinya cukup menggemparkan dunia hiburan. Untuk itu, sebagai salah satu langkah strategis dengan ini secara resmi Lehmann Corp akan mengakuisisi agensi yang menangani aktris Winola Meyer beserta seluruh jajarannya.
Semua hal yang terkait manajemen atau proses legalitas akan dilakukan oleh asistenku, Otis. Aku berharap jika kegelisahan atau skandal tidak menarik yang belakang ini beredar akan segera mereda. Tidak ada hubungan lain selain pertunangan diriku dan Winola Meyer.
Kalian, yang berkecimpung di dunia hiburan semestinya mengerti jika tidak semua gosip atau isu adalah sebuah fakta. Jika kalian hanya berniat mencari keuntungan dari apa yang sedang terjadi baru-baru ini maka aku tidak segan-segan menindaklanjutinya melalui Tim Pengacara Lehmann Corp." kata Henry memberi pengumuman resmi.
Suara mendengung seperti lebah dan kelap kelip lampu flash menerangi ruangan dan menyorot wajah tegas Henry yang berdiri sebagai pusat perhatian.
"Jadi, yang Anda lakukan ini adalah untuk mengalihkan isu tersebut?" tanya seorang wartawan yang berdiri di kerumunan bagian tengah.
Tatapan tajam mata Henry langsung tertuju pada wartawan tersebut. Dengan tangan terkepal Henry mengatur napas untuk menjawab ocehan sampah tersebut.
"Mengapa Anda berasumsi seperti itu?" balas Henry dengan nada dingin.
...
To Be Continue ...
Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.