Mansion keluarga Altair sudah sepi, semua tamu telah pamit untuk pulang, banyak nya orang dan rentetan acara yang terlaksana hari ini membuat Niko dan Nyonya Altair tidak terlalu memperhatikan Nayara. Setelah berkenalan dengan Ravano, mereka tidak melihat lagi sosok putri mereka.
Niko dan Nyonya Altair akhirnya bisa bersantai di atas sofa ruang tengah, membicarakan bisnis dan memperkenalkan Nayara cukup melelahkan hari ini, walau yang di kenalkan itu tidak berada di sekitar mereka sepanjang acara.
"Aku tidak melihat Nayara sejak ia menangis saat berkenalan dengan Jovian itu, kemana dia?" Niko bertanya pada ibunya.
"Terakhir dia bilang, ia akan beristirahat di kamarnya setelah makan bersama ayahmu tadi." Nyonya Altair menjawab.
Tuan Altair, ayah Niko mendekati mereka. "Dia tidak menemaniku makan, aku belum bertemu dengan nya sejak kalian memamerkan nya pada orang-orang."
Nyonya Altair menoleh padanya, "Cara bicara mu terlalu kasar, kita memang harus memperkenalkan berlian berharga milik keluarga ini."
"Dia cucuku, bukan objek seperti itu." Balas Tuan Altair dengan wajah tidak senang.
Niko menghela napasnya dengan berat. "Coba kita lihat ke kamarnya, dia bahkan belum membuka hadiah dariku padahal hari ini adalah ulang tahun nya, apa dia lupa?" Ia menunjuk sebungkus kado yang berada di atas meja.
Nyonya Altair melangkah lebih dulu ke lantai atas sementara Niko masih diam sejenak, memperhatikan ayahnya yang masih terlihat kesal.
"NIKO! NIKO!"
Nyonya Altair berlari sambil menjerit di atas, bukan hanya Niko yang panik mendengarnya, tapi semua orang yang ada di mansion itu langsung menuju sumber suara karena teriakan yang sangat kencang dan putus asa dari Nyonya Altair terdengar berkali-kali.
Niko panik melihat ibunya bersimpuh di ambang pintu kamar putrinya sambil menangis tersedu-sedu.
"Ada apa ibu? Tenangkan dirimu.."
"Nayara.. Nayara di culik!!"
Niko melihat isi kamar Nayara sangat berantakan dan sudah tidak berupa lagi, bagaimana hal ini bisa terjadi disaat keamanan di rumahnya sudah sangat tinggi?
Dengan tatapan tak percaya ia sepenuhnya masuk ke dalam kamar Nayara yang sudah seperti kapal pecah, pada cermin rias terdapat sebuah tulisan dari lipstik milik Nayara.
'MY PREY.'
Niko hampir kehilangan keseimbangan, beberapa pegawainya datang termasuk anggota keamanan, mereka tercengang melihat keadaan kamar Nayara yang sudah tidak berupa.
Siapa yang menculiknya? Siapa yang tau tentang putrinya? Hari ini ia baru memperkenalkan putrinya pada rekan bisnisnya, baru hari ini, seluruh tamu bahkan dalam jangkauannya. Tidak ada yang meninggalkan ruang tengah yang di jaga ketat, ketika acara makan bersama pun semua tamu nya masih lengkap.
Nikolas ingat detail semuanya. Ia berusaha berpikir jernih dan mencari celah yang terlewat. Mana mungkin Ravano Jovian yang melakukan nya karena di tolak? Tidak! Niko tidak bisa sembarangan menuduh, tapi ia harus segera mencari putrinya kemanapun, ia harus memeriksa seluruh tamu.
Saat ini tersangka paling di curigai memang lah Ravano yang berperilaku mencurigakan, tapi Niko juga tidak bisa gegabah.
"CARI PUTRIKU!!!!"
"Tuan!" Seorang pria berteriak dari kejauhan. Ia bagian dari divisi ruang kontrol cctv.
"Seluruh akses cctv baru saja di retas! Kita tidak dapat memeriksa apapun! Semua nya hilang! Termasuk rekaman beberapa hari sebelumnya."
•••
Angin berhembus begitu kencang membuat gorden jendela bergelombang, matahari sudah akan segera terbit. Ravano berdiri di tepi pagar balkon, ia berkali-kali menghela napasnya, kemudian ia masuk ke dalam sebuah kamar.
Dia saat ini sedang berada di sebuah rumah mewah di dekat pantai, mungkin di Langholmen? Ya, Ravano sedang berada di kota Stockholm, Swedia.
Perlu hampir dua belas jam untuk kemari sejak kemarin sore. Itu sudah penerbangan tercepat yang dia pilih.
Pria itu bahkan menambahkan sedikit dosis bius pada Nayara agar gadis itu tidak terbangun di perjalanan.
Baiklah, dia memiliki banyak bidang bisnis di kota ini sejak dua tahun yang lalu, Ravano bebas pergi kemari kapan saja tanpa perlu memikirkan bisnisnya di negara kelahirannya. Dia bisa mengontrolnya dengan mudah melalui ponselnya.
Jika ada rapat? Dia tinggal video call, kecuali ada hal yang mendesak maka ia tidak bisa berlama-lama di Eropa karena dia di sini bermain sambil berbisnis kecil.
Ravano mengambil posisi di atas tempat tidur, ia bergerak sangat lambat, karena di sana tidak hanya ada dirinya saja.
Ada seorang gadis yang terlelap meski efek obat biusnya mungkin telah hilang setengah jam yang lalu.
Napas gadis berambut hitam itu teratur dan sesekali ia mengubah posisi tidurnya, tapi sama sekali tidak ada niat untuk bangun.
Siapa gadis itu? Tentu saja Nayara Binar Altair, memangnya siapa lagi? Katakanlah Ravano licik dan memiliki banyak hal untuk mewujudkan niatnya, sekali dia mendapatkan target maka ia tidak akan melepasnya dan Ravano pasti mendapatkan nya.
Skenario sudah di susun seapik mungkin sehingga ia tidak akan tertangkap basah menculik gadis ini. Tidak ada yang mengenali gadis ini, gadis yang selalu terkurung dalam rumah.
Bicara soal target, Ravano langsung tertawa menghina pada dirinya sendiri. Ayolah, perempuan.
Sejak kapan ia menargetkan perempuan untuk jadi mangsanya? Ini baru pertama kali nya, terutama sejak informasi tentang keluarga Altair yang di terima nya. Ternyata memang benar, mereka menyembunyikan seorang gadis secantik ini.
Ravano merasa ada yang salah dengan dirinya. Tapi melihat gadis di sampingnya ini membuat Ravano gila, ia ingin segera memangsanya, menorehkan luka dan sayatan dengan pisau atau cutter.
Kulitnya sangat mulus dan belum terukir apapun, Ravano gemas ingin melihat tangisnya ketika berlumuran darah.
Tapi sekali lagi, ini pertama kalinya target untuk menuntaskan hasrat psikopatnya adalah seorang perempuan. Apa ia sanggup? Cih.
Ravano yang berbaring di samping Nayara dan memunggungi gadis itu, tangannya gatal tapi tidak mau melakukan apapun karena dia masih mempertimbangkan beberapa hal.
Selama ini dia selalu menyiksa pria, yang seusianya. Tanpa pandang bulu siapapun mereka, setelah puas menyiksa, jika ada yang mati karena tidak kuat, ia akan menyuruh orang untuk membuang mayatnya, jika masih bertahan hidup dia akan menyuapnya dengan uang.
Simpel. Tidak berjangka panjang, paling lama korbannya ia sekap kira-kira empat hari.
Tapi kalau yang ini, mau berapa hari? Ravano bahkan tidak bisa memikirkan apapun selain menyiksa atau tidak.
Gadis itu di sentuh sedikit saja hampir menangis dan langsung membuat hasratnya terpuaskan seketika, jadi tidak perlu di siksa sampai berdarah bukan?
Ravano mengumpat lagi, ia bahkan tidak pernah tertarik pada wanita seumur hidupnya. Pada pria pun sama. Intinya, dia tidak pernah memikirkan cinta atau hal menggelikan semacam itu.
Lalu kenapa ia sekarang bersikap seperti seorang psikopat yang memiliki emosi? Dia jarang berpikir berulang-ulang tentang targetnya.
Dia berdarah dingin, tidak pernah menimbang apapun sebelumnya, biasanya ia langsung mengeksekusi targetnya.
Terdengar sedikit suara, Ravano juga merasa kasurnya agak bergerak sedikit. Apakah Nayara sudah terbangun? Ravano memilih tetap dalam posisinya dan memejamkan mata, ia penasaran, seperti apa reaksi gadis itu.
"Ehmh..."
Ravano yang baru saja memejamkan mata langsung terbelalak kembali, gadis itu.. Melenguh? Mendesah?