Chereads / Dia yang memutar samsara / Chapter 12 - Chapter 12 : Gerhana Matahari Ganda, Part 3 - Tanpa nama.

Chapter 12 - Chapter 12 : Gerhana Matahari Ganda, Part 3 - Tanpa nama.

Gedung Merdeka

Pukul 08.00 pm

-

Suasana malam itu terasa sendu dan beku, awan menghiasi langit dan hanya menyisakan sedikit celah bagi cahaya bulan yang sudah pecah untuk memantulkan sisa-sisa cahayanya yang sekarat.

Cahaya rembulan yang redup itu sedikit banyaknya menghiasi kesan abu-abu saat itu, yang meskipun kenyataannya dunia tengah sekarat namun tak banyak orang yang menyadarinya atau malah memilih untuk abai. Bahkan, saat baru-baru ini Lembaga berita Nasional mewawancarai masyarakat mengenai : " Apakah konflik akan berakhir atau akan berlanjut?" ternyata sudah banyak orang yang lupa akan kejadian 8 tahun lalu.

Dalam waktu singkat, konflik besar itu dilupakan oleh sebagian medium masyarakat. Saat ini, peradaban mungkin sudah kembali pulih walaupun tak menyangkal juga adanya konflik-konflik minor di seluruh penjuru dunia namun kejadian besar beberapa tahun lalu yang menyebabkan perubahan susunan satelit Planet ini, sedikit demi sedikit masyarakat sudah menjajaki fase krisis saat itu dan mulai kembali pada individualitas mereka.

Bondan, pada malam itu berfikir mengenai banyak hal disaat ia tengah berdiri memperhatikan salah satu gedung paling megah dibandung, sebuah gedung tua yang dimodernisasi dan merupakan salah satu sisa peninggalan pada masa lalu.

Gedung ini bernama Gedung Merdeka, sebuah bangunan bersejarah tempat lahirnya konferensi antar bangsa tingkat tinggi pada tahun 1955

" Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociƫteit Concordia, dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya guna sebagai sarana rekreasi dan sosialisasi bagi kalangan bangsawan belanda.

Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini.

Dan pada hari ini, salah satu event paling bersejarah didunia akan terselenggara.

Hari dimana kita, sebagai manusia biasa berhasil membangunkan dewa (dari kalangan manusia) yang tertidur untuk sekali lagi memohonkan bantuan kepadanya."

Bondan menarik nafas panjang, semilir dinginnya angin malam melingkari lehernya memasuki sela-sela jas hitam yang ia pakai, keangkuhan setelan jas tersebut terpampang ketika terkena pantulan lampu sorot yang berbalik saat menyinari Gedung Merdeka dan menambah kesan bahwasannya dirinya adalah seorang Ketua dari Asosiasi Auror Indonesia. Namun dibalik setelan jas nan angkuh tersebut tak dapat dipungkiri rasa kagumnya terhadap sang dewa perang tersebut meskipun Bondan sangat benci kepada Andra, namun ia sangat menaruh hormat kepada orang itu.

Bondan memejamkan kedua matanya mencoba mengingat kembali reka memori yang telah mengubah dirinya seutuhnya, terlintas dalam benaknya malam ketika bulan runtuh dan raungan penguasa kegelapan yang hendak memangsa jiwa-jiwa yang terjebak pada Fenomena Gerhana Matahari Ganda kala itu, dan saat itu hanya ada satu orang yang mampu berdiri menjadi pilar manusia antara dunia ini dan dunia sana, menjadi pemisah antara kegilaan yang terjadi pada malam itu, Andra - Dalam wujud Asura miliknya.

" O father who art thou in heaven, please show me the way."

Bondan terhentak kaget ketika tiba-tiba suara itu terlintas dipikirannya. Suara wanita yang sangat ia kasihi, yang pada malam itu mengorbankan dirinya agar Bondan dapat terus hidup.

*Grit - Bondan nenggemeretakkan giginya dan menatap ke langit malam, bulan yang pecah seolah menatap balik Bondan dengan penuh pilu.

" Alline, aku ingat betul pesan terakhir mu malam itu.."

Kata Bondan lirih, seraya memegangi kalung pemberian Alline yang selama ini ia kenakan : Sebuah blue garnet dalam frame tungsten.

Ia kemudian kembali menatap langit dan

memandangi Rembulan, terlihat jelas beberapa fragmen pecahan mengelilingi angkasa dalam orbit abadi sang Putri Malam. Ia mengangkat kedua tangannya mencoba merengkuh bulan yang setengah hancur itu kedalam genggamannya.

" Andra, meskipun keberadaan mu saat ini sangat sulit untuk digapai oleh manusia manapun, namun pendar cahaya mu memberikan harapan bagi kami semua, kau jauh lebih manusiawi dari ku itulah mengapa Alline, tidak bukan hanya Alline tapi seluruh anggota InCa bahkan Marik sekalipun sangat mempercayai dirimu dan mengagumi dirimu. Dan Andra, kau dapat memegang kata-kata ku ini, hari dimana aku akan membayar hutang Budi itu akan datang, aku berjanji padamu."

Angin malam semakin berhembus kencang, dedaunan seraya ikut terhembus mengikuti lantunan angin, mengitari tubuh Bondan. Bondan merasakan kenyamanan yang tak ayal bedanya dengan senyuman Alline kala itu.

" Setidaknya kau tidak perlu cemas Alline, kau tidak perlu merasakan kegelisahan yang dirasakan generasi saat ini dan dari kepergian mu kala itu aku mengambil banyak sekali pelajaran berharga dan mulai bisa berdamai dengan ego ku sendiri. Apalagi semenjak malam itu."

Seketika Bondan terbayang ucapan Andra malam itu :

" Jika kau sudah kehilangan semangat hidup? Setidaknya, jadikanlah kematian mu itu lebih bermakna, Bondan!"

" Aku ingin tetap hidup, Andra!" jawabnya lirih.

" Alline mengorbankan nyawanya untuk mu, ia ingin kau mewarisi semangat InCa, hidup lah dengan ekspektasi itu, maka Alline akan selamanya hidup dalam hati mu."

" Aku akan hidup dengan memenuhi semua harapan Alline, Andra!" jawabnya masih dalam nada yang lirih.

" Jika kau merasa kenangan hidup mu akan terasa menyakitkan, apakah kau pernah sekali saja bertanya kepada ku, pria yang tidak memiliki kenangan akan dirinya dan tidak memiliki tempat untuk kembali pulang."

Ketika mengingat perkataan Andra ini, Bondan terdiam, tubuhnya menggigil hebat layaknya orang yang tengah mengalami kejang.

Bondan mampu merespon semua pernyataan Andra itu, namun untuk kalimat terakhir ini, ia berhenti dan terisak-isak sambil menyesali semua kebodohannya selama 8 tahun itu.

" Sial, selama 2 tahun itu aku sangat egois dan tidak menyadari derita yang ia telah lalui..." Hanya kata-kata itu yang keluar dari lisannya.

Pada momen penuh khidmat itu.

Dari kejauhan, dengan memecah keheningan malam, seorang perempuan turun dari mobil yang keliatannya keluaran Toyota Supra berwarna hitam dengan plat nomer B 2511 P*E berjalan menuju Bondan. Rambut pirangnya yang dicukur pendek dengan setelan seragam pegawai kantoran itu dapat dikenali oleh siapa saja.

Ia melangkah mendekati Bondan, lalu meletakkan tangan kanannya dan berjalan melingkari leher Bondan.

" Jadi, apa persiapannya sudah selesai, ketua dewan Asosiasi Auror yang terhormat?" Katanya dengan nada lembut dan senyum dingin tersungging di bibir gadis itu.

" I-iya Nona Rita.. semua persiapan sudah siap sedia, kita akan mampu untuk membebaskan Andra besok siang." Jawab Bondan terbata-bata.

" Anak baik, karena kau sudah dapat melaksanakan tugas ini dengan baik. Pemerintah menjamin keberlangsungan posisi mu dalam Organisasi ini. Ingat Bondan, Projeckt A adalah gerbang utama bagi kita untuk dapat meraih pengetahuan perihal dunia yang telah hilang dan kaitannya dengan dimensi pararel serta rahasia para Goetia, jadi pemerintah dengan sedia mengerahkan segala macam hal yang sekiranya perlu bahkan untuk melakukan sedikit pengorbanan dari rakyat yang tidak berdosa sekalipun, agar dapat mencapai tujuan tersebut dan apabila Projekt ini berhasil, kita tidak perlu khawatir akan kematian lagi."

Jawaban dingin Rita membuat Bondan bergidik, meskipun Presiden PRS adalah pemimpin yang terhormat dan berwibawa, tapi jiwa kepemimpinannya yang kaku dan otoriter itu memang patut dipertimbangkan karena ia terkenal dengan keputusan-keputusannya yang kontroversial selama karirnya memimpin negeri ini. Namun Rita Rosseweisse berada pada level yang berbeda, ia adalah hasil didikan langsung sang pemimpin negara tersebut dan mengetahui agenda terbesar dari sang presiden, ia merupakan anak angkat tersayang nya dan merupakan tangan kanan juga penasehat pribadi sang presiden yang semenjak 3 tahun lalu menunjukkan kegemilangannya dalam operasi militer yang ia pimpin dengan tingkat keberhasilan yang nyaris 100%.

Rita lalu berjalan menjauhi Bondan, kembali menuju kendaraannya, menyisakan udara beku ciri khas seorang Argent Knight : Artemis, sesuai dengan nama julukannya, Rita diibaratkan sebagai Dewi pemburu yang tidak akan pernah membiarkan mangsanya tenang walau hanya beberapa menit.

Seorang supir sudah sedia membukakan pintu mobil tersebut, aroma parfume semerbak keluar dari mobil ketika angin malam berhembus kencang dan diiringi oleh aroma tanah basan yang menandakan bahwasanya akan turun hujan sebentar lagi.

" Ingat Bondan, ini adalah permintaan pribadi sang presiden, jadi ku minta agar kau untuk jangan mengecewakan dirinyaa."

Rita lalu masuk kedalam mobil tersebut, sang supir kemudian mengemudikan kendaraan tersebut kembali menuju kediamannya.

Bondan hanya berdiri membatu, ia tak bisa mengelak kalau keinginannya membantu pemulihan diri Andra itu datang dari dirinya namun ancaman Rita selalu memberikan kesan yang tidak nyaman seolah-olah ia tidak akan pernah bisa lepas dari tangan sang presiden semenjak kejadian hari itu, sepertinya sang presiden menaruh curiga bahwasanya ia adalah salah satu dari mata-mata Goetia. Sehingga kemanapun ia pergi dan semua tindakan yang ia lakukan, perasaan yang selalu diburu tidak pernah lekang dari benaknya.

Bondan tak bisa mengelak, ia hanya menjalankan tugasnya serta melaksanakan amanah dari pemimpin negerinya. Ia kemudian menyalakan rokok mild yang ia simpan di saku dalam kemejanya. Dan kembali memasuki Gedung Merdeka guna mempersiapkan keperluan untuk hari esok.

_

Apartemen Medika

Pukul 11 malam

-

" Medika, kau sudah melihat rivalitas Andra dan Marik bukan? Bagaimana menurutmu? " Tanya Luna bersemangat

Medika memegang dagunya seraya berfikir

" Hmm, mereka berdua sangat unik ya. Apakah mereka pernah berselisih pada kehidupan sebelumnya? Entahlah ya, tapi aku merasa hubungan mereka sangatlah dekat namun aku merasa Marik menaruh dendam kepada Andra akibat kesalahan yang dilakukan Andra dimasa lalu? Argh kepala ku pusing menerka-nerka kejadian yang aku tidak terlibat didalamnya, semua ini terasa sangat kompleks jika memang perselisihan mereka sudah terjadi bahkan pada kehidupan sebelumnya."

" Hahaha, kau benar sekali Medika, rivalitas yang unik dan bahkan melampaui konsepsi ruang dan waktu dan melewati batas-batas kehidupan. Dua jiwa yang ditakdirkan untuk bertemu namun tidak ditakdirkan untuk bersama, terdengar romantis dan sangat klise bukan? Oh iya apakah kau tahu dengan yang namanya thousand cemistry?" Tanya Luna kepada Medika

" Thousand apa?" Tanya Medika heran

" E-eh.. kau tidak tahu ya?"

Jingwei menggelengkan kepalanya lalu menyela mereka berdua.

" Thousand chemistry itu tidak umum dikalangan manusia, Luna. Aku lebih suka menyebutnya sebagai ammarah bi al-Asuu sebagai bentuk atas kemarahan Marik untuk semua yang terjadi pada kehidupan masa lalunya dan menimpakan pada kehidupan modern ini dan semua amarah itu ia limpahkan secara keseluruhan kepada Andra. Salah satu bentuk kesalahpahaman terbesar milik Marik, itulah mengapa sampai kapanpun persaingan mereka akan abadi. Namun untuk saat ini, istilah yang tepat adalah Yuanfen La Douleur Exquise, yaitu sebuah situasi hubungan persahabatan yang terikat takdir sehingga melewati batas-batas waktu dan dalam kenyataan yang menyakitkan bahwa mereka akan selamanya berseberangan, bertentangan dan tidak akan pernah memiliki titik temu sebagai seorang yang berada dalam satu idealisme."

" Serumit itukah hubungan mereka, jingwei?" Tanya Medika sambil termenung.

" Iya, pada dasarnya kami berempat memang mengalami kehidupan yang sangat menyulitkan.. " kata jingwei sambil merajuk dan hal itu membuat para elf bertanya-tanya.

Para elf menaruh perhatian kepada ucapan jingwei

" Kalian berempat? Siapa saja jingwei?" Tanya Luna, membuat Medika juga bertanya-tanya.

Jingwei menarik nafas panjang lalu memejamkan matanya seraya mengabaikan pertanyaan itu.

Medika berfikir sejenak, lalu ia Seketika menyampaikan apa yang terlintas didalam benaknya.

" Jika memang seperti itu, apakah itu juga berarti bahwa mereka berada dalam dua mode permainan yang berbeda. Maksudku, Andra digerakkan sebagai seorang protagonis oleh seseorang layaknya bidak, sama halnya dengan apa yang terjadi dengan Marik yang digerakkan sebagai antagonis. Jadi pada dasarnya semua event ini adalah permainan catur yang dimainkan seseorang di sana." Kata Medika seraya menunjuk ke langit.

Jingwei berkeringat ketika mendengar hal itu, ia dengan segera mengalihkan topik pembicaraan guna menghindari perkataan Medika ini.

" Sudah cukup, saatnya kita menyelam lebih jauh memasuki alam bawah sadar, sudah waktunya kita melihat langsung : fenomena gerhana matahari ganda." Jingwei lalu memasuki mode kontemplasinya, dan semesta disekeliling mereka pun kemudian berubah

_

" Apakah arti dari menjadi manusia, Medika?"

Medika tersentak ketika ditengah-tengah proses sinkronisasi ada yang melakukan intervensi, suara yang sama seperti yang ia dengar sebelumnya.

Medika menyaksikan perjalanan alam bawah sadar dan terkesima dalam prosesnya, bahwasanya lintasan antar memori itu terhubung dengan dunia yang sama sekali tidak kosong. Sangat berwarna, indah, layaknya alam semesta dengan bintang gemintang didalamnya. Fragmen-fragmen memori bertebaran dan mengisi setiap sudut dimensi layaknya gugusan galaksi.

" Apakah jika aku tunjukkan kepadamu sebagian dari masa lalu apakah kau akan berpihak kepadaku, Medika?

Suara itu kembali datang, Medika kini kelimpungan karena suara itu sangat nyata di telinganya sementara disana ia hanyalah seorang penyintas sendirian dalam dunia transmisi. Medika merasa ketakutan, ia merasa kehilangan arah, ia tak bisa bicara ataupun menggerakkan tubuhnya, ia merasa bahwa ruhnya akan dicabut karena ketakutan sebab dalam proses transmisi ini hanya jiwanya saja yang melakukan perjalanan antar memori. Perasaan mencekam itu semakin terasa hingga pada akhirnya suara itu kembali datang dalam bentuk cahaya yang menyerupai seorang pria.

" Baiklah jika begitu, akan aku berikan kepadamu kekuatan yang akan dapat menjadikan dirimu pembeda antara yang benar dan yang salah."

Sosok itu kemudian mendekat kedalam Medika dan berubah menjadi bentuk abstrak dan perlahan merasuk kedalam tubuh Medika dan ia pun tertidur kembali.

_

" Bondan, tunjukkan sikap hormat mu pada member baru kita!"

" Tidak akan Aline, ia dengan tegas menolak ajakan mu, ia nyaris membunuh Marik dan bahkan menghancurkan salah satu tangannya dan yang jelas makhluk mengerikan itu menentang idealisme kita."

" Seharusnya kau juga sadar kalau pertarungan mereka adalah pertarungan yang adil, Bondan. Mereka berdua memiliki keinginan membunuh yang sama dan mereka berdua berada diposisi yang sama untuk mempertahankan idealisme mereka. Bagaimana kau bisa bersikap tidak adil seperti itu untuk urusan seperti ini? Jika kau merasa idealisme kita ia tentang seharusnya kau debat dirinya dan tunjukkan kalau apa yang kita yakini jauh lebih benar ketimbang apa yang ia yakini, dengan begitu kita bisa mengatasi kesalahpahaman ini dan membuatnya menjadi lebih sederhana, bukan malah menuding Andra sebagai makhluk mengerikan, teroris dan ucapan diskriminatif lainnya! Ingat kau adalah member InCa, kau ini dipilih dari puluhan Auror diluaran sana sebagai member dari Kelompok Auror paling elite di negeri ini, prajurit nomer satu yang terpilih berdasarkan puluhan tes yang hanya dilalui oleh kalian berenam."

Bondan merasa terpojok dengan argumentasi logis milik Aline dan hanya memilih untuk diam.

" Aku khawatir kepadamu, dan sikap keras kepala mu. Kau kadang langsung melompat pada kesimpulan mu sendiri tanpa berfikir panjang terlebih dahulu, Bondan. Jika tidak ada aku yang mengawasi mu dan mengingatkan mu, lalu siapa yang akan melakukannya?" Tanya Aline memelas.

Bondan terkesima dengan ucapan manis Aline, ditambah matanya yang berkaca-kaca seperti itu.

-

Alline Rochefort

Salah satu nama paling berpengaruh pada Asosiasi Auror Indonesia kala itu, seorang gadis berusia 23 tahun, berasal dari keluarga bangsawan Rochefort yang merupakan pengusaha paling berpengaruh di negara itu. Terlepas dari nama keluarga besarnya, Alline merupakan gadis pekerja keras, energik, karismatik, cerdas dan sangat anggun. Seorang healer rank S paling hebat di negara itu.

Bondan tergila-gila pada Alline namun karena sifat ramahnya yang universal itu, Bondan tidak berharap banyak karena pada dasarnya Alline bersikap ramah kepada semua orang, ia menerima hal itu dan malah semakin menyukainya namun apabila rasa welas asih itu mulai ditunjukkan kepada Andra, rasa cemburu di dada Bondan secara dramatis meningkat.

-

" Sudahlah kalian para Lovebird, daripada kalian berdua bersitegang mengenai orang itu lebih baik sini ikut aku."

Dari kejauhan sosok lain menyapa mereka berempat, itu adalah Helena.

" Apa yang ingin kau sampaikan kepada kami, Helena?" Tanya elang.

" Sigh, intinya Marik baik-baik saja. Secara ajaib luka-lukanya mengering dan tubuhnya pulih dengan cepat namun tangannya tidak bisa dikembalikan. Dan juga Andra, ia pergi menghilang. Sampai saat ini kami belum memiliki data kemana perginya dia."

" Si sialan itu, bisa-bisanya pergi disaat seperti ini?" Hentak Bondan marah.

" Bondan!" Bentak Alline

Bondan lalu berhenti dan menundukkan pandangannya, Helena terlihat sangat jijik saat itu lalu melemparkan pandangannya dan meninggalkan mereka.

" Ya aku harap kalian semua bisa menemui Mayor PRS untuk informasi lebih lanjut. Mungkin Marik juga sudah ada disana."

Helena lalu pergi meninggalkan ruang pertemuan yang berisikan para member InCa.

" Tunggu Helena, kenapa sejak awal kau berusaha meyakinkan kami untuk merekrut Andra? Padahal sudah jelas kalau ia bertentangan dengan kami."

Suara bondan dari dalam ruangan menghentikan langkah Helena yang tengah berjalan keruangan utama, ia lalu memutar tubuhnya dan melepaskan kacamata nya.

" Kau benar-benar selalu melompat kedalam konklusi ya, Bondan. Kapan kau bisa bersikap dewasa?"

Bondan hanya terdiam, 2 orang perempuan sudah mencemoohnya hari ini didepan seluruh anggota InCa namun ia tidak merasa malu sama sekali, ia malah semakin penasaran mengapa orang ini sangat spesial bagi mereka.

" Apa yang kurang dari ku, yang dimiliki oleh orang itu?" Pikir Bondan saat itu.

Helena lalu melipat kedua tangannya, dan berdiri menatap Bondan.

" Apa kah kau tidak pernah mengetahui apa itu balas Budi?" Tanya Helena.

" Balas budi apa maksud mu?" Tanya Bondan

Helena hanya memegang dahinya lalu memasang kembali kacamatanya, ia kemudian berbalik memunggungi kelima orang tersebut.

" Apa yang akan kau lakukan ketika mengetahui bahwa negeri ini tengah kritis, dan untuk menghadapi gejolak itu pemimpin mu melakukan persembahan dan berdoa selama 70 hari lalu diiringi dengan puluhan Ilmuwan yang melakukan penelitian siang dan malam tanpa henti guna menyibak rahasia dari kehidupan."

Bondan menjadi semakin bingung dengan penjelasan Helena.

" Ketika semua harapan dan asa berada pada titik buntu, apa yang akan kalian lakukan sebagai seorang manusia yang lemah dan tidak berdaya?" Tanya Helena.

Para member InCa dibuat bingung dengan racauan Helena. Namun mereka mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

" Aku akan mencari secercah cahaya meskipun itu hanya pantulan terkecil yang bisa aku temukan." Jawab Alline.

" Yeah, bagi ku lebih baik berharap dengan adanya keajaiban daripada harus mati dalam keputusasaan." Jawab Elang

" Aku setuju sih, tak ada alasan bagi kita untuk menyerah meskipun persentase kesuksesan yang kita miliki hanya 0 koma sekian persen. Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya bukan?" Jawab Dzikra.

" Secara pribadi, meskipun aku hanya individu yang mungkin bukan bagian penting dari kisah itu. Aku tetap akan berusaha mewujudkan harapan yang tidak lebih besar dari butiran debu. Karena sebagai seorang manusia, mati dalam keadaan berputus asa bukanlah pilihan." jawab Rudi, dan membuat seluruh orang disana menaruh pandang padanya.

Bondan hanya diam, hari ini ia begitu banyak diam tak berkata apapun, perlu beberapa saat baginya untuk mendapatkan jawaban yang tepat saat itu. Cukup lama hingga Helena bosan dan hendak meninggalkan mereka. Lalu.

" Jika itu berarti aku harus mengubah ironi menjadi mukjizat, demi mengembalikan harapan orang-orang yang bergantung pada hasil penelitian itu. Aku akan menerima sang iblis menjadi malaikat pelindung ku, karena pada dasarnya seorang manusia harus dapat bertahan hidup dan dapat memenuhi kebutuhannya, dan jika itu berarti harus bergantung kepada musuh terbesar ku untuk dapat bertahan, aku akan melakukannya."

Alline tersenyum mendengar jawaban itu, begitu juga dengan Elang, Rudi dan Dzikra. Helena ikut tersenyum mendengar jawaban itu. Ia lalu melambaikan tangan kanannya seraya memberikan instruksi agar mengikuti Helena menuju ruang pertemuan.

_

Disisi Andra

Waktu tidak diketahui

-

Andra hanya berjalan menyusuri jalan sembari mengenakan Hoodie berwarna hitam miliknya, langit sudah nampak sore dan burung-burung mulai kembali ke sangkar mereka.

Ia berjalan dengan mantap namun lunglai karena tanpa tujuan.

Hingga pada sebuah pertigaan ia berpapasan dengan seseorang pemuda dengan dengan ekspresi datar namun memiliki keinginan membunuh yang sangat tinggi.

Mereka berdua saling bertatapan selama beberapa detik.

" Mau apa lu?" Tanya Andra mencoba membuka pembicaraan.

Tiba-tiba pria itu mengacungkan tangannya membentuk seperti seorang yang akan menembak

Andra sontak terkaget

*Dwar - suara ledakan pada dinding dibelakang Andra.

Andra berhasil mengelak dari serangan itu, dengan segera ia menyadari bahwa serangan tersebut berasal dari ujung jemari pria yang ada dihadapannya ini.

Pria itu lantas mengacungkan kesepuluh jarinya, dan suara adu tembak seketika terdengar.

* Dor - dor - dor - dor

Andra berlarian mencoba menghindari semua serangan tersebut sementara tembakan demi tembakan mengejarnya dan melubangi tembok dengan lubang seukuran bola basket. Alih-alih ia berlari menjauh ia malah berlari mengitari guna mencari momen yang tepat untuk menyerang balik pria itu, sesampainya ia di sebuah dinding pagar pada sebuah rumah mewah disana dan melompat ke atas nya.

" Waktunya berburu!" Seringai Andra.

Ia lalu melompat sembari menerjang pria tersebut, pria itu lantas mencoba menembakkan peluru tak terlihat miliknya itu namun Andra melakukan hindaran mid-air sehingga serangan itu tidak mengenainya.

" Terlalu lambat!"

Andra menyambar jaket pria tersebut hingga laki-laki itu terlempar beberapa meter, ia terguling hingga menabrak salah satu dinding. Pria itu pun mencoba bangkit dan berdiri dengan kedua tangannya sementara Andra memperhatikan dengan seksama musuh yang ada dihadapannya ini.

Pria itu lantas berdiri dan mengusap bibirnya yang berdarah, dan saat melihat itu seketika Andra merasa bahwasanya orang ini hanya manusia biasa dan menganggap ia tidak berbahaya sama sekali.

Andra pun menyudahi kuda-kuda nya lalu melemparkan jaket yang ia ambil seraya menyudahi pertarungan itu, namun :

Pria itu melakukan open Hatch, menunjukkan komponen robotik miliknya. Tanpa sepatah katapun ia lalu menerjang Andra hendak menusuknya dari belakang menggunakan pisau yang terlipat pada pergelangan tangannya.

Andra lalu menoleh lalu menendang leher pria itu kesamping hingga ia terbentur tembok dengan suara yang sangat keras.

*DUARRR - Ledakan kecil terjadi ketika kepala laki-laki tersebut menghantam tembok dan tertanam didalamnya.

" Pria ini berbahaya." Benak Andra, bergerak dalam gerakan slow motion.

Ia kemudian melompat kebelakang hendak menghabisi pria itu dengan seluruh kekuatan miliknya.

" Elu punya potensi untuk jadi musuh besar gue, namun sekarang gue sedang tidak mau mencari rival jadi elu akan gue buat cacat seumur hidup."

Seketika atmosfer berubah menjadi lebih berat. Tekanan udara saat itu berubah drastis, Andra yang sedari awal sedang buruk moodnya seiring dengan adrenalin yang meningkat ia berubah menjadi sangat bersemangat.

*Hyaaahh!!*

*Bdum - bdum - bdum - bdum - bdum*

Suara hantaman tinju Andra terdengar sangat keras dan semakin cepat hingga pada akhirnya orang-orang pun berkerumun untuk menyaksikan pertarungan yang tidak imbang itu.

Orang-orang yang melihat seketika histeris melihat tindakan Andra memukuli pria itu dengan pukulan dan tendangan yang sangat kuat nan cepat hingga wajahnya dan tubuhnya hancur.

Kepulan asap terbentuk seiring dengan semakin cepatnya serangan itu, sementara orang-orang masih berteriak meminta pertolongan. Ketika serangan itu usai, pria itu sudah remuk, darah mengalir dari tubuhnya yang hancur bagai bubur itu sementara Andra berdiri dalam kepulan asap hanya menunjukkan siluet tubuhnya berupa bayangan hitam.

" Hah, selesai sudah! Terimakasih sudah mengembalikan mood gue so sekarang saatnya melanjutkan perjalanan." Katanya dengan santai sembari mencium kepalan tangannya.