-
Disuatu tempat di dalam dunia alam bawah sadar.
-
Sejauh kesadaran dapat mencapainya, yang menguasainya hanyalah kegelapan tanpa ujung. sesekali gemuruh air terdengar sayup-sayup selang beberapa saat keheningan kembali mendatangi dirinya.
" Jika memang ada kenyataan dibalik fenomena Aurora ini, dimana banyak monster keluar dari dimensi lain dan manusia-manusia tertentu mengalami sebuah kejadian yang disebut sebagai kebangkitan, apakah memang kalau dunia ini tidak lebih dari sekedar permainan saja?"
Suara itu menggema didalam alam bawah sadar dirinya, terus menerus membisikkan kalimat mengenai "kenyataan" secara berulang-ulang.
Ia sadar bahwa telah lama dirinya tengah tertidur, dan selama 8 tahun itu dunia telah banyak berubah. Namun apakah ia semakin dekat dengan tujuan utamanya? Mencari kebenaran mengenai jati dirinya? Kepingan-kepingan memori yang ia kumpulkan selama 7 tahun terakhir seakan tereset kembali, menguap bagai air yang dipanaskan oleh sinar matahari.
Dalam kegelapan, ia meringkuk. ketika flashback hari-hari yang ia lalui semenjak ia menjejakkan kaki di dunia ini, (setidaknya ingatan yang tersisa darinya menunjukkan) hingga 8 tahun yang lalu semakin memudar.
" Apakah aku akan tertidur kembali? Melewati tahun demi tahun didalam kegelapan yang semakin mengikat ini.. lalu Kehilangan lebih banyak memori lagi.. ah sial, kesadaranku semakin memudar."
Kegelapan mulai memakan dirinya, kesadarannya semakin kabur termakan oleh rasa kantuk yang teramat besar, layaknya bayi yang berada pada dekapan ibu pertiwi ia tak mampu menahan dirinya lagi. Ia pun terlelap kembali seiring dengan seluruh pancainderanya yang perlahan memudar..
" Luna, Jingwei, Serenade... Aku harap kalian baik-baik saja disana.."
Ia pun tertidur lagi...
_
*Tok tok tok*
"Hah?"
Tiba-tiba suara tabung inkubasi diketuk beberapa kali.
*Tok tok tok*
" Halo, apa ada orang?" Medika mengetuk-ngetuk kaca pelindung tabung sembari memanggil-manggil objek didalam tabung.
" Si anak baru, ia kah yang mengetuk-ngetuk kaca tabung ini?"
kata pria (yang saat ini kembali menjadi bayi) itu, berbicara dalam alam bawah sadarnya.
" Hei Medika, jangan keras-keras! Kau bisa saja mengganggu pemulihan diri tuan." Bentak Luna kepada Medika.
" Ayo lah, aku penasaran. Masa selama bertahun-tahun tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan terbangun? lihat saja itu, ia tertidur dalam kepompong transparan mirip seperti rahim layaknya seorang bayi..." Ucap Medika mencoba membela diri.
Sementara di laboratorium sedang ramai. disaat bersamaan, kegelapan yang tadi menyelimuti dirinya, perlahan membias. Fragmen-fragmen kesadarannya semakin kembali diikuti dengan beberapa indra yang perlahan-lahan pulih.
*Tok tok tok*
Suara kaca tangki semakin diketuk oleh Medika.
" Cukup Medika, kau membuat ricuh suasana disini!" Kata Luna mencoba mendorong Medika agar menjauh dari tabung inkubasi.
" Ya ampun Luna, aku cuma penasaran.." jawabnya serius.
Secara perlahan, sosok itu membuka matanya sedikit demi sedikit. Hal pertama yang Ia rasakan setelah bertahun-tahun tertidur adalah sesuatu yang basah dan lembek, seperti didalam jelly yang sangat dingin.
" Aku berada dalam tubuh bayi ini lagi." decaknya dalam hati.
Dan hal pertama yang ia lihat dari balik plasenta yang menyelimutinya adalah Luna serta si anak baru yang bernama Medika, lalu ada 2 peri lain yang tengah berdiri memperhatikan keduanya yang tengah berkelahi. Jingwei dan Serenade..
" Luna..."
Serenade menoleh, ia merasa mendengar suara dari arah belakang, ia reflek melihat ke dalam tabung. Bukan main ia kagetnya ketika melihat tuannya tengah memperhatikan mereka dari dalam tabung, sosok itu menatap sayup mereka disana dengan wajah polos dan tak berdaya.
Serenade melompat kegirangan, hal itu menarik perhatian Jingwei yang sedang bertolak pinggang melihat tingkah konyol Medika dan Luna dengan wajah jengkel. Serenade kemudian menarik tubuh Jingwei dan memutarnya ke arah tabung, respon yang diberikan Jingwei tidak jauh berbeda dengan serenade. Ia pun terbang kearah Medika dan Luna menarik-narik pakaian mereka dan akhirnya Luna dan Medika pun ikut terkejut serta memberikan respon yang sama.
Semua itu sangat sunyi ketika ia melihat seluruh respon para peri dan gadis itu dari balik dunia kecilnya. Ia hanya bisa mendengar suara air yang bergemuruh akibat gelembung oksigen yang naik ke atas permukaan tabung.
Sosok mungil itu menatap mereka berempat dengan sayu, kekuatannya belum pulih bahkan untuk menggerakkan jemari kecilnya ia memerlukan kekuatan ekstra. Dari luar tabung, Medika seperti mengambil handphone yang ada di mejanya, beberapa saat kemudian Helena datang sambil berlari ke dalam laboratorium.
Selang setengah jam kemudian laboratorium dipenuhi oleh para petugas yang mendedikasikan dirinya mengawasi perkembangan pemulihan diri "objek didalam tabung" itu ditambah beberapa staff dari divisi lain pada pusat penelitian, terlepas keberadaannya didalam tabung inkubasi atau kapsul pemulihan yang terlihat tidak berdaya, setidaknya kesadarannya 65% berfungsi dengan baik, sangat cukup untuknya mengetahui situasi diluar tabung inkubasi selama beberapa bulan terakhir walau hanya samar-samar.
Sesaat setelah laboratorium diisi oleh staff lab, staff dari divisi lain pun menunggu diluar dan meihat momen itu dari luar pintu kaca. Medika memperhatikan sekitar mencoba mencari jejak keberadaan para peri yang dengan segera menyembunyikan keberadaan mereka ketika lab dipenuhi orang-orang.
-
*Blub blub blub blub*
Suara gelembung oksigen yang naik kepermukaan, sosok itu kembali berkedip sayup-sayup membuka matanya, ia melihat Helena datang menghampiri diikuti Medika dibelakangnya. Ia lalu menempelkan sebuah papan tulis putih ke kaca tabung inkubasi yang bertuliskan.
"Apakah kau bisa membaca tulisan ini? Jika iya anggukan kepala."
Sosok itu mengangguk pelan, Medika dan seorang dokter lain yang bernama Sarah menunjukkan respon bahagia sambil menarik nafas lega.
Kemudian Helena menulis sesuatu dan menempelkannya ke kaca tangki.
" Apakah kau sudah merasa baikan?"
Sosok itu menggelengkan pelan kepalanya tanda bahwa dia masih belum pulih sepenuhnya. diluar dugaan ia memegang tangannya seolah menanyakan jam berapa sekarang.
Helena menangkap pesan itu, ia segera menulis pesan di white board dan menunjukkannya kepada pria itu.
" Kau sudah tertidur kurang lebih 8 tahun 4 bulan, dan hari ini adalah hari Jum'at tanggal...."
Ketika ia membaca kalimat 8 tahun dalam tulisan itu, mata nya terbelalak. Ia meronta mencoba merobek plasenta pelindung yang menyelimutinya.
Semua orang disana terlihat panik tak terkecuali Medika dan Helena, mereka nampak kebingungan dan mencoba menenangkan sosok tersebut.
" Hei kau tenanglah, aku mengerti apa yang membuat mu semarah itu. Tapi tolong tahan emosi mu!" Teriak helena sambil mendekatkan kedua tangannya ke kaca tabung.
Medika dengan segera mengambil telepon dan Malik pergi keluar untuk mencari seseorang ditemani oleh Sarah. Sementara Hendry dan Ratna memantau patient monitor guna memastikan agar 7 Parameter kondisi pria itu berada di titik normal.
" Dokter Helena, tekanan darah bayi ini menunjukkan 195, jantungnya berdebar sangat cepat diangka 115! Temperatur serta kadar karbon dioksida nya juga sudah diambang batas!" Teriak Hendry
Helena terlihat pucat, ia takut kalau-kalau bayi ini mati setelah perjuangan mereka selama beberapa tahun ini.
" Cepat berikan faktor pembiasaan, berikan dengan dosis 2,5x lipat!" Teriak helena memberikan instruksi
Ia lalu kembali mendekatkan dirinya ke bayi itu dan mencoba berkomunikasi dengannya.
" Aku tahu kau marah, aku tau kau kesal dan benci dengan keadaan mu sekarang. Aku meminta maaf karena tidak bisa melakukan yang terbaik untukmu, Andra!"
Medika mendengar Helena mengucapkan nama pria itu, Medika untuk sementara ini masih berbicara dengan Professor alliyanah dan memintanya segera masuk ke laboratorium.
Semua staf dari divisi lain dibuat gempar dengan situasi yang tidak terduga ini ditambah lagi usaha persuasif Helena dan obat yang diberikan Hendry dan Ratna pun sia-sia karena semua itu tidak bisa meredam amarah bayi itu. Irama nafas dan tekanan darahnya semakin tinggi, Hendry dan Ratna pun menyerah dengan hanya melihat monitor sambil menyaksikan angka-angka itu perlahan naik.
" Sial, aku tidak bisa melakukan apapun!" Kata Helena sambil memukul kaca tangki.
Medika pun menutup telepon sambil menyaksikan air didalam tabung perlahan berubah warna menjadi merah tanda kehidupan di dalam tabung semakin menurun, orang-orang didalam laboratorium pun tampak putus asa. Sampai ketika Professor alliyanah datang diiringi oleh Malik dan Sarah.
" Andra, tenang lah nak!"
Suara Professor alliyanah terdengar dari arah pintu masuk lab, dan saat melihat kehadiran Professor, Andra menatap sedih kearahnya, ia pun perlahan tenang..
Suasana menjadi hening ketika Professor Alliyanah berjalan mendekati Andra, terlihat wajahnya memerah dan air matanya perlahan melintas dipipinya. Medika memperhatikan betapa Professor Alliyanah nampak begitu bahagia dengan bangunnya Andra saat itu.
" Maafkan aku Professor, aku tidak dapat mengontrol.." belum sempat Helena menyelesaikan ucapannya, alliyanah menyela
" Tidak apa-apa, biar aku yang urus mulai dari sini." Jawabnya
Mata Andra mengikuti gerakan langkah kaki Alliyanah, tatapan memelas terpancar dari matanya yang agak kebiruan. Walau dari balik rahim buatan yang menyelimuti dirinya orang-orang dapat mengetahui bahwa Andra sangat rindu kepada Alliyanah.
Alliyanah memegang tabung inkubasi, ia mengelus kacanya. Lalu menyuruh semua orang di ruang laboratorium keluar.
" Aku memohon kepada kalian agar keluar dari sini."
Perintah alliyanah yang dengan segera diikuti oleh 4 orang dokter disana. Para staf lain pun secara terpaksa mengikuti instruksi tersebut dan kembali ke ruang kerja mereka masing-masing.
Sebelum keluar dari lab. Medika memandang mereka berdua sambil berandai-andai dalam benaknya mengapa Professor meminta mereka keluar padahal sudah pasti bahwa bayi itu tidak dapat mendengar suara Profesor yang berada diluar tabung.
Medika memutar badannya, kebiasaannya untuk selalu ingin mengkritisi secara tiba-tiba pun keluar, helena yang sedari tadi memperhatikan Medika mengetahui maksud gadis konyol itu.
" Sudaaahlaaahhh medikaa." Katanya sambil menarik lengan Medika agar keluar dari laboratorium.
" E-eh Helena tunggu dulu..." Balas Medika agak kaget.
Setelah pintu tertutup secara otomatis, Alliyanah mengaktifkan protokol keamanan lab sehingga pintu masuk lab dan jendela kaca disana ditutupi oleh lapisan baja. Sesaat sebelum lapisan baja menutupi seluruh bagian jendela dan pintu lab, Medika melihat Luna, serenade dan jingwei menampakkan dirinya kepada alliyanah dan mulai mengobrol-ngobrol.
" Loh, para ELF menampakkan dirinya! apakah mereka itu mengenal Professor?" Tanya Medika sambil menunjuk.
Helena menoleh dengan wajah malas
" Kau pikir apa ada alasan lain lagi jika melihat reaksi Andra tadi selain kalau mereka sudah saling kenal?" Ia kemudian kembali menyeret Medika kearah lorong menuju kantin, dimana para dokter lain tengah menunggu mereka berdua.