...
Sontak Gary tertawa terbahak-bahak melihat wajah datar Isana setelah bertanya semacam itu. Kadang kala, istrinya akan menunjukkan ekspresi yang sangat lucu dan otomatis akan membuat Gary tertawa tanpa sadar.
"Siapa yang kamu maksud?" tanya Gary setelah berhenti tertawa.
"Kamu yang mengaku sopir pribadinya tidak tahu? Winola Meyer hari ini bertunangan dengan seorang pengusaha yang dirancang oleh keluarga Meyer. Sebaiknya kamu segera ganti channel berita terkini" gerutu Isana kesal.
Kadang, Isana pun tidak habis pikir dengan suaminya itu. Gary yang dulu pertama kali Isana kenal sudah berubah jauh setelah mereka menikah. Entah kenapa Isana selalu merasa jiwa Gary bukan sedang bersama mereka meski secara teknis mereka sedang bersama.
Refleks, Gary mengambil remot TV lalu mengganti saluran berita. Dan benar seperti yang dikatakan istrinya, Gary dengan jelas melihat wajah Winola yang sedang diwawancara oleh salah satu kanal berita gosip terkemuka tentang pertunangannya.
Dalam berita itu, sama sekali tidak ditampilkan wajah pria yang beruntung telah bertunangan dengan Winola. Dan itu hanya semakin membuat dada Gary dipenuhi oleh bara api amarah. Kenapa Winola tidak memberitahu dirinya tadi pagi?
Apakah acara mereka bermain-main adalah sebuah acara perpisahan yang sengaja Winola susun supaya Gary tidak merasa sakit hati. Tapi, bahkan Winola pun tidak berkata jika itu adalah acara pertunangan melainkan hanya acara keluarga besarnya.
Lalu, siapa yang benar dan siapa yang salah disini?
Gary bingung. Gary juga tidak mengerti jika Winola telah menipu dirinya seharian. Permasalahannya bukan karena Winola telah bertunangan dengan seseorang, melainkan karena Winola tidak memberi tahu apa pun tentang apa yang sedang terjadi.
"Ini tidak mungkin. Istriku, tolong katakan ini tidak mungkin. Kenapa aku tidak tahu?" desis Gary hampir seperti orang gila.
"Tenang kan dirimu, sayang. Kamu pasti sangat mengagumi Winola Meyer hingga membuatmu merasa kecewa begini." Desah Isana prihatin.
Melihat suaminya setengah depresi membuat Isana menggeleng-gelengkan kepala. Sejak bekerja di perusahaan agensi Winola, Gary tidak sekali pun menunjukkan gejala seperti saat ini dan itu cukup membuat Isana khawatir karena mata kecil Leon sedang memperhatikan ayahnya.
"Ayah kenapa? Ayah tidak lupa janji untuk membelikan robot kan?" rengek Leon beringsut ke pelukan ibunya.
Seakan tersadar, Gary menatap Leon dengan mata berkaca-kaca. Gary seakan lupa jika saat ini dia sedang ada dirumah. Tidak ada Winola. Tidak ada kebebasan.
"Oh iya, ayah akan belikan besok. Ayah janji." Kata Gary parau
"Oke Leon, biarkan ayahmu istirahat ya." Kata Isana menuntun Gary ke dalam kamar.
Isana menyelimuti Gary dengan selimut hingga kepala. Mengusap ujung rambut Gary hingga berantakan.
"Jika kamu ingin menunjukkan wajah shock mu itu sebaiknya lihat situasi. Ada anak kita yang melihat. Kamu...setidaknya berilah sedikit contoh baik seorang ayah kepada anakmu sendiri." Bisik Isana di telinga Gary.
Apa pun itu, Gary tidak peduli.
Gary segera memejamkan mata untuk sedikit memberi penghiburan bagi dirinya sendiri. Sementara itu, otaknya sedang berputar-putar hebat menyusun kata-kata untuk dia katakan kepada Winola besok. Dan satu lagi, Garya akan secara terang-terangan meminta uang kepada Winola demi Leon.
Percaya atau tidak, Leon adalah permata Gary satu-satunya yang berharga. Dan Gary juga tidak ingin kehilangan Leon dalam hidupnya. Maka dari itu, keinginan sepele Leon meminta mainan harus Gary penuhi bahkan jika harus mengancam Winola untuk memberinya uang.
...
Hari telah berganti. Gary memasang kembali topeng seorang ayah yang baik dan suami pengertian sebelum berangkat bekerja. Membantu Isana memasak atau membereskan meja dapur. Tidak lupa, Gary mengantar Leon ke sekolah.
"Sayang, apa ada yang kamu inginkan? Leon hanya meminta mainan robot seperti temanya dan kamu mau meminta apa dariku? Katakan saja, pasti aku akan membelikannya untukmu." Bisik Gary saat mereka sendang sarapan pagi.
Isana mengerutkan salah satu alisnya. Isana tahu Gary sedang bertingkah aneh, mungkin untuk menutupi rasa kecewanya karena idolanya telah bertunangan maka Gary menjadi sangat perhatian kepada keluarganya.
Isana pun pura-pura berpikir keras sebelum memberi jawaban.
"Sebenarnya ada satu hal. Aku ingin tas baru karena tas ku yang lama telah sobek pada salah satu ujungnya. Yang kedua, adalah aku ingin kamu baik-baik saja dan selalu berusaha menjaga dirimu untuk tetap baik-baik saja. Ingat Gary, ada Leon yang masih membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya." Kata Isana bersungguh-sungguh.
"Kamu bilang hanya satu, tapi ternyata ada dua. Baiklah, aku akan belikan kamu tas kerja baru dan kau tidak perlu khawatir karena aku akan tetap baik-baik saja. Maaf jika kemarin aku hanya syok. Aku tidak bermaksud untuk bunuh diri seperti yang sedang kamu pikirkan. Kamu tenang saja. Leon adalah permataku dan kamu adalah permaisuriku, mana mungkin aku menyia-iyakan hidup yang sudah sangat sempurna ini." Balas Gary lembut, membuat Isana tersenyum.
Menenangkan hati Isana adalah satu hal paling mudah yang bisa Gary lakukan. Dan karena Isana telah memberikan seorang putra yang sangat lucu dan menggemaskan maka Gary tidak bisa membenci Isana. Meski Gary tidak bisa mencintai Isana dengan tulus, setidaknya Gary bisa memperlakukan Isana selayaknya istri yang sempurna.
"Hentikan kata-kata manismu. Kamu membuatku kenyang sebelum makan saja. Gary, asal kamu tahu jika aku sangat bersyukur memiliki suami seperti dirimu dan Leon. Kita adalah sebuah keluarga dan tidak selayaknya menyembunyikan rahasia apapun.
Aku tidak mempermasalahkan dirimu yang mengagumi Winola Meyer atau bekerja di agensi aktris itu. Selama kamu selalu bisa menjadi ayah yang baik bagi Leon, itu sudah cukup bagiku. Mari kita lupakan masa lalu dan jangan lagi menumpuk hutang di suatu tempat yang tidak aku ketahui, oke?" bisik Isana pada kalimat yang terakhir.
Untuk beberapa detik, Gary dibuat terkejut oleh perkataan istrinya. Karena memang, Gary masih memiliki beberapa hutang pada satu atau dua lintah darat. Itu pun untuk menutupi kerugian saat Gary bekerja di sebuah perusahaan perkapalan.
"Tenang saja, sayang. Dengan gajiku di agensi Winola, tahun ini semua hutangku akan lunas. Kau tidak perlu lagi merasa khawatir soal itu dimasa depan." Balas Gery mantap.
"Bagaimana kamu akan melakukannya?" tanya Isana khawatir.
Sebaliknya, Gary tersenyum lebar dengan bangga.
"Karena aku adalah penggemar berat Winola Meyer." Bisik Gary antusias.
...
To Be Continue ...
Terima kasih telah membaca CEO Palsu. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini? Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini. Semoga harimu menyenangkan.