Chereads / Dia yang memutar samsara / Chapter 13 - Chapter 13 : Gerhana Matahari Ganda, part 4 - Aku bukanlah pahlawan.

Chapter 13 - Chapter 13 : Gerhana Matahari Ganda, part 4 - Aku bukanlah pahlawan.

Gama Tower, lt69 Jakarta Selatan.

Pukul 8 malam

_

Andra tengah berdiri dipuncak gedung tertinggi di Jakarta, matanya yang memantulkan cahaya rembulan bergerak-gerak kesana kemari bagaikan manik-manik menyaksikan lalu lalang kendaraan dibawah sana. Ia memperhatikan dengan seksama kesibukan aktifitas yang masih terjadi pada malam itu terlepas hari yang semakin larut. Otaknya mencoba memproses informasi berkaitan dengan kebiasaan masyarakat di kota itu.

" Jadi seperti ini lah rasa dari menjadi manusia, perasaan yang sangat familiar namun terasa begitu asing disaat bersamaan."

Ia lalu menatap kedua tangannya, luka-luka yang ia dapati sebelumnya sudah mengering dan rasa sakit yang semenjak kemarin ia rasakan sudah sirna. Ia lalu menatap rembulan yang bersinar terang diangkasa.

" Aku tidak tau harus kemana."

Gerutunya dalam hati, ia lalu terduduk ditepian puncak gedung itu selama beberapa menit, ia tengah merenungi keberadaan dirinya di dunia ini dan mengapa ingatannya tidak kembali bahkan setelah beberapa tahun berkelana dunia asing ini hingga sesaat setelahnya seekor burung merpati datang menghampiri..

" Huh, merpati? Malam-malam begini?"

Burung itu kemudian mendekati Andra lalu menatapnya dalam. Andra kemudian mengelus-elus kepala burung tersebut sambil berkata pelan.

" Seharusnya kau tidak perlu bersembunyi disana, Alline." Kata Andra masih dalam keadaan mengelus merpati tersebut.

Alline perlahan berjalan dari arah pintu atap gedung, sudah sedari tadi ia memperhatikan Andra

" Kenapa kau selalu bisa merasakan keberadaan ku Andra?" Tanya Alline

" Ya tentu, aku bisa merasakan hawa keberadaan semua makhluk baik yang hidup ataupun yang sudah mati saat aku mengaktifkan Aji Rasa. Apa keperluan mu kemari dan bagaimana cara mu menemukan aku?"

Alline lalu berjalan mendekati Andra dan duduk disampingnya.

" Tempat terbaik untuk menemukan serigala penyendiri pada saat rembulan adalah digedung tertinggi, tempat dimana sang serigala dapat mengawasi semuanya. Bukan begitu Andra?"

Andra lalu tersenyum kecil.

" Ya, kau benar."

Ia mengangkat tangan yang ia gunakan untuk mengelus merpati tadi, dan meletakkannya pada dakan tempat ia duduk. Andra lantas melemparkan pandangannya ke dunia malam yang luas kala itu.

Angin malam terasa semakin dingin, awan yang tadi terlihat cukup untuk menutupi pendaran cahaya bulan kini sudah sirna sepenuhnya. Langit begitu nampak bersih dan terang. Alline memperhatikan wajah Andra yang tersinari cahaya malam itu. Perasaan yg ia alami saat itu menjadi tak karuan, seperti waktu-waktu sebelumnya pada momen-momen yang kurang lebih sama dengan keadaan saat ini.

Alline mencoba mengembalikan konsentrasi nya, ia menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pipinya lalu menarik nafas dalam-dalam guna menghilangkan perasaan gugup yang ia alami.

" Jadi, kenapa kau tiba-tiba berada disini? Kami semua mencari mu, dan mengkhawatirkan keberadaan mu." Kata Alline sembari memandangi gedung diseberang sana, atau setidaknya mencoba bersikap tenang.

Andra diam beberapa saat, ia sangat enggan menjawab pertanyaan itu, ia kemudian mengarahkan pandangannya kepada Alline, disaat bersamaan wajah Andra dan Alline berpapasan, keduanya dapat saling merasakan deru nafas mereka satu sama lain, Alline menatap kedalam mata Andra terlihat sedikit warna keemasan disana dan Andra menatap dalam mata Alline yang berwarna hijau turquoise pada bola mata Alline. Alline perlahan mendekati wajah Andra hingga hanya berjarak beberapa sentimeter saja lalu tiba-tiba Andra menyentuh dahi Alline dan menyentilnya.

" Kau tahu, trik mu itu tidak akan berhasil kepadaku hahaha." Katanya meledek.

Alline kemudian menggembungkan kedua pipinya yang memerah.

" Kenapa kau selalu menolak tiap kali aku hendak mencium mu, Andra?" Tanya Alline jengkel.

Andra hanya tersenyum dan tertawa kecil

" Itu haram, Alline. Sesuatu yang dilarang oleh keyakinan ku." jawab Andra singkat.

" lucu sekali ketika kau lebih mengingat hal-hal yang berkaitan dengan peraturan-peraturan seperti ini namun kau tidak bisa mengingat siapa dirimu."

Alline menarik nafas panjang dengan jawaban itu lalu menyenderkan kepalanya di bahu Andra.

" Kau terlalu keras kepada Marik hari ini, kau seharusnya tidak perlu memotong tangannya cukup membuat dia cedera saja Andra."

Andra hendak mengelus merpati yang sedari tadi berada disana seraya memikirkan jawaban yang pas, namun merpati itu malah menolak dan bergi meninggalkan mereka.

" Aku merasakan sesuatu yang aneh dari Marik, sesuatu yg janggal semenjak pertemuan pertama kami dirumah mu itu, Alline. Aku merasa pernah bertemu dengannya entah dimana, namun tatapan mata yang dingin itu aku tak akan pernah bisa melupakannya."

" Iya, aku pikir kalian sudah saling mengenal sebelumnya soalnya Marik sangat menjaga jarak dengan orang baru namun dengan mu ia nampak biasa saja bahkan cenderung akrab."

Andra menarik nafas seraya melupakan kejadian beberapa hari terakhir ini.

" Omong-omong soal rumah, ayahku ingin sekali bertemu dengan mu besok? Apa kau bisa datang kerumah ku?" Tanya Alline

" Entahlah.."

Andra lantas berdiri lalu memegang kepala Alline

" Apa kau ingin turun dari sini?"

Alline kemudian mengangguk, Andra berdiri menghadap belakang lalu melompat dan bergantung dengan tangan kanannya, ia kemudian mencengkeram erat tepian gedung tersebut dan menariknya genggaman itu disaat bersamaan ia menangkap Alline dan hendak membawanya melompat dari gedung.

" Tutup matamu, pegangan yang kuat Alline."

Andra mendorong dirinya dengan kedua kakinya dan menangkap Alline yang tidak menyangka bahwa Andra akan membawanya terjun dari puncak gedung

"Kyaaaa~"

Andra dan Alline pun melompat diudara kemudian melakukan flip guna memutar posisi jatuh mereka, gedung dengan total 69 lantai dengan ketinggian 310 meter itu ia lompati dengan posisi kepala menghadap kebawah.

Suara angin yang bergesekan dengan kulit mereka terdengar tak karuan, namun Alline merasakan kenyamanan luar biasa ketika Andra memeluknya, Alline lalu balas memeluk erat Andra dan mendekapkan wajahnya ke dada Andra.

" Kau tau Andra, pada momen seperti ini entah mengapa aku sangat menyayangimu."

Kata Alline pelan..

" Apa? Aku tidak bisa mendengarnya, ini pasti karena suara yang ditimbulkan oleh gesekan angin." Jawab Andra

Alline hanya diam dan tersenyum sembari membenamkan wajahnya kepelukan Andra.

Dibawah sana orang-orang masih belum menyadari bahwa ada dua orang muda-mudi yang terjun dari lantai 69 menuju permukaan jalan.

" Kita hampir sampai Alline!"

Andra lalu memutar tubuhnya dan memposisikan kakinya dibawah.

*Dwar, Andra mendarat ditepian jalan. Ia melunakkan pendaratannya dengan cara memanipulasi energi disekitar tubuhnya sehingga impact yang dihasilkan oleh beban mereka berdua tidak merusak enviroment tempat mereka mendarat.

Para pejalan kaki dibuat heran oleh kejadian yang tiba-tiba itu, mereka berkerumun mengelilingi Andra dan Alline karena panik dicampur dengan rasa penasaran.

" Ya ampun, apa yang kalian lakukan?" Tanya seorang pejalan kaki wanita

" Kalian melompat dari atas Gama Tower?" Sahut salah seorang pejalan kaki lain

" Aww romantis sekali, berpelukan ketika melompat dari puncak menara itu, aku harap pacarku melakukan hal tersebut dengan ku." Sela histeris seorang pejalan kaki muda

Alline berkeringat mendengarkan ucapan-ucapan acak dari orang-orang yang tengah berkerumun disana

Ia lalu mengeluarkan Lencana InCa yang berada pada saku kardigan miliknya lalu menunjukkannya kepada orang-orang disana.

" Maaf kakak-kakak sekalian, kami ini adalah Auror, dan kejadian ini adalah hal biasa untuk kami, maaf ya jika membuat gaduh situasi disini. Kami hanya mencoba mencari jalan pintas untuk sampai ke bawah karena kami sedang terburu-buru." Kata Alline mencoba menenangkan kerumunan yang tengah bingung dan penasaran

Setelah mendengar penjelasan Alline itu, kerumunan pun membubarkan diri, ketika mengetahui bahwa mereka berdua adalah Auror, kerumunan malah semakin antusias dengan kemampuan Andra dan Alline namun karena jam menunjukkan pukul 8.45 malam akhirnya mereka terpaksa membubarkan diri. Namun salah satu celetukan pejalan kaki itu membuat Alline tersipu malu.

" Mereka itu sangat cocok ya, yang satu cantik dan satu lagi tampan sekali, dan mereka berdua adalah hunter, mereka pasti partner yang sudah saling melengkapi satu sama lain."

" Ah, mungkin saja mereka lebih dari sekedar partner. Aku rasa mereka adalah sepasang kekasih, aku melihat tadi bagaimana wanita itu memeluk si pria, ya ampun seolah-olah tidak ingin dilepaskan olehnya."

Dari jauh Alline tersipu mendengar percakapan mereka, Andra hanya menggaruk-garuk kepalanya dan mendekati Alline yang tengah diam karena malu.

" Alline.." Panggil Andra, lalu menepuk bahu Alline

Alline menoleh lalu kembali memeluk Andra dengan erat.

" Kau bisa kan, tidak meninggalkan aku semenjak hari ini?" Tanya Alline lirih

Andra hanya diam, dan mengusap kepala Alline.

" Aku menganggap mu sudah seperti adik ku, ayah mu dan Mayor PRS sudah sangat baik dan menerima keberadaan ku, aku berhutang nyawa kepada mereka dan sebagai gantinya aku akan menjagamu dengan taruhan nyawa ku sendiri."

Alline lalu mengangkat wajahnya dan memandangi wajah Andra

" Kamu janji ya?" Tanya Alline

Andra balas tersenyum hangat, sesuatu yg sangat jarang ia lakukan, ia hanya melakukan hal itu kalau hatinya benar-benar tersentuh.

" Iya, aku janji..."

Malam itu berakhir ketika Andra menemani Alline berjalan pulang hingga kerumah nya, lebih tepatnya menggendongnya karena Alline bersikap manja dengan berpura-pura kelelahan hingga ia memaksa Andra untuk menggendongnya sejauh 2km untuk sampai ke kediaman keluarga Rochefort. Dengan alasan ingin memiliki "quality time" dengan maka ia pun terpaksa menggendong Alline sampai ke kamarnya.

_

Selisih usia yang cukup jauh itu membuat hubungan mereka semenjak awal pertemuan mereka sangatlah potensial. Alline adalah anak ke tiga dan merupakan anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara Rochefort. Ia dididik dari keluarga yang kesemuanya laki-laki sehingga sedikit banyaknya ia mesti bersikap kuat dan tangguh meskipun harus tetap menjaga identitasnya sebagai seorang Wanita Bangsawan. Namun, saat bertemu Andra ia sudah merasa nyaman dan aman sehingga ia menyandarkan seluruh karakter yang ia miliki sepenuhnya kepada Andra, sehingga sifat kekanak-kanakan Alline, sifat manjanya, keras kepalanya, dan bahkan rahasia-rahasia kecil miliknya yang tidak diketahui oleh siapapun, diceritakan semuanya kepada Andra. Dan Andra menerima semua itu dan menyimpannya rapat-rapat hanya untuk dirinya sendiri.

Dibalik sifat kerasnya, dan angkuhnya. Andra memiliki sifat welas asih yang sangat kentara oleh siapapun yang pernah bertemu dengannya, sebuah karakter yang merupakan didikan dari "seseorang" kata Andra dan sudah tertanam dalam sanubari Andra sejak dahulu kala. Sesuatu yang sudah disadari sedari awal oleh Alline. Dan membuat Alline sangat menaruh rasa kepada Andra.

_

Hingga pada akhirnya, hari dimana momen paling buruk itu terjadi : Hari kematian Alline

_