Chereads / Dia yang memutar samsara / Chapter 11 - Chapter 11 : Gerhana Matahari Ganda, Part 2 - Lembah kunang-kunang.

Chapter 11 - Chapter 11 : Gerhana Matahari Ganda, Part 2 - Lembah kunang-kunang.

_

Lokasi : Halaman depan Lembaga Penelitian Mana Indonesia.

Pukul : 11.20 Malam.

_

Sesaat setelah Bondan keluar dari Lembaga Penelitian Mana Indonesia, Helena termenung di meja kerjanya ia mengira-ngira apa-apa saja yang sedang dilakukan oleh Medika dan Ketiga ELF dalam perjalanan mereka menikmati malam sebelum hari esok. Ia mengerutkan dahi, dan merasa sedikit cemburu sebab jenuh rasanya selama beberapa tahun ini ia hanya menghabiskan waktu memantau perkembangan pemulihan Andra yang tengah memasuki fase Dorman layaknya seorang bayi dalam janin ibu nya.

Seketika, ia tersadar dan tertawa kecil. Jika ia sendiri merasa bosan bagaimana dengan Andra yang berada didalam sana selama beberapa tahun belakangan ini? belum lagi ia tidak tahu, siapa Andra, darimana ia berasal, jadi apa ia sebelum ini, dan yang terpenting berapa usia asli ia saat ini?

Helena meletakkan memo dimeja, ia menggeser kursinya dan berjalan mendekati Andra. ia memandangi sosok bayi didalam sana, tak menyangka namun semakin menguatkan asumsinya bahwa Andra adalah pecahan fragment dari Keabadian itu sendiri, Helena mencoba merekam jejak percakapan mereka dulu meskipun dibalik kata-katanya yang konyol, kadang pula terlihat sok edgy namun dari semua itu kebijaksanaan sangat lekat dengan sosok Andra.

" Kata-kata itu bagaikan sihir, ia memasuki telinga seseorang lalu menghantui alam bawah sadar mereka. Entah nantinya, kata-kata itu akan jadi penopang sendi-sendi agar setiap individu dapat berdiri tegak atau menjadi penyebab runtuhnya keyakinan seseorang."

Setidaknya ucapan itulah yang membuat Helena meyakini bahwa ada sesuatu yang spesial di dalam sosok bayi yang tertidur ini.

Helena melipat kedua tangannya didepan seraya memperhatikan kondisi didalam tabung inkubasi. Gemuruh air didalam sana nampak bergejolak namun terasa sangat tenang, seolah-olah penghuninya tengah mengalami mimpi yang begitu memorable.

" Andra, bagaimana pun juga kau harus selamat. Aku akan melakukan yang terbaik demi pemulihan mu." ketus Helena.

Hujan malam itu turun dan seketika menjadi liar, angin berhembus kencang memasuki ventilasi udara Lembaga Penelitian Mana Indonesia.

Sementara itu, sesosok perempuan dengan gaya Gothic berambut silver muncul dari kegelapan sudut jalan kota Jakarta yang saat itu tengah hujan cukup deras.

Sosok itu melangkah dengan pandangan ke-depan tanpa menoleh sedikit pun ke-kiri ataupun ke-kanan, saat itu dalam benaknya hanya ada satu tujuan pasti, yaitu :

"Aku harus bertemu dengan Helena."

_

Sesampainya ia disana, seorang petugas keamanan berlari menghampiri wanita tersebut guna menyela kunjungannya ditengah malam yang saat ini tengah hujan rintik-rintik.

" Maaf nona, anda ada keperluan apa?" Kata petugas keamanan itu

Wanita tersebut dengan tatapan sebal menolak sapaan hangat petugas keamanan lalu bertolak pinggang sambil menggerutu.

" Sigh, sudah lah Ahrimandusa kenapa kau bersembunyi di tubuh pria tua itu?"

Seketika respon dari petugas keamanan itu pun berubah menjadi lebih dalam dan tegas.

" Kenapa kau berkunjung ketempat ini, Netheria?"

" Tentu saja, aku ingin melihat perkembangan musuh besar kita."

" Kenapa kau malah mengkhawatirkan keadaan musuh besar kita bukan malah mengurus kebutuhan Raja mu?"

Netheria lalu mengangkat kedua bahunya sambil menarik nafas panjang.

" Sigh, seharusnya kau tahu bahwa Aku juga memiliki kehidupan, tuaan."

" Hmm.. baiklah. Tapi, cepatlah kembali. Aku menantikan.."

Belum sempat sosok itu melanjutkan pembicaraannya, Netheria berjalan melewati petugas keamanan tanpa memperdulikan apa yang akan ia ucapan.

"Ya ya, sudah dulu ya. Ada pasien yang harus aku jenguk. Tu la lu.."

Petugas yang dirasuki tersebut hanya memperhatikan langkah Netheria yang memasuki gedung penelitian dari kejauhan. Sepersekian detik setelahnya kesadaran petugas keamanan itu pun kembali dan ia terheran-heran kemana perginya sosok perempuan tadi.

_

Lokasi : Laboratorium - Ruang inkubasi.

Pukul : 11.25 malam.

_

Helena masih termenung dimeja kerjanya, ia sadar betul bahwa Bondan ingin ia agar cepat-cepat pulang namun malam ini terasa sungguh berbeda, ia merasa akan ada seseorang yang akan datang namun ia tidak dapat memastikan siapa itu.

Sesaat sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu, seseorang menyapanya dari arah pintu masuk.

" Hei, Helena." Sapa Netheria dari balik pintu kepada Helena yang tengah membereskan meja kerjanya.

Helena pun terperanjat dan kaget dengan kemunculan Netheria secara tiba-tiba itu

" Netheria? Mau apa kau!?"

" Tentu saja aku ingin menjenguk petarung favorit kita."

Helena lalu berdiri dari kursinya dan berjalan menghampiri Netheria dengan kesal dan mulai berbicara dengan nada tinggi.

" Favorit kita? Berhentilah bersikap lancang seolah-olah kau diterima didunia ini!" Kata Helena sembari menunjuk-nunjuk dada Netheria

Netheria pun jengkel dan menampar tangan Helena.

" Hei, kau kasar sekali. Berbicara soal lancang, bukankah kah kau yang terlalu lancang memanfaatkan orang lain seenaknya mengikuti ambisi mu!" Bentak balik Netheria.

" Apa maksudmu!?" Jawab Helena sembari mengerutkan keningnya.

Netheria menyunggingkan senyum sinis kepada Helena dan berjalan mendekati tabung inkubasi.

" Sudahlah Helena, kau sangat terobsesi dengan orang itu sehingga memanfaatkan Andra sebagai jalan untuk menemui dia bukan?"

Helena, hanya diam mendengarkan ucapan itu. Ia tak mampu membantah pernyataan itu dan memilih memalingkan wajah sambil menggerutu.

" Hmph...."

" Hah aku benar kan?" Ledek Netheria.

" Kenapa Sang Raja tidak membunuh mu, Netheria? Kau terlalu dekat dengan musuhmu, bukankah Raja mu akan khawatir kalau kau berkhianat?" Timpal Helena dengan sinis.

" Haha, alasan yang bagus untuk membunuh ku. Tapi setidaknya aku punya privileged."

" Apa?"

Netheria lantas menunjuk dadanya yang besar kemudian membusungkannya kepada Helena.

" Aku memiliki sesuatu yang tidak kau miliki."

Wajah Helena pun memerah, dan ia mulai merasa risih dengan tingkah Netheria

" Ehh, apa-apaan maksudnya itu!"

" Yaa kau liat ini kan, apa harus aku perjelas?" Jawab Netheria dengan wajah sombongnya.

" ... Owh, jadi kau sekarang adalah pelacur dari sang Raja ya?"

" Yaa, bisa dibilang sejak awal, kami para Embodied yang terlahir sebagai hrouri berwujud perempuan saat ini adalah boneka sang Raja."

Mendengar hal itu, Helena langsung paham bahwa Netheria hendak menyampaikan sesuatu. Dari dulu, kedatangan Netheria untuk menemui Andra selalu memiliki maksud yang penting, jadi tidak mungkin kedatangannya saat ini bukankah tanpa maksud apa-apa.

" Ahh, jika kalian lahir dari kekuatan sang Raja. Bukankah hubungan kalian itu adalah inses melihat kalian harusnya memiliki hubungan ayah dan anak tee hee."

" Hhh, oke aku mengerti kemana arah pembicaraan ini."

" Katakan keperluan mu, Netheria."

" Aku hanya ingin bertemu dengan Andra, hanya itu."

Helena pun kembali duduk di kursinya lalu mematikan komputernya.

" Jadi... intinya kau pun ternyata berambisi terhadap orang itu, bukan begitu, Netheria???"

" Yah, bisa dibilang.. sebelumnya boleh aku duduk?"

Helena pun mengijinkan Netheria untuk duduk dimejanya.

" Kau tau, kabar bahwa kedatangan seorang penyintas sudah tersebar jauh jauh hari dan menjadi trending topik di dimensi ku. Pada awalnya, kami Adalah cahaya, namun karena terlalu lama terasing, terang kami perlahan meredup dan saat ini kami berlindung didalam kegelapan agar dapat bertahan."

Helena memperhatikan setiap detil ucapan Netheria agar tidak melewatkan detail apapun

Netheria dilain sisi malah menganggap sikap Helena itu sebagai suatu hal yang konyol, dan malah tertawa.

" Kau serius sekali memperhatikan, Helena."

" Aku tertarik dengan perkataan mu, memangnya tidak boleh kah aku menaruh perhatian penuh untuk semua ucapanmu?"

" Kalau kau tertarik dengan cerita ku, maka tunjukkanlah sikap ramah-tamah mu pada ku, Helena."

Helena menarik nafas dalam lalu berdiri.

" Baiklah, kau mau minum apa?"

" Tidak usah, pantry mu sangat jauh disana."

" Ugh, kenapa tadi kau menyuruhku bersikap ramah!?" Balas Helena jengkel.

Netheria hanya tertawa kecil tanda ia mulai merasa nyaman, Helena pun balik tersenyum dan kembali duduk.

_

Hari sudah semakin malam, kedua wanita itu masih saling berbincang-bincang mengenai banyak hal termasuk diantaranya rahasia-rahasia kehidupan para hrouri sebelum mereka menjadi seperti sekarang.

" Well, cahaya yang semakin redup perlahan dimakan oleh kegelapan dan aspek-aspek negatif. Dan saat itu, sang Raja beserta menteri nya datang menawarkan harapan kepada kami ketika orang itu tidak datang menemui kami. Saat itu, kami ikut dan berada dibawah aturan sang raja.

Kami kehilangan apa makna dari ketaatan, kehilangan nilai-nilai kekeluargaan. Kami lupa aspek-aspek kehidupan kami mengenai Peraturan dan Keyakinan sehingga bagi kami, hubungan terlarang seperti yang kau katakan tadi tidak memiliki arti apapun lagi.

Sang cahaya kini terkontaminasi oleh kegelapan, dan perlahan tunduk dan patuh kepada aspek-aspek negatif sang Raja."

" Wow, sungguh tragis. Aku tak menyangka kau mengarang semua itu sepertinya kau sedang playing victim lagi ya Netheria. Apa kau mencoba mengambil simpati umat manusia untuk menolong mu?"

" Ah, percuma aku bicara kepada mu helena." Kata Netheria dengan nada ngambek.

" Hehe, aku percaya kok." Respon Helena sembari memukul pelan pundak Netheria.

" Awww..." Netheria pun sedikit mengaduh dengan nada genit merespon pukulan pelan dari Helena.

Pada akhirnya mereka malah bercanda alih-alih berbincang mengenai urgensi kedatangan Netheria untuk mengunjungi Helena, namun dari kejadian ini nampak sebuah ikatan yang sedari dulu sudah terbentuk antara Helena dan Netheria, ikatan tersebut bahkan tidak berubah bagi mereka berdua bahkan semenjak hari dimana bulan runtuh 8 tahun lalu.

Mereka berdua pun saling tersenyum hangat, mengetahui bahwa mereka bisa saling mempercayai satu sama lain.

" Jadi, kau menceritakan ini semua kepadaku." Lanjut helena.

" Hanya kepada mu."

" Baiklah, lalu?"

" Ya, aku kemari tidak hanya untuk bertemu Dirimu dan Andra."

Netheria bangkit dari kursi dan berjalan mendekati tabung lalu mengelusnya.

" Andra benar-benar mirip 'orang itu' ya..."

" Ya..."

Mereka berdua termenung dihadapan tabung inkubasi Andra selama beberapa saat, tanpa sepatah kata pun. Udara dingin dari AC ditambah udara segar akibat hujan yang terbawa dari luar terbawa masuk kedalam ruangan itu dari ventilasi udara. Membuat suasana semakin nyaman. Seketika Helena tersentak ketika memperhatikan Netheria yang basah gaunnya.

"Loh kok gaun mu basah Netheria, diluar sedang hujan? Apa kau berjalan kaki dari domain mu? Kenapa tidak berteleport? Dan diliat dari keadaan mu sekarang sepertinya kau tersesat terlebih dahulu sebelum sampai ke sini ya?"

Netheria pun menarik nafas panjang mendengar pertanyaan Helena yang bertubi-tubi itu.

" Biasakan bertanya satu persatu, Helena. Ya kau tahu, bahwa kekuatan dari sang Raja belum bisa sepenuhnya dimanifestasikan didunia ini. Ia masih belum sempurna sehingga tempat dimana aku keluar dari gerbang dimensi adalah lokasi-lokasi yang memang kami telah jadikan checkpoint dan lebih dari itu, kemampuan ku di dunia ini terbatas, begitu aku keluar dari domain ku yg notabene dialiri oleh kekuatan sang Raja, aku kehilangan kuasa ku sebagai Gluttony Embodied atau sang Dosa Rakus."

" Seperti para Elf begitu?"

" Ya.."

" Wow Netheria, untuk seorang perempuan yang disebut sebagai Dosa Rakus kau terlalu banyak berbagi cerita. Setidaknya buatlah dirimu sedikit lebih egois." Ledek Helena.

" Haha, itu kan cuma gelar lagipula bukankah sudah menjadi kodrat wanita ketika bertemu karibnya ia akan banyak bicara? Helena?"

" Hahaha ya sudah barang tentu begitu kan, Netheria."

Merekapun saling tertawa dan tersenyum hangat kembali.

" Jadi sang Raja belum sepenuhnya all powerfull?" Tanya Helena penasaran.

" Ya bisa dibilang begitu, ia masih kekuarangan 2 wadah yang merupakan aspek dari Raja itu sendiri."

" Oblivion, death, shadow dan despair embodied bukan?" Kata Helena mencoba mempertegas

" Ya, dan kalau aku tidak salah. Ketika raja berbicara kepada lust embodied pada Chamber of unity, ia menyinggung soal shadow dan despair embodied yang ia pilih dari ras manusia di dunia ini?

" Jadi Marik, Maria dan 2 orang bumi lagi, begitu?"

" Ya, ini sebenarnya sebuah fenomena yang janggal ketika semua wadah berasal dari satu ras yang sama. Hal itu membuat kebingungan diantara para menteri sang Raja, dan bahkan sang Raja sangat mematuhi petunjuk ini, kami mulai berfikir bahwa ada 'sesuatu' diatas kuasa sang Raja."

Helena terdiam sesaat sembari memandangi Andra yang tengah tertidur.

" Apakah kau tau siapa nama kedua orang yang dimaksud itu, Netheria?" Tanya Helena mencoba mengenyampingkan konflik lebih besar mengenai entitas diatas Raja.

" Entahlah, sepertinya salah satunya dari Korea pastinya namun yang satu lagi aku tidak tahu, tetapi ia sudah pernah bertemu Andra dan kalah darinya. Intinya sering-seringlah mencek tv mu, jika ada kabar seseorang keluar dari dungeon ganda, perhatikan gerak geriknya. " Jawab Netheria dengan penuh percaya diri.

Helena terbayang perkataan Netheria kalau Andra pernah mengalahkan salah satu wadah sang raja, dia memang pernah mengalahkan Marik dan Maria, namun siapa pula orang yang di maksud oleh Netheria mengingat sudah sangat banyak musuh yang Andra kalahkan.

" Aku masih berandai-andai kenapa sang raja tidak membunuh mu loh hahaha.."

Netheria hanya tersenyum ia lalu melangkahkan kaki mendekati tabung inkubasi, ia menempelkan jemarinya seraya mengelus tabung tersebut.

" Sang ultimate lifeform sendiri lah yang menjamin kehidupan ku..." Jawabnya lirih.

Helena yang saat itu sedang meledek Netheria seketika tertegun.

" Orang itu, adalah pelita bagi kehidupan ini.. the preceive of universe, the ultimate lifeform, the God's left hand dan banyak lagi.. sebuah gelar yang tidak akan bisa dimiliki makhluk lain didunia ini namun dengan rendah hatinya ia tetap berkata bahwa dirinya hanyalah pelayan bagi semua makhluk ciptaan Tuhan di seluruh belahan dimensi.

Tubuh Netheria nampak menggigil, namun bukan karena udara dingin ataupun takut, layaknya seorang wanita yang akan mengalami orgasme, sebuah rasa senang yang tak dapat ditampung oleh hatinya. Helena lalu memegang tangan Netheria yang gemetaran, terasa dingin namun juga hangat, sebuah sensasi nyaman dan ketenangan yang membuktikan bahwa Netheria dahulunya adalah seorang hrouri atau makhluk cahaya.

" Tolong jangan sebutkan nama itu, Netheria..."

Netheria lalu memandang wajah Helena, Helena menatap dengan dalam menembus pupil berwarna merah itu.

" Eiden..."

Langit seketika bertambah gelap, saat itu hampir tengah malam namun diluar terdengar sangat ramai, semua suara terdengar melalui ventilasi udara yang terhubung dengan saluran udara yang mengarah keluar gedung. Anjing melolong, burung saling bersautan angin berhembus kencang dan guntur saling menyambar. Saat itu, dunia yang nyaris sepenuhnya menjadi milik sang Raja merespon nama itu dengan penuh ketakutan.

" Jalan satu-satunya bagi kita untuk sampai kepada sang ultimate lifeform adalah melalui Andra, Helena. Tidak ada cara lain.. Saat ini, Andra ibarat salah satu diantara ribuan kunang-kunang yang tengah mengisi tenaganya didunia kita, ketika ia sudah pulih, ia akan kembali melanjutkan perjalanan menuju sumber dari cahaya yang paling benderang dan meninggalkan jejak cahaya bagi kita yang mengekor dibelakangnya, sebagai makhluk yang tersesat, kita harus mengikuti cahaya itu untuk sampai kepada hutan kerajaan yang dikelilingi oleh ribuan kunang-kunang.."

" Dan pemimpin dari ribuan kunang-kunang penerang itu adalah, Eiden.."

" Iya, benar.. dan untuk sampai kesana kita memerlukan bimbingan Andra yang merupakan wakil dari dirinya di dunia ini.. Itulah mengapa kita harus memastikan kebangkitan Andra dan menerimanya dengan penuh sukacita, sebab hanya melalui dia kita dapat memperoleh naungan dari sang ultimate lifeform."

Helena kembali terdiam, sementara keriuhan diluar sana perlahan mereda. Dari jauh langkah kaki terdengar, seseorang tengah berlari ke dalam ruang laboratorium.

" Nyonya Helena. Kau tidak apa-apa?"

Tanya petugas keamanan yang sedari tadi berkeliling di dalam Lembaga Penelitian.

" Tidak, aku tidak apa-apa.."

Helena lalu menoleh ke sebelah kirinya, dan menemukan bahwa Netheria sudah tidak ada. Ia sudah pergi dan hanya menyisakan pita berwarna hitam miliknya yang tergantung disalah satu pilar energi tabung inkubasi.

Sementara petugas keamanan memasuki laboratorium, Helena mengambil pita hitam itu dan menaruhnya didalam jaket laboratorium miliknya, ia kemudian mengangkat kepalanya keatas sembari menarik nafas.

" Aku rasa aku akan pulang sebentar lagi.."