"Ayo kita putus,"
"Apa? A-apa maksudmu?" Tanya Grace terbata. Keringat dingin mulai bergulir menuruni punggungnya.
"Aku ingin menyudahi hubungan ini," Victor menerangkan.
"Ta-tapi kita baru berpacaran selama dua bulan. Kenapa kau ingin putus? Apa salahku?" Tanya gadis itu, hampir menangis.
"Aku menyadari bahwa aku tidak nyaman denganmu." Pria dengan bibir tipis itu menghela panjang, "Aku tidak tahu bagaimana denganmu, tapi aku benar-benar ingin putus. Tolong jangan menggangguku lagi. Hiduplah dengan baik. Selamat tinggal,"
Grace tertegun sambil menatap sosok Victor yang melangkah menjauh meninggalkannya seorang diri di cafe dekat kampus mereka. Victor Sbastian, cinta pertamanya yang sudah ia dambakan selama enam tahun ini, tepatnya sejak SMA.
Air mata menetes di pipi Grace. Dadanya terasa sesak seakan ia tenggelam di laut terdalam bumi. Ia menangis sendiri, bagai gadis bodoh.
Setibanya di rumah, Grace termenung di dalam kamar. Hujan turun deras di luar sana, menambah suasana kalbu yang membuatnya semakin bersedih.
Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Grace membuka isi pesan tersebut yang ternyata berasal dari grup chat yang beranggotakan ia dan kedua sahabatnya, Bella dan Sarah.
'Grace! ini gila! Apa kau tahu, si setan Victor itu ternyata mempermainkanmu?!' -Bella.
*Bella mengirim gambar.
Isi tangkapan layar grup chat Victor dan teman-teman prianya:
'Aku sudah memutus hubunganku dengannya' -Victor.
'Wah, wah.. Kau serius? Lalu bagaimana reaksinya?' -James.
'Tentu saja ia menangis. Apa lagi? Haha.. Semua tugas kuliahku sudah selesai. Untuk apa aku membuang waktuku lagi dengannya?' -Victor.
'Kau jahat sekali, Vic! Hahaha. Lalu apa kau sudah sempat tidur dengannya?' -James.
'Tidak. Dia sok jual mahal. Lagi pula aku juga tidak sudih tidur dengan gadis tidak menarik sepertinya. Melihat wajahnya saja sudah membuatku malas.' -Victor.
'Hahaha! Kau benar-benar Play Boy sejati! Aku akan berguru padamu lebih sering lagi. HAHAHA!' -James.
Tangkapan grup, selesai.
'Jangan pikirkan si keparat itu, Grace. Jika kau merasa tidak sehat, kau tidak perlu datang ke kampus besok. Aku akan mengurus absenmu.' -Sarah
'Aku tidak apa-apa, teman-teman. Trimakasih sudah menghiburku. Mungkin benar, besok aku tidak akan masuk kampus. Aku sedang ingin menenangkan pikiran sendirian.' -Grace.
'Baiklah, Grace. Tenangkanlah dirimu. Jika butuh apa pun, jangan sungkan untuk menghubungiku,' -Sarah.
'Tentu. Trimakasih teman-teman!' -Grace.
"Ukhh!!" Terpuruk di atas bantalnya, Grace semakin menangis tersedu-sedu.
"Kenapa aku bodoh sekali..?" Gumamnya.
Grace Menken adalah mahasiswi seni berusia dua puluh tahun di universitas terbesar di Kota Dorbern. Ia adalah pelukis yang handal, namun memiliki penyakit buta cinta yang akut.
Sejak SMA, Grace menyukai seorang pria populer yang tampan dan keren di kelasnya, bernama Victor. Meski Victor digosipkan play boy, Grace selalu menutup kedua mata dan telinganya.
Selama itu, Grace selalu bersikap baik dan membantu Victor secara tulus atas dasar perasaan cintanya. Victor yang sejak awal menyadari bahwa gadis itu menyukainya, malah sengaja memanfaatkannya. Ia sering menyuruh Grace membantunya mengerjakan tugas dan hal lain.
Setelah lulus SMA, banyak murid di angkatannya yang masuk ke universitas yang sama, termasuk dua sahabatnya dan tentu saja, Victor.
Sejak dua tahun berkuliah, Victor merasa bahwa Grace menjadi cukup cantik. Kebetulan tugas kuliah mereka sedang sangat banyak. Di saat yang sama, Grace juga semakin sibuk dengan kuliah sehingga tidak lagi bisa melayani Victor seperti dahulu.
Saat itu 'lah pria tersebut mendapat ide untuk mengencani Grace sehingga bisa memanfaatkannya lagi. Bodohnya, Grace yang sangat polos, langsung masuk ke dalam perangkap Victor tanpa perlawanan.
Dan beginilah jadinya.. Seorang gadis yang meraung-raung di dalam kamarnya, ditemani oleh gemuruh petir yang menyambar-nyambar di luar jendela. Bukan hanya Victor, ia selalu mendapat perlakuan sama dari para pria. Mereka hanya mengencaninya untuk memanfaatkan kebaikannya hingga berujung mencampakkan dan menyelingkuhinya.
Wajah Grace sudah sembab dan pucat. Ia tidak bermaksud untuk menjadi selemah dan sebodoh ini. Namun ia adalah gadis kesepian. Sejak kehilangan kedua orang tuanya saat masih kecil. Ia bertahan hidup dari tabungan dan asuransi yang sudah mereka persiapkan untuknya. Dua tahun lalu, neneknya meninggal dunia sehingga ia harus hidup seorang diri sekarang.
Semakin merenung, semakin Grace terlarut di dalam kesedihannya. Di situasi inilah biasanya setan bekerja dengan segala kehebatan mereka. Sebuah pikiran muncul di benak Grace.
"Sudah tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini. Aku tidak berharga dan tidak memiliki siapa-siapa." Gumamnya.
Ia menatap pantulan dirinya yang terlihat mengenaskan di dalam cermin. "Mungkin di kehidupan berikutnya, aku akan lebih bahagia."
***
Pagi menyingsing. Sisa hujan badai semalam membuat jalanan basah dan udara menjadi dingin. Semalaman Grace tidak tidur. Kini penampakannya bagai sosok mumi yang dibangkitkan kembali dengan sihir.
Denyutan perih masih terasa jelas di dalam dada Grace. Hatinya benar-benar hancur dan harga dirinya tercoreng. Dan...
"Hal yang paling membuat tidak nyaman adalah ketika kau baru menyadari segala kebodohanmu dan menyesalinya." Gumam Grace pada dirinya sendiri.
Ia membuka lemari pakaian dan mengambil sebuah dress selutut berwarna biru langit yang sangat cantik. Lalu ia beranjak ke kamar mandi dan mencuci mukanya sebelum bertengger di depan meja rias untuk berdandan.
Setelah itu, ia pergi ke gudang rumahnya dan mengambil tali tambang sepanjang dua meter.
'Aku tidak memiliki apa pun lagi. Setelah ini, mungkin aku akan merasakan sakit sedikit. Tapi nantinya, aku akan terbangun dengan hidup yang berbeda. Trimakasih Sarah dan Bella, sahabat baikku. Tanpa kalian, mungkin aku sudah memilih pergi sejak dulu. Tapi kini, tidak ada lagi yang bisa aku perjuangkan. Selamat tinggal. Jangan menangisi kepergianku. - Grace'
Gadis itu menempelkan pesan terakhirnya di pintu kulkas menggunakan hiasan magnet. Ia tidak mau menangis karena takut akan merusak riasannya. Grace berpikir bahwa ia ingin meninggal dalam kondisi cantik.
Setelah mengunci pintu rumahnya, Grace menuruni lift menuju parkiran. Hari masih sangat pagi dan ia melajukan mobil putihnya menuju sebuah tempat yang cukup jauh dari apartmentnya.
Di dekat pantai, ada sebuah mansion mewah terbengkalai. Dahulu, mansion itu ditempati oleh sepasang suami istri yang sudah sangat tua, hingga akhirnya mereka meninggal dunia tanpa pewaris. Mansion itu berakhir didiamkan begitu saja hingga perlahan rusak dimakan oleh waktu.
Banyak rumor mengatakan bahwa mansion tersebut banyak hantunya. Katanya, pasangan tua itu sebenarnya adalah penyihir. Ada yang berkata bahwa mereka melakukan ritual menyimpang di sana. Karena itu, tidak ada orang yang berani masuk ke dalam rumah tersebut.
Namun Grace tidak takut hantu karena kenyataan hidup lebih menyeramkan dari pada hantu. Bagi Grace, hidupnya adalah tayangan horor terseram yang membuatnya selalu kesulitan tidur dan bermimpi buruk.
Selama ini, Grace menilai bahwa mansion tersebut adalah rumah yang indah. Lokasinya yang dekat dengan pantai sepi menjadikannya terlihat tentram. Karena itu, Grace memilihnya untuk menjadi saksi kepergiannya dari dunia fana ini.
Grace memarkir mobilnya di depan halaman rumah tersebut. Lalu ia melangkah masuk dengan berbekal sebuah tali tambang dan hati yang hancur.