Chereads / Dia yang memutar samsara / Chapter 14 - Chapter 14 : Gerhana Matahari Ganda, Part 5 - Syai'r dan Senandung Jiwa.

Chapter 14 - Chapter 14 : Gerhana Matahari Ganda, Part 5 - Syai'r dan Senandung Jiwa.

" Tempat ini?" Seru Medika

Ia memperhatikan sekelilingnya, setelah kilasan balik kejadian Alline dan Andra, semuanya tampak gelap, dan lebih dari itu ia hanya mampu menjadi penonton seorang diri, tanpa ditemani para elf. Ia tidak bisa merespon, tidak bisa berkomentar, tidak bisa melakukan pergerakan apapun, ia menjadi satu bagian dengan fenomena yang ia liat seolah ia adalah bagian dari dunia saat event itu berlangsung, ia melihat segalanya dalam sudut pandang dunia yang sangat luas dan bahkan lebih leluasa daripada saat para elf yang membimbingnya, namun semuanya menjadi gelap gulita tanpa ada yang bisa ia lakukan. Hanya dingin, kesepian, perasaan terbuang dan kekalutan perlahan memakannya karena dalam kegelapan itu seolah-olah memendarkan identitas dirinya. Ia perlahan mulai tidak mengenali siapa dirinya akibat kegelapan yang begitu dahsyat.

" Apa-apaan ini!? Aku kehilangan kesadaran, apakah aku akan lenyap? Dimakan kegelapan tak berujung ini."

Tidak ada apapun bahkan suara angin pun tak ada, kesunyian mutlak hanya itu yang ia temukan dan ia rasakan.

Ia mulai menyadari kalau reka ulang telah di intervensi oleh seseorang, namun benaknya menolak dan meyakini bahwa : yang melakukan semua ini bukanlah manusia.

" Tidak mungkin, tidak tidak mungkin ada manusia yang mampu mengenkripsi mimpi yang dialami oleh kami apalagi dari jarak jauh."

Ia lalu diam, dan teringat kejadian terakhir, "Pria" itu.

" Ini pasti ulah pria itu, apa yang ia lakukan kepada ku? Luna, Jingwei, Serenade, tolong aku..."

Ia terus bergumam untuk dapat mempertahan kewarasannya, namun itu semua sia-sia sebab untuk setiap mili-detiknya ia mulai benar-benar hanyut dan hilang. Dan pada akhirnya Medika pun berhenti berfikir dan menjadi bagian dari gelapnya semesta yang tak berujung itu. Dan hal terakhir yang ia ketahui adalah :

" Aku akan hilang dikonsumsi oleh dunia fanaa ini."

_

1 detik

2 detik

3 detik

Waktu terus berjalan, namun semuanya nampak berhenti.

1 menit

2 menit

3 menit

Semuanya nampak tenang dan sunyi, layaknya tidur panjang hewan-hewan pada musim dingin, momen dimana waktu terus berjalan, namun keadaan jiwa mereka mengalami stagnansi dalam hibernasi sehingga persepsi mereka akan dunia intra dimensi menjadi semakin kabur, Medika telah menyatu dengan dunia, kesadaran Medika saat itu telah menjadi bagian dari kesadaran universal, ia adalah dunia dan dunia adalah ia, Sebuah mikrokosmos yang menjadi penghantar bagi makrokosmos.

1 jam

2 jam

3 jam

Semuanya berlanjut semakin tenang, tidak ada pergolakan lagi. Denyut jantung yang semula masih menghiasi persepsi Medika, rimanya kini menghilang dan menyatu dengan fakultas tertinggi miliknya, untuk sesaat Medika mengalami fase kontemplasi dan mulai mencapai tahap kesadaran tertinggi. Dan kini wajah Medika adalah bagian dari timur dan barat khatulistiwa, yang kemanapun ia menatap segala rahasia yang ada didunia itu tak mampu bersembunyi dari pandangannya.

Fase itu berlangsung cukup lama apalagi ketika konsepsi mengenai ruang dan waktu sudah tidak dapat terdefinisikan secara baku dan sudah tidak mampu diaplikasikan didalam dunia semi-imajiner milik Medika saat itu.

Namun perlahan sebuah noktah Cahaya mulai terlihat dari ufuk barat, entah apa itu mata angin, jika pengertian akan arah dan tujuan itu sendiri merupakan bagian yang sangat bias dalam persepsi Medika saat itu, perspektif kemanusiaannya perlahan kembali dalam bentuk fragmen-fragmen kecil, ketika ia melihat cahaya itu membentuk sebuah siluet, sosok manusia berdiri membelakanginya.

"Andra.."

Cahaya kecil itu perlahan mendekat namun masih membelakanginya, dan dalam kegelapan absolute, Medika menatap punggung Andra.

" Aku dapat merasakan semua ini? Rasa kesepian, kebingungan dan keraguan hatinya."

Seketika ruang hampa itu menjadi penuh akan aura kematian yang menyeruak dari makhluk yang tidak akan pernah bisa mati itu.

Medika terhentak, ia bisa merasakan ketakutan dalam situasi yang tidak pasti itu. Perlahan sosok itu bergumam dengan bahasa yang tidak bisa ia pahami, selama beberapa saat Medika hanya mendengar ucapan-ucapan lembut yang entah mengapa ia meyakini bahwa ucapan itu diutarakan menggunakan bahasa yang sangat sopan dan penuh dengan kehati-hatian. Ketika pada akhirnya ia dapat mendengar secara langsung perkataan sosok yang ia sangat yakini sebagai "Andra" itu.

" ...Ini adalah kutukan bagiku, aku tidak pernah bisa menghargai kehidupan dan tidak tahu mengapa aku harus hidup. Namun aku malah mendapatkan keabadian, sesuatu yang bagi banyak orang merupakan anugerah dan berkah, semua itu berbalik dan malah menjadi kutukan dan azab bagiku. Menyaksikan semua orang yang aku kenal mati, terombang-ambing dalam ketidak pastian yang tak berujung. Tak peduli betapa inginnya aku mengakhiri kehidupan ku, keabadian akan selalu senantiasa menemukan jalan agar aku dapat keluar dari berbagai macam situasi yang tidak masuk akal..."

Perlahan kesadaran Medika kembali pulih namun ia masih belum bisa memutar pandangannya untuk dapat melihat langsung wajah Andra dari secara langsung.

Medika menatap andra dan menaruh seluruh perhatiannya pada sosok dalam kegelapan itu. Cahaya ditengah kegelapan, sekecil apapun terang cahaya itu, seluruh perhatian akan tertuju padanya.

Andra lalu mengangkat kedua tangannya, ia memperhatikan kedua telapak tangannya yang perlahan mulai mengeluarkan darah. Medika tergerak hatinya untuk menggapai Andra yang tengah berdiri dalam kegelapan absolute itu. Namun kesadaran dan keinginan itu dibatasi oleh kenyataan bahwa dirinya saat itu adalah bagian utuh dari dunia tempat Andra berdiri memunggunginya.

" Siapakah aku? Darimana aku? Kemana tujuan ku? Mengapa aku harus datang dan singgah di dunia ini?"

Keinginan Medika semakin kuat, hingga ia memaksa agar dapat keluar dari kegelapan itu, kedua tangannya mulai muncul entah dari mana dan ia semakin tinggi mengangkat kedua tangannya

Apakah tujuan keberadaan ku disini? Mengapa dunia menolak keberadaan ku? Apakah aku bagian dari dunia ini?

Medika semakin ingin meraih Andra, kaki kirinya keluar dari celah dimensi yang mengurung eksistensinya, ia mulai mengambil langkah penuh perjuangan diiringi dengan jangkauan tangannya yang semakin jauh.

Mengapa dunia ini menolak ku? Apakah benar aku merupakan bagian dari dunia ini?

Penjara dimensi yang memaksa Medika untuk menjadi penonton pasif mulai retak, kedua tangan Medika telah keluar, dan retakan itu bagaikan cermin yang pecah, bunyi dari fragment yang runtuh itu membuat kegaduhan yang memekakkan telinga Medika, rasa sakit yang Medika rasakan ketika ia hendak mencoba keluar dari penjara itu semakin dahsyat, akibat rasa sakit itu langsung ia rasakan dalam jiwanya tanpa ada pelindung raga dan daging, rantai-rantai besi dengan pengait keluar dari celah dimensi mencoba mengunci Medika agar tetap berada menjadi penonton, pengait itu menancap ke seluruh bagian tubuh Medika, Medika menjerit kesakitan jiwa Medika terkoyak namun tekadnya untuk dapat meraih Andra semakin kuat.

" Dunia ini adalah penjara bagi ku, yang mengekang kebebasan ku, membatasi semua gerakanku, dan menjadi pemisah antara aku dengan kematian yang selalu aku idam-idamkan dimana aku berharap dapat menemukan dunia yang akan menerima keberadaan ku tak peduli dosa apa yang telah kuperbuat. Memori ini semakin kabur, aku tak tahu apakah aku pernah melakukan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk, namun aku tahu ada seseorang yang mengawasi ku disana dan senantiasa menantikan kepulangan ku."

Medika berhenti, meski rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, namun ia termenung mendengarkan perkataan itu.

" Kompleks... Inikah yang kau rasakan selama ini... Selama hidupku aku belum pernah menyaksikan ada seseorang dengan kerumitan seperti ini, aku belum pernah menyaksikan ada orang yang mencoba mengeksplorasi dirinya lebih dari mu, siapakah engkau, Andra? Apakah kau memang dikirim ke dunia kami sebagai penolong atau sebagai penghancur?"

Medika perlahan tertarik kembali oleh rantai-rantai yang menancap ke tubuhnya, namun tekadnya justru semakin kuat, ia meronta dan menarik rantai itu agar mengikuti langkahnya.

" AKU TAK PEDULI APAKAH ENGKAU ADALAH PELITA ATAU NODA, AKU AKAN MENGGAPAI MU, ANDRAA."

Dunia cermin itu hancur, rantai yang menyerang dan berupaya memaksa Medika untuk tetap tinggal dalam semesta imajiner itu putus, Medika telah sepenuhnya bebas dari penjara dimensi dan berlari mendekati Andra.

Diluar dugaan, Andra yang Medika lihat seolah merasa bahwa Medika ada dibelakangnya dan menoleh, dan seperti kaget melihat kedatangan Medika.

" Kau.." katanya lembut

Medika lalu menubruk Andra dan memeluknya, Andra balik memeluk Medika, mereka berdua terdorong beberapa langkah namun daya Medika tak cukup kuat untuk membuat mereka jatuh.

" Siapa kamu?" Andra lalu terhentak melihat Medika

Ia kemudian mengelus rambutnya, semua Indra perasa Medika sepenuhnya pulih dan demikian pula dengan Andra yang sepertinya memang bisa merasakan semuanya sedari awal.

Ia mengangkat bahu Medika dan menatap wajahnya.

" Kau, aku mengenal mu dan entah mengapa aku merasakan kehadiran Alline dan Maria dalam dirimu.."

Medika lantas memendamkan kembali wajahnya kepelukan Andra.

" Aku tak peduli kau menganggap aku siapa, tapi aku tak ingin meninggalkan mu. Ketika aku mengambil tempat di penjara dimensi, aku dapat merasakan semuanya : ketidakpastian mu, ke resahan mu, kesepianmu, dan berbagai macam hal kompleks lainnya, dan bahkan, rasa dari kehidupan mu yang tanpa ingatan masa lalu, aku merasakan semuanya, aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa hebatnya kamu bertahan hidup selama itu tanpa bisa mengingat apapun dari masa lalu mu, menjadi pribadi asing dalam dunia yang kau anggap palsu dan tidak nyata.".

Andra lalu tertawa

" Hahaha, karena aku tak bisa mati maka aku bisa bertahan, aku tak tahu mengapa aku memiliki kemampuan ini, namun ini pasti ulah dari orang itu yang dengan sengaja menghembuskan keabadian ke dalam raga ku untuk menahan keberadaan ku agar lebih lama didunia mu."

Medika lalu mengangkat dagunya dan menunjukkan wajahnya, wajah Andra dan Medika bertemu, pertemuan pertama mereka disebuah celah dimensi dari dunia semi-imajiner dimana mereka menyadari bahwa alam bawah sadar mereka berdua terhubung dalam satu garis lurus akibat bantuan para elf.

" Titipkan salamku kepada Luna, jingwei dan serenade, ya Medika.." kata Andra pelan.

Medika kaget, ia belum memperkenalkan dirinya, namun Andra sudah mengetahui namanya.

" Bagaimana kau bisa mengenal namaku??" Tanya Medika terheran-heran

Andra tersenyum lebar, " itu karena para elf yang mengatakannya, dan juga aku bisa melihat mu meskipun berada dalam tabung."

Medika lalu menggaruk belakang kepalanya, " hehe, ternyata..." Senyum lebar Medika.

Melihat itu, Andra merasa mendapatkan cukup alasan untuk berjuang sedikit lebih lama lagi..

" Kebiasaan mu menggaruk kepala ketika tersipu itu sungguh tidak umum untuk seorang perempuan ya, Medika." Kata Andra lembut.

Medika lalu reflek melepaskan pelukannya dan mengomel.

" Enak saja, ini merupakan k-..."

Cahaya perlahan keluar dari tubuh Andra, membentuk partikel-partikel kecil yang memecah tubuh Andra

" Apa yang terjadi pada mu, Andra???" Tanya Medika

" Sepertinya waktu ku sudah habis, aku terkejut mengapa ada orang lain yang bisa masuk kedalam dunia ini ternyata ini semua ada hubungannya dengan para elf ya, dan juga orang itu.. Jaga baik-baik dirimu Medika, sebentar lagi kita akan bertemu, namun untuk itu kau mesti menyaksikan satu event lagi yang mungkin akan mengubah persepsi mu mengenai upaya pemerintahan negara mu dan fenomena Aurora ini, untuk saat itu, aku harap kau bisa memilih dan memantapkan hati mu : apakah kau akan memilih untuk berada di sisiku, di sisi manusia-manusia itu, atau bahkan di sisi para Goetia dan mereka yang ada diatasnya. Aku menantikan pertemuan itu, Medika.."

Partikel-partikel cahaya memecah tubuh Andra dan menyebarkannya diruang hampa, Medika termenung dengan ucapan Andra, ia berdiri memandangi kehampaan mencoba memahami maksud dari ucapan itu..

" Apa yang harus aku lakukan? Ketika momen untuk memilih itu tiba, apa yang harus aku lakukan?"

Dalam keheningan itu, Medika terus bertanya-tanya hingga ia merasa kalut oleh tekanan yang jiwanya rasakan. Ia lalu jatuh duduk dan meringkuk.

Ia mengingat semuanya, fenomena itu yang menghancurkan segalanya, kejadian 10tahun lalu yang nyaris menghancurkan keluarga nya, penyerangan monster, terbelahnya langit, munculnya belasan Aurora di Bekasi dan juga... Kedatangan pria itu...

Tiba-tiba sebuah suara terdengar jelas, menggema didalam ruang kosong itu.

" Pelita laki-laki adalah nurani. Sedang bagi perempuan, harapan adalah bintang-gemintang. Pelita memberi arah terang bagi jalan, sedangkan harapan memberi jalan keselamatan."

Medika mengangkat wajahnya, ia melihat seseorang berjalan mendekatinya, Medika berdiri, ia mengenal sosok itu, pria yang menyelamatkannya dan juga cahaya abstrak yang merasuki dirinya sebelum ini.

Tidak seperti Andra, kehadirannya membawa ketenangan tanpa mengubah unsur apapun dalam dunia imajiner Medika, bukan cahaya, bukan kegelapan, hanya manusia yang berjalan melintasi ruangan kosong dalam bentuk seorang pria setinggi 200cm atau lebih, ia mengenakan topi fedora dengan rambut panjang berwarna hitam-keunguan terjuntai melewati pinggangnya dan wajah melankolis namun terlihat sangat gagah.

Medika diam membisu, ia tidak bisa mengatakan apapun melihat sosok yang serba sempurna itu. Ia seperti akan mimisan namun ia mencoba menahannya sehingga ia menundukkan pandangan, pipinya yang berubah merah pun sepertinya menjadi alasan mengapa Medika enggan menunjukkan wajahnya. Sosok itu mendekati Medika lalu memegang dahinya dengan telunjuknya lalu mengangkat wajah medika dengan sentuhan lembut didahi.

" Kau sudah besar ya,." Katanya

Medika menahan malu dengan pipinya yang memerah

" Sekarang, Medika, kau sudah mengetahui apa yang ada didalam benak Andra, beban hidupnya, sedikit dari idealismenya dan juga sudut pandangnya akan dunia ini, aku menitipkan dia kepadamu bukan untuk kau jaga tapi sebagai pelengkap karena tidak ada manusia yang sempurna, aku berharap keberadaan mu bisa menjadi pengisi dari ruang kosong yang ada di hati dan memorinya."

Medika hanya menatap pria itu tanpa bisa mengatakan apapun, karisma pria itu membuat siapapun tunduk dan submisif. Medika hanya mengangguk walau hatinya teriak ingin lari karena malu.

Pria itu lalu melepaskan telunjuknya, dan mundur beberapa langkah.

Ia lalu membentangkan kedua tangannya.

" Persiapkan diri mu Medika, untuk gejolak emosi yang lebih dari ini, di dunia dimana semua aspek-aspek negatif manusia menjadi berkali-kali lipat hingga norma dan moralitas sudah nyaris tak berlaku, dimana batasan tidak dikenal dan manusia-manusia berlomba untuk bertahan hidup, hari dimana bulan runtuh."

Medika terhentak, ia memberanikan diri untuk teriak melawan pria itu.

" Tu-tunggu, aku belum siap!!!" Seru Medika

Semuanya menjadi lambat, lalu pria itu membentangkan keduanya tangannya.

" Saksikanlah Medika, semua yang perlu kau ketahui... The World!"

Background seketika berubah, aroma darah tercium dimana-mana, suara tembakan dan teriakan makhluk buas terdengar dimana-mana, ledakan, cahaya dan petir sejauh mata memandang, Medika sampai di pulau Timor tempat Fenomena Gerhana Matahari Ganda terjadi, baru saja Medika sampai disana sebuah kepala menggelinding menghampiri kakinya, wajah shock Medika pun tak bisa dielakkan, ia berteriak dan berjalan mundur dan mendapati dirinya menginjak mayat seorang Auror yang ia liat di bunker pada kilas balik sebelumnya, ia lalu mengangkat kepalanya melihat bulan dilangit bersinar terang dengan warna merah darah dan semua itu pun dimulai.