Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DEVIL : Psikopat Tampan

🇮🇩AmJiyeon
--
chs / week
--
NOT RATINGS
33.1k
Views
Synopsis
Gadis itu di sembunyikan oleh keluarganya dari mata dunia karena ia keturunan terakhir keluarga Altair. Nayara Binar Altair, remaja berusia delapan belas tahun yang baru saja di kenalkan oleh sang ayah pada kolega bisnisnya dalam sebuah pesta besar bertemu dengan seorang pria berdarah dingin yang menakutkan. Pria itu tak lain adalah rekan bisnis ayahnya yang merupakan CEO sebuah perusahaan besar. Pria itu tertarik pada Nayara dan sangat menginginkan Nayara sejak pertama kali melihat. Bagi Ravano Jovian, apapun yang di inginkan nya itu mutlak dan harus ia dapatkan walau dengan cara terburuk sekalipun. Nayara, di culik malam itu dan pelakunya adalah Ravano.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

Ravano Jovian adalah pria berdarah dingin dari keluarga yang terkenal dengan memiliki kekayaan yang melimpah. Perusahaan mereka terus berkembang pesat dari generasi ke generasi. Ravano adalah anak tertua dari keluarga Jovian yang saat ini berhasil memimpin bisnis dalam dua bidang untuk keluarga tersebut, yang merupakan perusahaan utama mereka.

Perusahaan yang di bagi rata, namun Ravano memegang yang paling unggul, yaitu bidang perhotelan dan maskapai penerbangan. CEO muda yang berkharisma dan tampan. Siapapun terpesona oleh wajah dan karir nya.

Dia cerdas, cekatan, dapat di andalkan meski sikapnya pada orang lain sedingin es batu. Ravano yang paling dingin diantara semua anggota keluarganya.Tapi di balik kehidupan nya yang sempurna, tersimpan hal misterius yang mengerikan dan tidak di ketahui oleh banyak orang.

Tapi tidak semua orang akan sempurna dari a sampai z bukan? Ravano itu punya satu kekurangan, yaitu urusan percintaan. Khusus untuk itu dia payah.

...

Ravano Jovian, baru saja turun dari mobil mewah nya di depan pintu masuk sebuah rumah mewah yang menjadi tujuan nya hari ini. Ini sekitar pukul dua siang, setela makan siang dia langsung menuju kemari untuk berjumpa dengan salah satu rekan bisnis nya yang baru. Pria tinggi berambut hitam dan ikal tersebut membuka kacamata hitam nya.

Tatapan matanya selalu tajam, seolah bisa saja membunuh mu kapan saja, namun tidak dapat di pungkiri kalau pahatan wajahnya begitu sempurna seperti tokoh virtual tampan dalam games online, atau pun komik. Di tambah dengan hidung mancung dan bibir tipis itu.

Ravano adalah pria sempurna, dengan karir yang tidak di ragukan lagi. Siapapun mengejarnya saat ini walau semua tidak ada yang berhasil. Ravano tidak pernah menggubris wanita yang menggoda nya, dia menendangnya dengan mudah dari kehidupan nya. Kecuali, dengan urusan bisnis yang menguntungkan perusahaan nya, mungkin Ravano mau berbincang dan bertemu.

Jika bukan tentang pekerjaan, jangan harap Ravano akan sudi.

Beberapa orang beranggapan, sayang sekali, tampan dan kaya tapi sepertinya gay. Tapi Ravano tidak peduli akan hal tersebut dan dia masih saja di puja oleh kaum hawa yang mengenal diri nya dari majalah bisnis dan mengetahui tentang sejarah keluarganya.

Ravano tidak datang sendirian, dia membawa banyak anak buah yang menyamar sebagai tamu undangan juga. Karena Ravano tidak datang dengan semangat ke tempat ini jika tidak memiliki tujuan yang penting juga.

Selain bisnis, Ravano juga datang kemari untuk menjemput seseorang yang sudah ia awasi selama bertahun-tahun, sejak ia belum menjadi penerus ayahnya.

Ia akan menjemput mangsa nya.

•••

Nayara Binar Altair, gadis berusia delapan belas tahun itu merasa muak dengan hidupnya yang flat dan tidak bebas. Ia selalu di awasi meski kegiatan nya hanya diam di rumah selama dua puluh empat jam.

Ia tidak memiliki teman sebaya, jatah berselancar internet di batas perharinya, sekolah informal dan ia tidak pernah bisa melihat dunia luar meski telah memohon pada ayahnya mati-matian.

Siapapun tidak mengizinkan nya untuk keluar dari mansion. Itu karena dia adalah keturunan keluarga Altair yang di sembunyikan sejak lama.

Hari ini, Nayara di dandani begitu cantik, banyak orang mendekor aula tengah rumah nya dan hal itu membuatnya pusing. Neneknya sibuk sejak pagi, begitu juga kakeknya, yang mengatur ini dan itu.

Nayara tidak tau akan ada acara apa di rumah mereka tapi seperti nya akan ada banyak orang yang datang.

Ini kesempatan yang bagus untuk bertemu banyak orang baru, Nayara juga mungkin bisa mendapat kesempatan untuk keluar dari mansion ini.

"Nona, Tuan Altair sudah kembali." Ucap Jason, asisten pribadi Nayara.

Nayara sedang duduk di halaman belakang sambil melamun, ia sedikit terkejut dengan kedatangan Jason.

"Maksud mu ayahku? Ayah sudah pulang?" Mata Nayara menatap Jason penuh harap.

"Dia baru saja tiba, sekarang dia sedang menunggu mu di aula utama." Jawab Jason.

Nayara langsung berlari untuk menemui ayah nya, ia menyusuri lorong menuju aula utama. Tanpa berpikir panjang dan memperhatikan lantai yang ia pijaki.

Begitu tiba di aula, Neneknya menjerit kecil ketika melihat Nayara berlari ke arah Niko namun hampir terjatuh karena menabrak seorang pria tinggi.

"Nayara!" Neneknya memekik kesal, bagaimana bisa gadis yang sudah bukan anak kecil itu bersikap kekanak-kanakkan? Ia kesal dengan kelakuan Nayara sekarang.

Niko menghela napas lega namun ia merasa malu dengan kelakuan Nayara yang sembrono di depan para tamu nya yang sudah tiba.

Niko menebak, ibunya lupa memberitahu Nayara tentang acara yang akan di gelar saat ini.

Sementara Nayara meringis, ia hampir terjatuh jika saja yang di tabrakan nya tidak menopang pinggang gadis itu. Mata hitam tajam itu seolah menusuk mata cokelat Nayara, ini pertama kalinya Nayara bertemu orang asing, selain keluarga dan pelayan yang ada di rumah besar ini.

Mata Nayara mengerjap beberapa kali, mereka masih dalam posisi itu cukup lama. Pria asing yang menopang Nayara rambutnya hitam sedikit panjang karena ikal dengan wajah tampan dan hidung mancung, sedikit ada seringai muncul di wajah tampan itu dan Nayara segera bergerak untuk terlepas dari kukungan tersebut.

"M-maafkan aku.." Gadis itu membungkuk sopan kemudian menghampiri ayah dan neneknya.

Niko tersenyum kikuk pada tamunya yang di tubruk Nayara tadi, pria itu hanya mengangguk kecil. Seolah mentoleransi apa yang di lakukan darah terakhir keluarga Altair tersebut.

"Kenapa kau berlari begitu? Seperti anak kecil saja Naya!" Bisik Niko setengah kesal.

Nayara hanya mendengus pelan, "Aku bersemangat karena ayah pulang, tapi seperti nya ayah tidak suka bertemu dengan ku." Suara nya pelan, dengan nada yang penuh dengan kekecewaan karena Niko sama sekali tidak terlihat seperti biasa nya, Nayara tidak suka dengan ekspresi wajah ayah nya yang sekarang ini.

Niko menghampiri pria yang tadi di tabrak oleh Nayara, begitu juga dengan Nyonya Altair, Nenek Nayara. Nayara di tarik pelan oleh nenek nya untuk berdiri di dekat Niko.

Nayara kemudian mendongakkan kepala nya perlahan, masih malu-malu. Mata nya menangkap sosok pria tampan yang tadi menopang tubuh nya agar tidak menghantam lantai, tatapan nya dingin namun saat mata mereka kembali beradu, Nayara dapat melihat dengan jelas bahwa pria itu memberikan seringaian yang membuat Nayara mendadak merinding setengah mati.

"Sepertinya ada hal baru yang di miliki oleh keluarga Altair?" Pria tampan itu berbicara dengan nada santai pada Niko.

Nayara sedikit terkejut dengan suara maskulin tersebut, ada perbedaan yang cukup besar ketika pria itu menatap Nayara dengan cara yang berbeda dan ketika pria itu berbicara kepada Niko. Nayara seperti melihat sosok yang berbeda dengan yang tadi memberinya seringai.

Niko tampak menghela napas dalam, pria itu seperti tidak siap untuk bicara namun pada akhir nya bibir nya bergerak terbuka, "Dia putri ku satu-satunya, Nayara Binar Altair."

Pria tampan itu sedikit terlihat terkejut tapi entah mengapa Nayara merasa itu palsu, pria itu tampak berpura-pura, Nayara bisa melihat nya dengan jelas.

Namun setiap kali mata mereka bertemu, jantung Nayara tiba-tiba berdegup kencang, ia merasa gugup dan juga takut tanpa sebab.

"Kalian hebat, aku yakin banyak yang tidak tahu tentang putri mu itu. Ternyata penerus keluarga Altair adalah seorang perempuan." Ucap pria tampan itu lagi. "Kurasa bakat mu akan menurun pada nya."

"Terima kasih, Tuan Jovian." Sahut Niko.

"Hai, nona manis, aku Ravano Jovian." Pria tersebut mengulurkan tangan nya pada Nayara, nada nya datar tapi wajahnya sangatlah—evil.

Nayara terpaku menatapnya, pria itu benar-benar mengunci pandangannya.

Nayara mau tidak mau menjabat tangan nya dan seketika tubuhnya merasa merinding, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

Ia seperti mendapatkan sengatan listrik, lalu tatapan tajam pria itu dan seringainya, membuat Nayara terpaku. Nyonya Altair memberikan isyarat pada Nayara untuk bersikap sopan dan menerima perlakuan pria tampan yang membuat Nayara ketakutan itu.

Ravano Jovian, Nayara tidak pernah menyangka nama itu akan membuatnya tidak bisa berpikir jernih untuk sesaat.

Terus menerus Ravano membuat Nayara merasakan aura dingin di sekitar nya, ia merasa terserap habis oleh tatapan itu. Tatapan Ravano seolah ingin melahap Nayara sepenuhnya.

Tatapan yang menguras habis perasaannya hari ini. Tak ada rasa lain yang dapat ia rasakan setelah tautan tangan mereka terlepas, rasa takut, dingin dan juga penasaran.

Perasaan apa yang ia rasakan tadi? Tatapan Ravano lagi-lagi tertuju padanya, Nayara seolah sedang di telanjangi hanya dengan melalui tatapan saja. Ini membuat nya tidak nyaman.

Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Ravano mengerjap, alisnya sekilas terangkat sebelah kemudian kembali lagi.

Nayara baru saja tak mengacuhkan pandangan nya? Ravano menyeringai kecil, banyak sekali yang masuk ke dalam pikiran nya sesaat setelah Nayara menabraknya. Ia seperti menemukan hal yang selama ini di carinya, sesuatu menggelitik hatinya.

Itu dia, Nayara Binar Altair, targetnya.