Bertahun-tahun aku menyendiri, terombang-ambing dalam lautan kehampaan. Tanpa punya alasan untuk hidup, tak memiliki motivasi untuk bertarung. Semua memori masa lalu ku hilang. Entah kemana.
Disaat aku membutuhkan petunjuk untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, aku hanya mengharapkan sayup-sayup bisikan dari seseorang yang aku tidak tahu darimana asalnya.
" Wahai jiwa-jiwa yang tenang.."
Pada suatu titik dimana aku meyakini bahwa semua yang aku lakukan itu penuh dengan keraguan.
Namun aku harus tetap yakin bahwa itu adalah benar.
Meskipun dengan melawan seluruh bentuk kehidupan didunia ini, demi mengembalikan tatanan dunia layaknya sedia kala.
Tak ada gentar bagi diriku, karena ketika ku jejakkan kaki ini ditanah tandus yang kuberi nama kehidupan.
Tak ada siapapun yang aku kenal selain DIA.
Aku adalah satu diantara sekian banyak pilar pada altar pengorbanan. Yang harus selalu siap sedia untuk dikorbankan, kapanpun, dimanapun.
Semua sesuai dengan kehendak DIA yang agung.
( Syair para pilar - Andra)
_
" ?"
Medika menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari tahu asal dari suara yang baru saja melintasi gendang telinganya.
" Kalian dengar itu?" Tanya Medika kepada para elf
" Dengar apa?" Jawab luna
" Suara, suara seorang pria yang mengatakan ' wahai jiwa-jiwa yang tenang ' ". Balas Medika mencoba menjelaskan apa yang ia dengar kepada para ELF.
Para elf tidak mengerti maksud Medika hingga beberapa saat, sunyi pun menghampiri sepersekian detik setelah kejadian itu. Jingwei yang sedari tadi menyadari bahwa ada 'seseorang' yang sedang mengawasi dan siap melakukan intervensi kepada Replay memory ini pun angkat suara.
" Tidak apa-apa, lebih baik kita fokus saja. Setelah hari ini kita mungkin tidak akan pernah punya waktu luang untuk mencari informasi via memori Andra, jadi sebaiknya kita harus fokus dan mengabaikan apapun sampai kita sampai pada fenomena Gerhana Matahari Ganda."
Jawaban jingwei diterima oleh para ELF dan Medika, dan mereka memutuskan untuk mengabaikan kejadian tadi. Namun sesuatu hal yang disadari oleh para ELF mengenai suara yang didengar oleh Medika. Tidak lain dan tidak bukan, merujuk kepada satu orang, yaitu :
" Pria itu."
_
Tatapan mata keduanya terasa intense meskipun disatu sisi Andra tengah memejamkan mata namun terasa gesekan aura yang sengit timbul dari mereka berdua.
Bagaikan sebuah perselisihan kuno antara dua poros yang saling berlawanan yang tidak akan pernah bisa hidup harmonis kecuali salah satu diantaranya gugur.
Keduanya tengah memperkuat kuda-kudanya, Marik sudah memanggil ke tujuh pedang legendarisnya yang tersusun rapi disisi kiri dan kanannya sementara Andra nampak biasa-biasa saja dengan pola pernafasan yang tenang dan tidak terburu-buru layaknya Marik. Keadaan mereka berdua secara singkat terbalik. Andra sudah 100% siap sementara Marik masih menimbang-nimbang apakah ia akan menyerang Andra yang sudah masuk kedalam mode Konsentrasi penuh.
_
" Dalam tenangnya, aku dapat merasakan bahwa semesta tengah mendukung Andra?" Kata serenade tiba-tiba melontarkan pernyataan.
" Eh?" Respon Medika kaget
Jingwei kemudia mencoba sedikit menerangkan kepada Medika
" Serenade adalah satu diantara para ELF yang dapat membaca Andra, dan-."
Sebelum jingwei menyelesaikan ucapannya, Medika menyela
" Satu diantara? Jadi maksudmu masih ada ELF lain dengan kekuatan luar biasa seperti kalian di luaran sana?" Tanya Medika kagum sembari mendekatkan wajahnya kepada jingwei
" Ah, uhh.. iya kira-kira begitu.."
" H-hebat, dia berhasil mengumpulkan sepasukan ELF mungil dengan kekuatan dahsyat seorang diri!?"
Dan seperti biasa, Medika merespon jawaban jingwei dengan histeris.
_
Marik kemudian menghunuskan Joyeous yang tersimpan rapih di sisi kirinya, dengan genggaman erat pada kanannya.
*Cring cring cring cring cring cring*
Ketujuh pedang itu berpindah posisi kepunggung Marik dan terhunus keatas, ketika Marik menarik mundur kaki kanannya, ketujuh pedang itu sontak terhunus semua ke arah Andra.
Marik mengabaikan seluruh keraguan hatinya untuk tidak menyerang Andra secara frontal, dengan sombongnya ia mendeklarasikan kemenangan dirinya bahkan sebelum pertarungan sesungguhnya dimulai.
" Ini kesempatan terakhir mu Andra, aku akan menghabisi makhluk abnormal seperti mu!"
Mendengar ucapan itu, Andra tersenyum senang, menyadari bahwa Marik sudah masuk kedalam perangkapnya.
_
" Nilfheim, Joyeous!"
*Whooosh*
Seluruh pedang legendaris milik Marik dipanggil dan tersusun rapih di sisi kiri dan kanan Marik yang hendak melakukan Stinger guna menusuk dada andra.
Dengan cepat seluruh aura dingin yang sebenarnya lebih mirip perasaan dingin yang dirasakan oleh orang menjelang kematian, dan semua itu Marik serap masuk kedalam dirinya dan membuatnya melintas dengan kecepatan suara langsung menuju dada andra.
Tepat ketika ujung mata Joyeous berada satu jengkal didepan dada Andra, andra pun mengaktifkan kemampuannya, Marik telah masuk ke dalam area skill milik andra.
" Aji Rasa."
Gelombang dingin dan kering bergerak cepat menembus siluet tubuh Andra, membuat Marik berfikir bahwa ia telah membunuh orang itu. Namun, diluar dugaan Andra tidak berada disana, Marik melemparkan pandangannya keseluruh ruangan selama beberapa detik, hingga salah seorang Auror rank A berteriak kepada Marik dan menunjukkan lokasi Andra.
Marik pun menoleh ke salah satu sudut ruangan, dan menemukan Andra berdiri namun tatapan mata itu, ia belum pernah bertemu dengan tatapan semenyeramkan itu, seperti Sambaran petir ditengah badai, warna merah menyala yang membentuk garis lurus saat ia melesat dengan sangat cepat.
" Akan aku tunjukan kepadamu."
Suara itu menggema keseluruh ruangan, membuat hati siapapun yang mendengarnya seketika menciut dan dipenuhi rasa takut.
" Teror yang sesungguhnya.."
_
Hari itu, Medika melihat sesuatu yang tidak pernah ia harapkan, sisi lain dari sosok yang selama ini ia kagumi, yaitu : sifat destruktif Andra.
_
Mendengar perkataan itu hati Marik seketika mengecil, seiring dengan lunturnya seluruh keberanian yang ia simpan selama 28 tahun ini semua itu seketika hilang bagai debu yang terbawa angin
Marik berkedip, namun instingnya mengatakan bahwa pukulan yang sangat mematikan akan datang
*DOOM*
Marik menahan pukulan itu dengan lingkaran sihirnya yang terbentuk secara reflek karena pedang-pedang legendaris Marik tidak cukup cepat untuk merespon kecepatan Andra. Namun, meski begitu..
" Tidak mungkin, tulangku patah akibat getaran pukulannya!?"
Beberapa tulang Marik patah, dan ia terpental beberapa meter. Menanggapi hal itu, dengan cepat Marik merespon dengan mengirimkan ke 7 pedangnya untuk mengejar andra, Andra melirik sedikit ketika ke-7 pedang tersebut hendak menghujamnya dengan kecepatan tinggi, adrenalin dalam tubuh Andra meningkat, seluruh aliran darah dalam tubuhnya kembali normal dan bahkan mengalir deras akibat semangat yang begitu tinggi, dengan langkah kaki ringan ia balik menerjang ke 7 pedang itu dan membuat semua orang disana kaget
" Apa! Dia malah balik mengejar ke-7 pedang ku!?" Respon Marik tidak percaya.
Andra menerjang dengan kecepatan penuh, ketika pedang-pedang tersebut bertemu hadap dengannya, dalam gerak lambat Andra lantas memukul setiap bagian sisi pedang tersebut dan membuatnya terpental ke berbagai arah.
Marik mengarahkan pedang-pedang nya yang semula terpental ke berbagai arah tadi untuk kembali mengejar Andra.
Dengan sekuat tenaga ia berusaha agar dapat mengunci mati pergerakan Andra, namun..
" Apa, dia bertambah cepat!?" Kata Marik terkejut.
Ia tak percaya melihat betapa Andra terlepas dari luka-luka yang ia terima sebelumnya masih memiliki begitu banyak tenaga untuk menghindari seluruh serangan Marik.
Semua Auror disana merasakan betapa besarnya keinginan Marik untuk membunuh Andra namun mereka menutup mata dan perasaan mereka, bagi mereka saat itu membungkam Andra jauh lebih penting ketimbang mengatakan kepada Marik bahwa semua itu sudah cukup.
_
Semua pedang itu menghantam sisi bunker dan menghancurkan beberapa pilar disana, Andra melewati salah satu pilar yang hancur dan mengitarinya hanya untuk berbalik arah dan menerjang balik Marik sambil menorehkan seringai kejamnya.
" Orang ini berniat mengadu Ku dengan ketujuh pedang ini!"
Marik lantas menguatkan kuda-kudanya dan menggerakan seluruh pedang-pedang itu agar semakin memburu Andra.
" Ayo Marik, buktikan kepada ku betapa kuatnya orang yang digadang-gadang lebih kuat dari 10 Auror rank S!"
Teriakan provokatif Andra membuat Marik geram, Maria yang tahu betul karakter kakaknya itu berteriak kencang.
" Jangan ikuti permainannya, Marik!!"
Namun semua itu terlambat, karena Marik sudah lupa diri dan menarik Joyeous dengan spacial magic agar kembali kepada genggamannya untuk menyerang Andra secara langsung.
Selisih beberapa belas meter dari Andra, Marik melompat dengan Joyeous di tangannya.
Beberapa detik kemudian, tubrukan antara Andra dan Marik tak bisa di elakkan, Andra mengatur posisi tubuhnya sehingga ia dapat dengan mudah memukul pangkal pedang Joyeous dan mematahkannya.
" Apa!?"
Hasil akhir yang tak terduga, ketika bagian utama Joyeous mengadu dengan kepalan tangan Andra, membuat pedang itu hancur.
" Otot dan tulang ku terbukti lebih kuat dari pedang mu, hahaha!"
Andra berlari melewati Marik yang tengah terdiam membatu tidak percaya disaat Keenam pedang yang tersisa itu menerjang Andra dan membuat kehancuran di salah satu pilar, Andra memukul semua pedang-pedang itu, ia menangkis semua pedang yang mengarah kepadanya dan kemudian menendang pedang keenam dan membuatnya terpental ke belakang tubuh marik dan menancap di lantai beton. Marik yang tersadar dari ketidak percayaannya kemudian menarik pedangnya yang tersisa ketika ia menyadari bahwa Andra sudah tidak ada dihadapannya, ia menoleh ke arah pilar yang telah hancur itu dan menemukan Andra berada dipuncak salah satu pilar yang hancur tersebut dengan tatapan mengerikan
" Omagad, aku tidak pernah melihat sesuatu yang se edgy ini dalam hidupku!" Seru Medika sembari menghentakkan langkah kakinya dengan cepat, dan membuat para ELF illfeel.
" Aku pikir hanya Luna yang tak bisa berhenti mengelukan Andra ketika kami mererun kenangan ini, ternyata kau juga sama ya." Respon Jingwei.
" Ya kau pikir saja sendiri, semua pertarungan gila ini, dimulai dari pedang Marik yang whoosh lalu gerakan tangan Andra yang whiissh, kemudian hentakan yang badoom dan semacamnya, lalu tiba-tiba dia ada diatas sana! Aah tidak bisa kubayangkan betapa ---- "
" Berisik sekali sih Medika, sudah jingwei kita abaikan saja!" Ujar Luna yang sebenarnya agak cemburu.
Jingwei pun hanya tersenyum dengan segera mengabaikan Medika yang tengah histeris.
_
Marik masih menatap keatas pilar tersebut, ia menemukan dirinya termangu menatap horor dihadapannya. Ibarat rusa yang tengah diintai oleh serigala penyendiri, ia mulai merasakan takut mengalir dalam dirinya.
" Apakah ini, yang dinamakan, kengerian..." Benak Marik dalam hati, dengan peluh perlahan menetes dari pipinya dan terjatuh kelantai.
Dari jauh Maria berteriak-teriak memanggil Marik, namun ia tidak merespon dan masih berdiri kaku dengan pandangan keatas
" Aku, akan memburu mu!"
Tiba-tiba suara tersebut melintasi gendang telinga Marik dan ia tersadar.
Andra setengah melangkah menurun dari ujung pilar, kemudian menerjang Marik dari atas.
Marik menghindari serangan spontan dari Andra, menyebabkan Andra menubruk lantai bunker tersebut, tubrukan itu menghasilkan impact yang cukup untuk menggetarkan seluruh bunker.
ketika ia membuka matanya ia melihat bahwa ia merasa seperti mengambang diudara.
Ia lalu menoleh ke arah Maria yang berteriak sambil menutup mulutnya
" Marik!!"
Diikuti oleh teriakan para Hunter lain di ruangan itu
*Bleehh*
Darah mengucur keluar dari mulut Marik ketika ia muntah sesaat ketika ia menyadari bahwa tubuhnya sekarang sudah berada di atas tanah, setidaknya setinggi 20 meter dari permukaan tanah dan nyaris menyentuh atap bunker itu.
" Beberapa saat lalu, dengan sombongnya lu bilang mau membunuh gue ya, hei Marik!"
Mata Marik seketika terbelalak ketika mendengar suara Andra yang sudah dapat dipastikan berada dibelakangnya. Marik reflek hendak menebas Andra dengan durandal yang ada ditangan kirinya namun, ketika ia berbalik dan mengayunkan tangan kirinya ternyata lengannya tidak ada, Marik menoleh kebelakang dan menemukan tangannya terputus dan jatuh kebawah.
Marik terbelalak melihat hal itu, dalam benaknya yang dipenuhi rasa takut, ia benar-benar telah kehilangan ketenangan dirinya akibat ketidakberdayaan yang ia rasakan saat itu.
_
" Teknik ke 7, rawa rontek : pukulan seribu darah."
Marik hanya mendengar kata-kata itu saat Andra menggunakan salah satu teknik beladiri nya, Seolah-olah terkena efek slow motion, pukulan demi pukulan diterima oleh Marik seraya ia mencoba menolehkan pandangannya kedepan.
*Ctuss..*
Wajah Marik terpukul sekali
Lalu diiringi dengan belasan pukulan lain yang menghantam tubuh marik
" HaHaHaHaHaHa!!!!!"
Tawa itu adalah suara terakhir yang bisa Marik dengar sebelum ia jatuh pingsan.
_
Dari bawah sana, para Auror melihat betapa Andra memperlakukan Marik secara tidak manusiawi.
Maria mencoba menyelamatkan Marik dan berusaha melompat untuk dapat menyelamatkan Marik, namun Bondan dan Rudi yang baru sampai menahan Maria dengan menarik tangan kanannya.
Para Auror lain pun histeris melihat hal itu, mereka hanya bisa berteriak menyaksikan Auror favorit mereka dihajar habis-habisan oleh orang yang bahkan mereka telah labeli sebagai musuh bersama.
Medika, dengan tatapan nanar menyaksikan semua itu dari kejauhan, membayangkan horor dan rasa sakit yang tengah Marik rasakan saat itu.
" Andra benar-benar tidak memberikan waktu istirahat kepada Marik..." Ucap Medika pelan.
Ia lalu sontak menggenggam erat pagar besi yang berada didepannya sambil berteriak lantang
" INI ADALAH KEGILAAN YANG LUAR BIASA!!!"
_
" Hwahahahahahaha.."
Selang 1 menit setelah Andra memukuli Marik, ia menahan pukulannya dan memasuki kuda-kuda baru.
" Rawa rontek, Teknik ke 9 : kehampaan tanpa akhir."
*Ini adalah teknik terkuat milik Andra, untuk saat ini. Dalam teknik ini, Andra memacu jantungnya, meningkatkan laju adrenalinnya dan juga membakar semua cadangan energi miliknya untuk menghasilkan energi hitam dengan kekuatan setara 5 miliar volt, teknik ini sangat berbahaya karena walau bisa menyapu musuhnya dengan sekali pukul, Andra akan menerima damage yang sama. Kalau bukan karena Rawa Rontek dan Pancasona yang bersemayam dalam dirinya, Andra tidak akan pernah pulih lagi.
Andra yang tengah kalap benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghancurkan Marik dengan sekali pukul, tak peduli apapun hasil akhirnya dan efek yang akan ia terima, alam bawah sadarnya hanya berfikir bahwa :
" Makhluk arogan ini harus musnah."
Sebuah kengerian tak terbantahkan, hanya jeda sepersekian detik hawa di ruangan menjadi begitu suram dan gelap.
Merasakan bahwa suasana telah berubah, Maria yang sadar bahwa Andra yang telah lepas kendali akan menghancurkan Marik yang nyaris tanpa pertahanan dengan sekali pukul, ia pun tidak tahan dan melepaskan diri dari pegangan Bondan dan Rudi lalu melompat keatas
" Maria!!"
Semua member InCa terperangah dan berteriak memanggil nama Maria, namun Maria sudah melompat dan hendak menyelamatkan kakaknya itu.
" Pergilah ke neraka!"
Energi yang terkumpul pada tangan narik itu telah bertransformasi menyerupai petir berwarna merah.
Lalu Andra menarik pukulannya dan hendak meninju Marik sekuat tenaga
Para penonton histeris melihat hal itu, sesaat sebelum pukulan itu mengenai Marik, Andra pun tersadar saat melihat Maria yang berusaha mengintervensi pertarungan ini dan hendak menggapai Marik dengan menjulurkan tangan-tangan roh miliknya.
Seketika itu ia menurunkan kekuatan pukulannya hingga 75% dan hal itu berdampak langsung pada dirinya dikarenakan ia menerima damage sebesar 175% dari pukulannya sendiri
Jantung Andra berhenti selama 0,7 detik dan akibatnya adrenalinnya mendadak macet diseluruh pembuluh darahnya, Darah yang dibawa dari Arteri dan Vena saling bertubrukan disemua titik utama miliknya dan hal itu membuat tubuh Andra berwarna merah dan beruap seolah-olah ia mengeluarkan uap darah.
Andra nyaris meledak akibat tekanan darah yang terlampau tinggi karena menahan ledakan energi yang begitu dahsyat itu. Ia pun nyaris kehilangan kesadaran. Namun.. sebuah suara sayup-sayup memanggilnya..
" Wahai diri, kuatkanlah! Engkau hadir didunia ini bukan untuk menghancurkan mereka, kau hadir sebagai pembawa peringatan."
Mata Andra terbuka, semua fungsi tubuhnya kembali normal dan kesadarannya kembali seperti sedia kala.
" Suara itu, ia kembali lagi.." benaknya dalam hati
Meskipun ia telah kembali lagi, namun pukulan itu tidak bisa ia hentikan, ia membelokkan arah pukulan itu menyamping agar tidak mengenai Marik dan Maria yang sudah dapat dipastikan akan mati, melebur seperti disiram oleh lava panas.
*Bwooosh*
Dinding disebelah kiri bunker pun hancur, serangan itu meninggalkan lubang yang sangat besar dan nyaris mengenai salah satu Auror Rank S dan membuatnya terdiam membatu akibat shock.
Gelombang angin bersuhu tinggi akibat pukulan itu pun sangat besar, Marik terpental ke tanah diikuti dengan Maria yang mencoba melindungi Marik agar tidak terhantam aspal dan mematahkan seluruh tulangnya, Maria menyelimuti dirinya dengan kekuatan rohnya lalu membentuk sebuah bola pelindung.
Pemikiran cepat Maria seketika disambut oleh aspal beton di lantai dasar bunker itu dengan tubrukan yang sangat dahsyat hingga membuat sebuah kawah yang cukup besar dengan diameter 6 meter lebih.
Andra merasa bahwa pertarungan ini sia-sia, ia mendarat dengan anggun diatas permukaan lantai. Para Auror lain didalam bunker itu seketika merespon hasil akhir pertarungan itu dengan berbagai macam sumpah serapah.
" Dasar monster!"
" Makhluk tidak jelas, pergi saja kau!"
" Kau adalah perwujudan dari malapetaka yang akan memperburuk takdir dunia ini!"
Dan berbagai macam cacian serupa yang tidak kalah sadisnya.
Andra menatap pilu semua ucapan itu, seakan sedih dengan perkataan para Auror tersebut.
Medika tidak menyangka bahwa para Auror tersebut dengan teganya mangatakan cacian demi cacian kepada andra hanya karena ia mengalahkan Marik yang notabene lebih populer darinya. Andra yang Medika ketahui selama ini sebagai pahlawan pada fenomena gerhana matahari ganda ternyata pada awal kemunculannya didiskriminasi karena ia telah melawan balik arus umum yang berlaku saat itu.
" Coba liat itu, Medika."
Kata jingwei memecah konsentrasi Medika.
" Apa?" Jawab Medika mencoba lebih jauh memahami maksud Jingwei.
" Kau tahu, andra yang sedari awal memang tidak memiliki ingatan akan masa lalunya, ia tiba-tiba datang ke sebuah dunia dengan membawa sebuah mindset bahwa ia harus menyelamatkan semua orang-orang ini dari sesuatu yang sangat berbahaya dan disaat bersamaan ia juga mencoba hidup didunia ini walau tanpa dikenali oleh siapapun, ia mencoba bertahan dari semua tatapan-tatapan menghinakan itu, selama bertahun-tahun ia menahan semua perlakuan tidak adil masyarakat hanya karena ia terlalu berbeda dari kebanyakan orang. Dan lihat itu, Medika. Ketika orang-orang yang bahkan ia coba untuk selamatkan malah berakhir memusuhinya, memakinya dan melaknatnya. Saat itu mereka tidak sadar bahwa laki-laki yang ada dihadapannya disebut-sebut sebagai the savior bagi umat manusia."
Perkataan jingwei saat itu bagai duri ditengah daging, Medika sadar betapa masyarakat modern terlalu banyak menilai buruk sesuatu yang berbeda dan tidak sama dengan kaidah umum. Ketika fenomena Aurora muncul, hampir 50% manusia didunia ini mengalami semacam kebangkitan akibat respon dari meleburnya kekuatan diluar nalar dengan realita didunia itu, hanya dalam semalam peradaban manusia berubah menjadi era yang dipenuhi dengan hal-hal supranatural. hirearki manusia saat itu bagaikan kota sodom dan gomorah yang diputar balikkan Tuhan dari atas kebawah, dimana manusia dengan kemampuan Auror tingkat tinggi sangat dihormati dan manusia tanpa kekuatan Auror nyaris tidak dipandang. Dikatakan bahwa satu dari tiga besar asosiasi Auror disebuah negara setara dengan kekuatan militer bersenjatakan lengkap di negara tersebut. Walau sistem kemiliteran negara Indonesia saat ini diubah oleh Presiden prs, menjadi sebuah kekuatan militer yang berpusat pada kemampuan Auror dari berbagai rank dan dari seluruh negara di Asia, negara ini adalah negara paling teratur dan paling ideal dalam hal kerjasama antara militer dan Aurornya akibat doktrin Nasionalisme yang selalu didengungkan oleh sang presiden selaku kepala negara dan Auror paling kuat di negara ini, namun meski begitu, kehadiran Andra dihadapan mereka -para Auror- saat itu bagaikan pukulan untuk manusia modern yang mencoba beradaptasi dengan kemampuan ajaib mereka, Andra murni menggunakan kemampuan bela diri dan skill yang ia pelajari entah dari mana. Namun, seorang diri ia membawa perubahan ke arah yang lebih stabil. Dengan memukul jatuh para Orang-orang terpilih yang dzalim dengan tangannya sendiri.
_
Meski beberapa saat telah berlalu, cacian itu masih terus keluar dari mulut para Hunter disana, Andra terlihat menundukkan kepalanya kebawah sementara sang presiden yang saat itu masih seorang Mayor menatap Andra yang sepertinya tengah tertunduk lemas
Ia baru saja sampai di bunker pertarungan itu, ia segera bergegas berangkat dari pangkalan militer Kodam jaya v begitu ia mendapatkan kabar bahwa ada perkelahian antara Auror dan makhluk tak dikenal yang mencoba berbicara dengan jenderal mereka saat itu. Dan ternyata itu adalah Andra, orang yang pernah mengalahkan semua prajuritnya dulu.
_
Setelah beberapa saat ia mendudukkan kepala.
Andra mengangkat kepalanya.
" Ya, semua orang bebas menentukan peran mereka."
Ia lalu tertawa kencang
"HAHAHAHAHAHA!!"
Semua audiens disana terdiam, dengan geram mereka menghampiri Andra, Andra lalu tersenyum sinis dan bergumam sendiri tanpa ada yang bisa mendengarnya. Setelah sekian detik semua Auror rank S dan A mengerumuninya, dan akhirnya sebuah kata keluar dari lisannya.
" Saatnya kita berpesta."
Pada akhirnya Andra menghancurkan bunker itu dan melumpuhkan semua Auror disana kecuali PRS yang pernah mengintrogasinya beberapa waktu lalu..