Dion dan Medika terhempas hingga salah satu anak tangga, ledakan itu membuat mereka terlempar sejauh lebih dari 40 meter. Lecet menghiasi sekujur tubuh Medika, kerikil dan serpihan peluru merobek-robek pakaian yang ia kenakan ia merasakan tubuhnya remuk akibat benturan dengan tangga batu tempat ia mendarat.
Dion mencoba membopong Medika, ia meraihnya dengan kedua tangannya dan meletakan medika pada pundaknya.
" Sebentar lagi Medika, kita sudah dekat..."
Medika tidak sadarkan diri setelah kejadian itu, dalam tidurnya ia terbayang-bayang akan banyak hal. Sementara Dion langsung bertarung dengan beberapa monster selang beberapa saat setelah mereka mendarat.
*ctang ctang* *suara besi saling beradu*
"Badan ku, serasa remuk.. aduh..." tutur medika sayup
Medika mencoba memfokuskan kesadarannya, suara besi dan benturan terdengar tak jauh dari tempat dimana ia berbaring. Dion disana, tengah bertarung mencoba melindungi Medika, Medika mencoba berdiri meski ia mengalami tremor tekadnya untuk membantu Dion jauh lebih besar dari keraguan yang ia hadapi selama ditempat itu.
" Jangan terlalu gegabah Medika, tetap disana!" seru Dion sembari menahan serangan monster yang mungkin setinggi 3 meter.
*rawwrrr*
monster tersebut meraung sangat keras, membuat Dion dan Medika menutup telinga mereka berdua.
" Tidak, itu seruan bertarung. Makhluk ini memanggil kawanannya dan ini sangat gawat."
Dion menoleh kebelakang, ia menatap dalam mata Adiknya itu, Medika balas menatap dalam mata kakaknya dan ia menyadari bahwa kakaknya akan melakukan sesuatu yang luar biasa untuk menyelamatkannya namun hal itu memerlukan pengorbanan yang besar.
" Kakak, tidak..."
Dion tersenyum, ia menoleh kehadapan monster-monster yang seketika datang berkerumun. Ia menguatkan kuda-kudanya kemudian menancapkan Shifter Greatsword nya.
Mata Medika terbelalak, ia mencoba berdiri pada kedua kakinya, lalu mengangkat tangan kanannya mencoba meraih Dion. kedua kaki Medika serasa kaku, rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya, persendiannya terasa ngilu dan lemas disaat bersamaan. Medika nyaris jatuh namun ia menjaga keseimbangan dengan sangat baik dengan menghiraukan semua rasa sakitnya saat itu. ia benar-benar tidak mau melihat kakaknya berkorban lebih dari ini.
" Tidak... kau tidak boleh menggunakannya... tidak, aku mohon jangan... Kakak!!!"
Suara Medika menggema, terbawa angin kering yang mulai berkumpul disekeliling Dion yang tengah berkonsentrasi sembari menggenggam gagang pedang besar dihadapannya sekuat tenaga.
Dari kejauhan Medika dapat menyaksikan kakaknya tersenyum dengan bangga, ia merasa bahwa dirinya sudah berakting sangat keren dihadapan Adik perempuannya yang manis itu. dengan penuh kebanggaan Shifter Greatsword milik Dion yang sebelumnya begitu besar berubah bentuk menjadi sebuah katana yang sangat indah dengan ukiran aksara sanskrit.
"Merupakan sebuah kebanggaan terlahir sebagai seorang Aryan dari keluarga Nakshatra."
Ketika Dion memejamkan matanya tekanan disekitar mereka berdua berubah, menjadi lebih ringan dan dingin. Aroma amis yang sebelumnya tercium dan kebisingan yang nampak tiada henti seketika berbanding terbalik.
"Kakak, Sejak kapan kau...?"
Medika sudah tahu bahwa kakaknya adalah seorang jenius, namun ia tidak mengetahui bahwa Dion menguasai lebih dari satu teknik, dalam tradisi keluarganya terdapat sebuah teknik yang mana akan menggunakan esensi kehidupannya sebagai sumber kekuatan si pengguna dan teknik itu bernama ambulatory karena hanya teknik itu yang paling mudah diakses oleh keluarga mereka, namun yang Dion gunakan saat ini berbeda. Ini sesuatu yang lain yang hanya bisa dikuasai oleh anggota keluarga pilihan dari garis keturunan mereka.
Semua monster itu hendak menubruk Dion, namun ia tidak bergerak. Dengan penuh ketenangan, matanya yang sedari tadi ia pejamkan perlahan terbuka.
Dengan lembut, ia mengatakan mantra yang diperlukan untuk melepaskan teknik miliknya.
" Teknik penguasaan ruang : Domain expansion - indriyon immersiva."
Medika tertegun, kakaknya menguasai Domain expansion. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ternyata ada kekuatan lain yang bangkit dari garis keturunannya melalui kakaknya sendiri yang bahkan ayah mereka tidak bisa kuasai.
"Terimakasih Dunia, setelah engkau memberikan padaku pilihan buruk dengan hasil terburuk. Momen pahit dengan kenyataan terpahit dan kehilangan terbesar yang aku alami dimomen-momen akhir hidup ku, terimakasih Dunia engkau masih menghadirkan padaku sebuah kenangan terindah, yaitu : untuk menyaksikan adik kecil manisku tumbuh besar dan sehat, dan menghadirkannya dalam wujud wanita yang tangguh dan cerdas."
Ucapan tersebut sontak membuat Medika terkejut, ia menitikkan air mata dan dengan sepenuh hati menyekanya sembari tersenyum.
Monster dihadapan mereka semua mati dan katana yang dipegang Dion menghilang. kekuatan baru Dion telah menyembuhkan Medika, ia mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan dan berlari ke arah Dion.
Dion membuka tangannya lebar-lebar seraya menyambut hangat kedatangan Medika dan Medika melompat untuk memeluk kakaknya itu.
_
Gempa terasa begitu dahsyat, Medika tak dapat memperkirakan skalanya namun gemuruh yang berasal dari bawah tanah terdengar begitu dahsyat.
"Ini piramida bawah tanah, Medika kita harus cepat!" seru Dion dan Medika hanya mengangguk.
Mereka berlari cukup jauh, melewati monster yang mati. Sejauh mata mereka terdapat banyak sekali anggota tubuh monster yang berserakan entah itu kepala, tangan, kaki atau bagian dalam. Bau amis darah yang berasal dari darah hitam para monster tercium menyengat hidung mereka.
"Ini ulah InCa, begitu banyak monster yang mati tanpa ada satupun tubuh manusia. Mereka sangat hebat." seru Medika
"Ya, aku penasaran kenapa pemerintah masih membutuhkan kami semua pada event ini dan tidak langsung mengirimkan Tim elit seperti InCa padahal itu akan meminimalisir resiko dalam bentuk apapun." ucap Dion
Medika menyadari bahwa ucapan Eiden soal moralitas berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Dion barusan, bahwa sepertinya pemerintah dengan sengaja mengorbankan Rank A dan 1 rank S yang mereka nilai tidak sesuai dengan prinsip mereka. Kakaknya adalah orang yang nasionalis dan dipenuhi nilai-nilai militeristik yang sangat menentang prinsip konsumeris pemerintah korup saat itu, dan Rank S yang mereka kirim adalah Sardi Hatuala yang dikenal sangat hebat dan setara dengan Marik, namun sedari tadi ia tidak mendapati tanda-tanda adanya Sardi meskipun sudah lebih dari seminggu Medika disini. Dan lebih dari itu, Medika hampir lupa mencari tahu perihal dunia yang saat ini ia pijaki yang mungkin saja merupakan salah satu bubble universe yang mungkin diciptakan oleh Eiden demi dirinya, atau mungkin sebuah universe alternatif dengan timeline berbeda, atau mungkin dunia yang ia kenal namun berada di masa lalu. Begitu banyak teori, begitu sedikit waktu. Medika tidak peduli, baginya saat ini adalah ia bersama Dion dan dirinya akan menemui Andra guna menjelaskan semuanya.
"Awas Medika..."
Dion mendorong Medika yang tengah termenung membuat Medika terkejut dan membungkuk dibelakang Dion, Dion lalu membelah dua peluru kaliber 50mm yang berasal dari selatan menggunakan katana miliknya.
"Astaga, ternyata kalian manusia!" seru seseorang dari arah tembakan itu berasal.
Orang itu berdiri dan keluar dari tempat persembunyiannya, lalu mendekati mereka berdua dengan berlari.
"Maaf, aku tidak sengaja!"
Dion menyarungkan kembali katanya, Medika menampakkan dirinya dari belakang punggung Dion.
Didepannya, terdapat seorang wanita berpakaian putih dan jubah putih berbulu dengan visor yang keren.
"Kalian tidak apa-apa? perkenalkan aku Snow White Auror rank S, aku sedang bergantian jaga disini untuk memastikan tidak ada monster memasuki camp integrasi." ucap Snow White mecoba menjelaskan situasi
"Camp integrasi? jadi para penyintas sudah mendapatkan tempat aman? Apakah disana ada InCa dan Andra?" tanya Dion.
"Ya tentu saja, ada Sardi Hatuala juga. Marilah, aku akan mengantar kalian berdua, sepertinya wanita ini memiliki banyak hal untuk dikatakan kepada Andra."
Dion dan Medika saling melihat satu sama lain, Snow White ini sepertinya mengetahui sesuatu yang mereka berdua sembunyikan. Dion dan Medika hanya mengangguk dan mengikuti Snow White, Auror itu pun mengantar mereka berdua. Selama perjalanan mereka bertiga berbicara perihal banyak hal.
Medika memperhatikan dengan seksama tangan kiri Snow White dan ia melihat simbol di jari Auror itu, dan benar saja mereka berada dibawah Domain expansion miliknya.
Snow White menyadari tindakan Medika dan tersenyum hangat.
"Domain expansion milikku tidak dapat mengetahui isi hatimu ataupun pikiranmu, aku hanya dapat membaca gerakanmu termasuk kontraksi otot, nafas, dan melihat menembus tubuh semua yang ada disekeliling Domain ini makanya aku menamainya transparent world, namun kau, aku tak menyangka kehadiranmu memendam Indera keenam ku saat domain ku aktif. kau lelaki yang hebat Dion." puji Snow white kepada Dion
"Terimakasih atas pujian mu, aku tak punya waktu untuk menjelaskan karena waktu kita sedikit." tegas Dion
"Kau benar, kita langsung saja kedalam tenda dan ceritakan semuanya ketika kita sudah sampai disana."
Perjalanan mereka cukup jauh, mungkin sekitar 30 menit berjalan kaki, namun terasa singkat dan aman sebab banyak sekali Auror yang berjaga mungkin setiap 200 meter ada satu atau dua auror dan mereka semua menyapa Snow White dengan bahasa isyarat.
Begitu sampai di lokasi, mereka disambut oleh gerbang dengan banyak penjaga diatas pintu besar yang terbuat dari Baja, tempat ini pasti sebuah markas militer pada pulau Timor decak Medika. Dari luar pemandangan begitu riuh dan ramai, semua orang sibuk dengan keadaan mereka dan para korban jiwa kala itu.
Mereka bertiga memasuki gerbang yang terbuka, melangkahkan kaki melewati segel pelindung yang dibuat oleh Auror rank S, Medika tau betul bahwa pelindung ini dibuat oleh Aline. Snow White memperhatikan Medika dan mencoleknya.
"Kau begitu mirip Dion, namun adik Dion masih kecil, kau siapa, kemenakannya atau apa?" tanya nya dengan nada penasaran.
"Ti-tidak aku hanya sepupunya yang kebetulan bertugas disini saat fenomena ini terjadi." jawab Medika gagap.
"Oh, baiklah. Untuk sesaat aku berfikir kalau kau adalah Adiknya Dion yang berasal dari masa depan dan kembali ke masa lalu demi merubah takdir tapi yaaa itu hanya pikiran ku sih, tidak mungkin itu semua terjadi, ya kan Medika?" ucap Snow White sembari mengedipkan sebelah matanya.
Medika kaget, begitu juga Dion. begitu banyak hal yang ia ketahui perihal Dunia ini. Medika menjadi bingung apakah ini memang sebuah realita atau hanya proyeksi palsu
"Bagaimana mungkin, kau?" tanya Dion.
"Kau bisa bertanya kepada mereka, itu yang ada disana?" seru snow white sembari menunjuk ke arah beberapa orang yang berada tak jauh dari mereka.
Dion dan Medika terbelalak, mereka menangis, Medika lalu berlari ke arah salah satu dari mereka, dan kemudian memeluknya.
"Lina, kau selamat." seru Medika sembari membenamkan wajahnya ke dada Lina yang cukup besar itu
"Hei hei, jangan begitu aduh aku merasa sesak." ucap Lina mencoba melepaskan pelukan Medika, yang malah semakin mengeratkan pelukannya.
Dion berjalan menghampiri rahmat, lalu menyambut tangan lelaki itu serta memeluknya.
"Gimana bro, gimana cara lo selamat?"
Rahmat memukul bahu Dion dan menyeka hidungnya.
"Hehe, kalau bukan karena perempuan yang dibawa Aji kami pasti sudah mati. perempuan itu berlari menghampiri gue dan lina, kemudian tiba-tiba Andra muncul..."
Jawaban yang diberikan Aji membuat Dion tidak percaya
"Terus, dimana orang itu sekarang?" tanya Dion
"Itu, sedang melihat kemari..." ucap Aji sembari mengarahkan telunjuknya memunggungi Dion.
Medika melepaskan pelukannya dari Lina dan menoleh kebelakang, Andra menatap dari mata ke mata membuat Medika nyaris meleleh. Dan digenggaman pria itu terdapat kepala monster yang amat besar mungkin 5 kali ukuran kepala gajah afrika yang kemudian ia lempar sebelum ia memasuki segel perlindungan.
Aura penuh karisma, luar biasa penuh keagungan dan terror merangsek seolah melingkari leher mereka semua saat itu. langkah kakinya membuat lemas Lina yang memang tergila-gila dengan Andra, dan pria itu melangkah mendekati Medika dan berdiri dihadapannya, perasaan tidak asing ia dapati seolah-olah feel yang ia rasakan tidak jauh berbeda saat ia bersua dengan Eiden, namun Medika tidak bertanya bahkan tidak berkata sepatah katapun.
Ia hanya diam, untuk beberapa detik ia tak tahu ingin berkata apa karena Andra dan dirinya sudah terhubung.
"Kau nampak lebih tinggi, dari apa yang ku liat di kegelapan saat itu, Medika."
Sebuah suara dalam bentuk telepati bersarang di pikiran Medika, Medika hanya tersenyum karena menyadari apa yang ia katakan setidaknya hanya akan dipahami oleh orang-orang hebat seperti Andra dan Rahmat, dan ya kisah ini masih jauh dari kata selesai...
_