Laboratorium
Pukul 10 malam
-
*Tap tap tap
Suara langkah kaki terdengar ringan dari salah seorang ilmuwan yang berjalan menghampiri sebuah benda yang nampaknya merupakan kapsul pemulihan, ia memandangi 'isi' dari kapsul itu, sesekali ia mengelus tabung tersebut sambil bergumam.
" Didalam sini, terdapat sebuah bentuk sempurna dari kehidupan, sebuah rahasia dari alam semesta, yang menjelaskan bahwa kita bukanlah satu-satunya eksistensi manusia dijagat raya ini."
Air berwarna hijau didalam tabung itu bergemuruh merespon sentuhan hangat wanita setengah baya itu. Sebuah tatapan hangat yang terpendar yang seolah dari pancarannya mampu melelehkan gunung es sekalipun.
Ia adalah Profesor Alliyanah, 45 tahun, dengan kaca mata hitam dan rambut berwarna hitam gelap. Ia mencatat laporan dari hasil observasinya terhadap sesuatu yang berada didalam kapsul pemulihan itu, atau mungkin bisa disebut tabung inkubasi.
Wanita itu tengah memperhatikan gemuruh air didalamnya hingga akhirnya seseorang berdecak dan membuat sang profesor menoleh kearahnya.
" Ehem Profesor alliyanah, aku rasa sudah waktunya Anda pulang. kau tidak ingin membuat suamimu memarahi kami karena kau sangat terobsesi dengan pekerjaan mu ini, bukan?"
Dari belakang seorang wanita yang merupakan salah satu bawahan, rekan kerja dan murid dari sang profesor di laboratorium itu sedikit berteriak kepadanya.
Profesor itu tertawa kecil dan berjalan menuju meja disebelah kanan dekat tabung inkubasi tersebut, ia kemudian mematikan komputer disana dan berjalan menuju gadis itu sambil menyerahkan laporan yang ia buat.
" Kau tidak perlu cemas Medika, suamiku tidak segalak itu kok."
Kata sang profesor dengan lembutnya, sembari memegang kepala medika diiringi tatapan hangat seorang ibu
" Tolong kau jaga dia ya, Medika. Saat ini, dia layaknya seorang bayi yang rapuh, rentan dan sendirian." Katanya dengan nada lembut.
Medika menatap balik Profesor Alliyanah dengan penuh hormat.
" Iya tentu saja profesor, dengan senang hati!" Jawab gadis itu sambil menerima laporan yang diberikan profesor Alliyanah kepadanya.
Alliyanah tersenyum lalu keluar dari laboratorium.
_
Laboratorium
Pukul 10.00 malam
-
Medika dan seorang perempuan tengah berjaga di laboratorium itu hingga nanti pukul 11 malam, mereka nampak meneliti sampel darah yang mereka ambil dari objek didalam tabung.
Sesekali medika melirikan mata ke arah Tabung Inkubasi, ia lalu menghela napas dalam. Kawan seprofesi yang ada diseberang mejanya mendengar nafas berat yang keluar dari mulut Medika dan menggodanya.
" Kau lelah?" Tanya perempuan itu.
" Jika kau menanyakannya Helena, ya sedikit, maksud ku sudah 8 tahun semenjak hari itu, dan sudah 8 tahun ia berada dalam fase bayi. Apakah hal itu mungkin secara medis? Apakah kasusnya dapat diklasifikasikan sebagai progeria, ataukah syndrome highlander, atau apa? Aku mengerti mengapa Profesor Alliyanah sangat concern terhadap penelitiannya ini, jika aku menjadi seseorang yang ditunjuk untuk memimpin penelitian ini, aku pun akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh profesor." Keluh Medika sambil menyusun berkas yang berserakan didekat komputernya.
Helena hanya tersenyum melihat antusiasme rekannya itu. Ia kembali memfokuskan pandangannya kepada komputer yang ada dihadapannya.
Suasana hening sejenak, mereka berdua nampak sangat serius mengerjakan tugas mereka masing-masing. Hingga dari arah luar laboratorium terdengar suara benda terjatuh, seperti sebuah koin yang di gelontorkan dari arah tangga yang berada di sebelah kanan lorong dekat pintu laboratorium.
*clank clank clank*
Kemudian suara langkah kaki kecil berlari seperti mengejar koin yang terjatuh itu.
*Tap tap tap tap*
" Kau dengar itu, Medika?" Tanya Helena masih sedang sibuk dengan urusannya.
" Iya aku dengar, seperti suara.." jawab medika.
" Seperti suara koin dan anak kecil yang berlari dari arah tangga bukan?" Timpal Helena sambil memasang ekspresi seram.
Medika melihat gimik Helena dengan segera menyergah.
" Apa-apaan sih Helena, hantu itu sungguh tidak relevan!" Teriak Medika kepada Helena dengan tangan mengepal.
Helena tertawa dan semakin tertarik menggoda Medika.
" Kamu mengatakan hantu itu tidak relevan karena kau tidak percaya hantu, Medika?" Tanya Helena menggoda
Medika mengusap rambutnya sambil berkeringat sedikit
" A-aku percaya, tapi tidak seharusnya kita takut pada mereka apalagi dalam situasi seperti ini, sungguh tidak punya kerjaan mereka malah mengganggu pekerjaan kita alih-alih membantu, itulah mengapa aku bilang hantu itu tidak relevan." Jawab Medika dengan sombongnya sambil mengangkat bahu, Helena menganggukkan kepalanya tanda memahami maksud medika.
Belum sempat Helena menimpalinya, Medika dengan segera menyeka pembicaraan Helena.
" Sudah, aku ingin ke pantry, aku ingin membuat kopi dulu." Ia pun bangun dari kursi dan berjalan menuju pintu keluar laboratorium
Baru beberapa langkah ia berjalan, Helena bergumam kepada Medika sembari menceritakan sesuatu mengenai "penampakan" di sekitar laboratorium semenjak objek dalam tabung mereka amankan
" Kau tau, penampakan 3 orang gadis kecil yang berlari keluar masuk laboratorium dan lorong utama sering terlihat baik melalui CCTV maupun secara langsung oleh petugas piket semenjak Objek ini kita bawa ke badan penelitian mana Indonesia, dari semua orang disini, kau adalah anak baru yang belum pernah melihat mereka secara langsung, jadi wajar saja selama 3 bulan ini kau masih terlihat agak takut Medika."
Ucapan dingin yang semerta-merta keluar dari lisan Helena setidaknya membuat bulu kuduk Medika berdiri, ia tahu bahwa Helena sangat senang menggoda dirinya sehingga ia berusaha mengabaikan ucapan itu dan bergegas ke pantry.
-
Tidak ada yang aneh selama ia didapur walau sesekali ia mendengar suara besi yang diseret dilantai tetapi dia merasa masa bodoh saja tidak ingin menganggap nyata hal tersebut. Setelah ia membuat secangkir kopi dan berjalan menuju lorong utama, salah seorang security menyapa Medika sambil memberikan sekantung permen untuk mereka.
" Dokter, setidaknya istirahat lah sedikit. kalian semua dipusat penelitian ini semenjak objek itu tiba 8 tahun lalu benar-benar bekerja sangat keras." Kata petugas keamanan berusia 50an itu.
" Tidak mengapa pak, aku dan Helena juga profesor alliyanah memang mendedikasikan diri untuk hal ini, Orang itu adalah objek vital bagi ilmu pengetahuan dan semua orang tau kisah dibalik 'Dia yang tertidur didalam tabung layaknya bayi' itu yang literally memang bayi sih hehe, disamping itu sudah merupakan konsekuensi bukan jika aku bekerja di lembaga penelitian nomer satu di Asia tenggara ini maka aku harus memberikan yang terbaik bagi hasil penelitian ku, apalagi objek ini classified jadi kami tidak boleh main-main." Jawab Medika dengan bersemangat.
" Iya kau benar dok, baiklah aku akan lanjutkan berkeliling dulu, selamat malam." Ucap petugas keamanan diiringi senyuman hangat.
Sebelum pergi, petugas tadi mengingatkan Medika soal 3 anak kecil yang dimaksud oleh Helena tadi. Medika hanya mengangguk dan berusaha mengabaikan hal itu.
Medika merasa bahwa hari-harinya selama di lembaga penelitian ini sangat biasa saja, diluar pengalaman-pengalaman mistis pada umumnya, benar-benar tidak ada yang luar biasa selama 3 bulan ia berada di sini.
Langkah kakinya mulai melambat, ia melirik jam rolex pada tangan kanannya, dan sudah menunjukkan pukul 10:50 malam. Waktu berlalu amat cepat selama ia fokus pada pekerjaannya, ia menghela napas panjang dan berjalan menuju laboratorium.
-
Lorong utama begitu hening, jarak antara lab dengan pantry cukup jauh, perjalanan bolak-balik memakan waktu sekitar 7 menit dan selama ia berjalan menuju lab, kopi yang ia buat sudah terlebih dulu habis diminumnya.
" Entah mengapa hari ini aku merasa sangat lelah." Keluh Medika.
Ia menyeret kakinya menuju lab, sesampainya ia di tangga tempat dimana suara koin berasal, ia menoleh sedikit. Ruangan itu sangat gelap, lorong menuju tangga memang jarang sekali digunakan diatas pukul 8 malam.
" Sigh, tidak ada apa-apa."
Ia kemudian lanjut berjalan, hingga beberapa langkah setelahnya ia mendengar suara benda jatuh.
*Brak brak*
Bulu kuduk Medika kembali berdiri, ia segera berlari menuju laboratorium dengan terengah-engah, namun jaraknya lumayan jauh.
" Ya ampun kenapa jauh sekali sih!"
Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh namun karena suasana hati dan kelelahan fisik yang dialami Medika membuat ia seperti merasa di tekan untuk segera sampai. Namun ia berpikir bahwa asal dari suara tadi bukanlah dari atas tangga, melainkan dari laboratorium.
Ia semakin berlari untuk memastikan Helena tidak apa-apa, sesampainya ia di pintu masuk lab, ia membuka pintu dengan cepat.
"HELE...!"
Helena dengan segera menarik Medika dan menutup mulutnya agar tidak berteriak, Medika mencoba melepaskan genggaman helena, Helena balik memberi isyarat bahwa ia harus menjaga suaranya.
Helena kemudian menunjukkan telunjuknya ke arah tabung, masih dalam keadaan mulut tertutup Medika mencoba mengambil fokus, betapa terkejutnya ia melihat sesuatu yang belum pernah sekalipun ia saksikan selama bekerja di sini, rumor bahwa ada 3 kurcaci di laboratorium itu adalah benar. Dengan mata kepalanya ia melihat ketiga kurcaci itu sedang terduduk mengitari sesuatu.
Dan diluar dugaan Medika, 3 kurcaci itu lebih mirip dengan peri alih-alih makhluk menakutkan yang digambarkan oleh pekerja-pekerja lain sebelum dia.
Helena pun kemudian melepaskan tangannya dari mulut medika.
" Kau liat, itu adalah 3 kurcaci yang aku maksudkan, sekarang kau percaya kan?" Tegas Helena.
" Tapi mereka lebih mirip peri ketimbang kurcaci loh, Helena." Jelas Medika tak mau kalah.
Mereka berdua terus berdebat satu sama lain hingga salah satu dari ketiga peri itu datang kepada mereka.
Mereka tidak sadar ketika peri itu sudah ada berdiri dihadapan mereka.
" Permisi, apa kau mempunyai jus tomat?" Kata peri dengan warna dominan merah tersebut.
Medika memperhatikan peri itu, wajahnya sangat lucu dengan rambutnya yang putih terurai panjang dan terdapat semacam kapak yang berfungsi sebagai pengikat rambut diujungnya, ini menjelaskan suara besi diseret yang sering ia dengar.
Selagi Medika terbengong melihat peri itu, Helena kemudian berdiri dan mengambil jus buah yang ada di meja Malik, salah satu rekan mereka di lab.
" Maaf, aku hanya punya jus ini." Kata Helena sembari membungkuk seraya menyerahkan jus buah stroberi kepada peri itu
Peri itu melirik ke arah jus kotak yang diberikan helena, kemudian menarik nafas dan mengambilnya.
" Sigh, baiklah aku rasa ini juga tidak apa-apa." Katanya dengan nada kesal kemudian meninggalkan mereka berdua.
Helena dan Medika saling menatap satu sama lain, Medika merasa kesal sendiri, ia kemudian berdiri dan mengomel.
" Hei, kau sungguh tidak sopan! Setidaknya ucapkan lah terimakasih!" Teriak Medika sambil bertolak pinggang.
Helena kemudian menarik jaket lab medika dan mengisyaratkannya agar diam.
Teriakan Medika membuat ketiga peri membalikkan tubuh melihat ke arah medika.
" Kenapa manusia ini berteriak kepada kita?" Tanya peri dengan gaun berwarna biru.
" Entahlah, mungkin karena gajinya belum dibayar atau dia bekerja terlalu lama, sepertinya dia tidak punya rumah." Jawab peri berwarna merah tadi.
" Tidak bodoh, itu karena kau tidak sopan kepada mereka. Kau kan tadi meminta minuman kepada Helena tapi malah tidak mengucapkan terima kasih sama sekali." Tegas peri yang memakai pakaian mirip kimono.
" Nah, peri dengan kimono itu benar! Kau malah meminta dengan kasar kepada kami tanpa mengucapkan terima kasih kepada Helena." Jawab Medika.
Helena kemudian menepuk dahinya, ia merasa bodoh sendiri mengikuti percakapan ini
Peri dengan dominan warna merah itu berbalik, lalu meloncat ke arah meja kerja milik Malik.
*Drak*
Medika agak kaget karena peri itu meloncat tiba-tiba, peri tersebut berdiri dihadapan Medika yang sedang bertolak pinggang.
" Helena, ini teman baru mu ya?" Tanya peri itu.
" Iya Luna, ia baru 3 bulan disini." Kata Helena kemudian ia keluar dari bawah meja dan berdiri disamping medika
" Tunggu jadi kalian saling kenal?" Tanya Medika heran,"apakah kalian itu kurcaci atau peri?" Tanya Medika lagi.
Luna melihat dengan heran reaksi Medika, ini adalah pengalaman pertamanya melihat mereka tapi ia tidak takut sama sekali.
" Kami tentu saja peri, siapa yang menyebut kami sebagai kurcaci!?" Tanya Luna dengan nada tinggi.
Helena menutup mulut dan terlihat agak panik, sementara Medika mengepalkan tangan kanannya dan menarik sikunya kebelakang.
"YESS! Aku benar!"
Luna menatap lucu ke arah Medika sambil sedikit tertawa.
" Apa yang kau pertaruhkan dari semua ini wahai manusia? Kau terlihat sangat senang."
Luna kemudian berjalan mendekati Medika dan memperhatikannya atas dan bawah, 2 peri lain pun ikut mendekati Medika, Mereka bertiga berdiri sejajar dihadapan medika dan memperhatikannya dengan seksama.
" Tidak ada yang spesial dari gadis ini." Kata peri berkimono.
" Kau benar, ia terlihat biasa saja." Timpal peri dengan gaun biru sembari membetulkan topinya.
" Tidak kalian salah, gadis ini spesial. Aku dapat mencium gadis ini, ia berusia 24 tahun dan masih perawan." Tegas Luna membuat Helena tertawa.
Wajah Medika memerah ia kemudian menutup wajahnya
" Apa ada yang salah dengan menjadi perawan hah!?" Sergah Medika dengan wajah merah
Luna menangkap tangan Medika yang sedari tadi ia gerakkan ke atas kebawah.
" Aku dapat mencium bau kesucian dari darah mu."
Ucapan itu membuat Medika tertegun.
" Lantas kenapa Luna?" tanya Helena.
" Aku merasa bahwa teman mu ini adalah gadis yang baik dan suci." timpal Luna.
Ucapan Luna ditambah ekspresi polosnya membuat Medika tersipu, ia seperti melihat seorang gadis kecil lucu berusia 8 tahun tengah berbicara kepadanya.
"Aku rasa keperawanan mu sangat cocok diberikan kepada tuan kami saat ia terbangun dari tidurnya." tambah Luna dengan ekspresi polos.
Medika lalu menarik tangannya, ia berceloteh panjang lebar sembari menggerakkan tangannya ke atas dan kebawah sambil menahan malu yang terlihat dari wajahnya yang memerah.
"Bagaimana aku bisa bercinta dengan seseorang yang aku.."
Tiba-tiba ia berhenti, ia menangkap ucapan Luna soal tuan mereka yang akan terbangun dari tidurnya, apakah itu adalah objek didalam tabung? namun objek itu hanyalah anak kecil yang mungkin secara fisik tidak jauh berbeda dengan bayi berusia 3 tahun.
Helena menatap Medika penuh dengan tanda tanya. Ia kemudian bertanya kepada luna, namun mulutnya ditutup oleh telunjuk Luna agar ia tidak berbicara lebih banyak.
" Sebentar lagi, mungkin 2 atau 3 hari sih menurut perhitungan ku, ditambah lagi badai akan datang jiwa para kindred pun berbisik kepadaku bahwa perang besar akan terjadi antara auror dan monarch." Jawab Luna serius.
perkataan Luna tidak hanya membuat Medika dan Helena terkejut, namun juga membuat 2 kawan peri nya tersentak kaget seperti mereka tidak mengetahui apapun.
" Tolong jangan memberikan jawaban yang semena-mena dong Luna, memangnya kau bisa berkomunikasi dengan tuan dan para kindred disaat seperti ini?" Sergah peri dengan kimono
" Melihat kedekatan antara Luna dan tuan juga kedekatannya dengan laki-laki itu, sepertinya ucapan Luna dapat kita percayai, jingwei. Lagipula intuisi Luna tidak pernah meleset kan." balas peri dengan gaun biru itu.
Peri yang bernama jingwei itu menggerutu sambil menggertak ke tanah kemudian mengembungkan pipinya.
" Seharusnya kau tidak bilang begitu kepadaku, serenade!" teriak jingwei kepada peri bergaun biru tadi
Serenade kemudian merespon dengan mengangkat bahunya.
Melihat percakapan antara ketiga peri itu membuat Medika tertawa.
" Hahaha, kalian bertiga sangat lucu, aku ingin sekali membawa salah satu dari kalian kerumah ku, ya ampun sudah sangat lama semenjak aku tidak memiliki adik kecil." Dengan polosnya Medika mengatakan sesuatu yang sangat dilarang dihadapan para peri.
Helena dengan segera menarik kerah tangan Medika ketika ia menyadari tatapan mata dingin para peri.
"bApa yang kau katakan kepada mereka tadi itu adalah sesuatu yang sangat dilarang, Medika! Cepat minta maaf!" bentak Helena dengan nada serius.
Medika bingung bagaimana bisa ucapan tulus yang ia katakan tadi malah menjadi ungkapan yang menyebalkan bagi para peri, Medika akhirnya membungkukkan badannya guna meminta maaf, dan seringai kejam para peri lepas dari mereka.
-
Setelah percakapan tadi, ketiga peri memutuskan untuk kembali ke alam mereka sembari menunggu kebangkitan tuan mereka yang telah tertidur selama bertahun-tahun. Luna kemudian menyerahkan sebuah kuncir rambut yang persis seperti yang ia kenakan, yang mana kuncir rambut inilah yang tadi ia kejar saat terjatuh dari tangga dan disaat bersamaan kedua peri lainnya bersiul tanda meledek, sesekali Luna menggertak diiringi pipinya yang memerah, Helena mengatakan bahwa itu adalah tanda bahwa Luna menyukai seseorang. Setelah pamit mereka pun menghilang dan Medika memutuskan untuk kembali kerumahnya.
Hari melelahkan itu pun berakhir ketika jam menunjukkan pukul 11.25 malam.