Chereads / Dia yang memutar samsara / Chapter 4 - Chapter 4 : Hari dimana semuanya bermula

Chapter 4 - Chapter 4 : Hari dimana semuanya bermula

Sebuah kenangan bermain, dalam reka ulang dari masa lalu seorang Auror paling kuat di Negeri itu.

Presiden dari Republik Indonesia Serikat, bapak PRS. (yang disebut sebagai Auror terkuat di Negara dengan gelar Harimau Besi) Seorang kepala negara yang tidak ingin disebut namanya. Dia adalah orang pertama (di negara itu) yang mengalami Kebangkitan 10th lalu ketika fenomena Aurora terjadi, dan selang beberapa bulan setelahnya ia mengalami Kebangkitan Ganda disebuah dungeon ketika ia memimpin operasi militer dan mencari resource pada dungeon rank S. ia dijuluki sebagai Auror paling kuat yang bahkan bisa menyelesaikan dungeon rank A+ seorang diri tanpa bantuan siapapun.

Dia adalah seorang Pria, seorang Presiden sekaligus Auror paling dihormati dan dikagumi di Negara itu bahkan mungkin di Asia Tenggara, seorang role model baik dari segi kemampuan maupun tata Krama, seorang pemimpin militer dan seorang kepala negara, dan menjadi salah satu dari 10 orang paling berpengaruh di dunia kala itu. Namun sekuat apapun seorang pria ia pasti memiliki kelemahan dan pernah merasakan takut dan sebuah momentum paling menyakitkan, dan baginya 10th lalu adalah hal paling menyeramkan yang akan menjadi hantu seumur hidupnya.

_

Flash back

_

Disebuah ruangan yang sangat gelap, yang sepertinya merupakan sebuah ruangan interogasi. terlihat dua siluet sedang mengobrol saling berhadap-hadapan di sebuah meja.

*klik* lampu meja dinyalakan.

" Seorang sipil rendahan seperti mu berani menerjang masuk ke pangkalan militer hanya untuk bertemu dengan ku? kau punya nyali juga anak muda!" kata salah seorang yang nampak dalam siluet itu, anggap lah ia sebagai sang interogator. ia membolak-balikkan halaman laporan mengenai pria yang ada di hadapannya

Si interogator memperhatikan pria itu, ia berambut hitam dengan wajah penuh luka, bermata tajam dengan tatapan yang penuh intimidasi.

" Aku rasa, dia seusia putra sulung ku." katanya bergumam dalam hati, ia kemudian menutup lembar laporan bertuliskan *classified* tersebut, dan menaruhnya diatas meja besi dihadapannya.

" Katakan siapa nama mu?" kata interogator tersebut, ia mencoba menahan emosinya dan mencoba bersikap sebijak mungkin dan penuh ke hati-hatian kala menghadapi anak muda dengan kekuatan super seperti orang ini.

Pria dihadapannya melihatnya dengan tatapan remeh, melemparkan pandangan acuh dengan mengarahkan matanya naik dan turun kemudian sebuah senyum licik tersungging dari bibirnya.

" Jika aku katakan nama ku apakah itu akan membuat mu senang?" tanya pria itu.

*brak*

Interogator itu memukul meja besi hingga penyok lalu menarik kerah baju pemuda itu, ia tidak bisa menahan emosinya, ia merasa bahwa anak sesombong ini harus diberikan pelajaran.

" Kurang ajar, kau berani masuk ke markas ini tapi kau malah bertindak kurang ajar seperti itu? kau bahkan memukul 50 prajurit terbaikku hanya untuk datang kemari! apa yang ingin kau katakan kepadaku? jika aku tidak bisa menerima alasan mu, kubunuh kau!" suara itu lantang menggema di seluruh ruangan.

Dari luar, orang-orang bersiaga ketika mengetahui bahwa sang interogator marah dan mereka mulai gelisah mengetahui arah interogasi ini.

Pria itu tertawa kecil kemudian mencengkeram tangan interogator itu dan meremasnya hingga sang interogator berteriak kesakitan

"AKH!"

Si pria berambut hitam kemudian menarik pergelangan tangan si interogator dan kemudian mencengkeram lehernya, semua ia lakukan dari sebrang kursi tempat mereka tengah duduk.

Si interogator itu reflek memukul wajah pria itu dengan tangan kirinya,

*whoosh*

Impact yang tercipta akibat pukulan itu sampai membuat getaran yang meretakkan kaca satu arah di sebelah mereka, personil lainnya pun ikut mendengar dan merasakan getaran itu dari balik jendela yang retak.

Pukulan itu telak mengenai wajah pria itu, namun diluar dugaan serangan itu tidak mempan.

Mata sang interogator tersentak kaget, ia menyaksikan horor dari mata subjek interogasinya sebuah mata berwarna merah darah perlahan berubah warna menjadi kuning keemasan.

Interogator itu mencoba melepaskan diri, dengan melakukan berbagai macam cara

5 detik

10 detik

15 detik

Melihat situasi yang serunyam ini para tentara diruangan sebelah berlari menuju ruang interogasi, mencoba masuk dan menghentikan proses interogasi yang tidak berjalan sesuai rencana.

*tap tap tap*

Dari dalam ruangan interogasi terdengar kalau tentara diluar tengah berlari menuju ke ruangan tempat mereka berada..

Pria itu melirik ke arah pintu, dan tersenyum.

Ia lalu melepaskan cengkraman pada leher pria itu, dan mendorong nya hingga membuat sang interogator terjatuh ke kursinya

*GAH!*

Ia kemudian berdiri dihadapan sang interogator, dan melemparkan tatapan kejam kepadanya. kepala interogator itu masih memegangi lehernya yang terasa sangat sakit, lehernya seolah-olah akan lepas dan bahunya terasa akan copot.

Beberapa detik kemudian para tentara masuk dan segera mengerubungi mereka sembari menodongkan senapan serbu kepada pria itu.

" Orang ini, ia sangat berbahaya. aku tak bisa membiarkan orang ini berjalan bebas membuat kerusakan dinegeri ini." benaknya, seketika jiwa keprajuritan sang interogator itu bangkit, ia berdiri dan melempar kursi yang ia duduki kebelakang supaya tidak menghalanginya.

" Apa yang harus kita lakukan kepada orang ini pak?" tanya salah seorang prajurit

Sang interogator memegangi lehernya, lalu memposisikan dirinya untuk berdiri tegak.

ia harus berfikir cepat, bagaimana pun juga ia adalah seorang Mayor yang bertugas menjaga keselamatan para tentara di base militer ini. ia tidak ingin kalau prajurit lainnya menjadi korban dari pria dihadapannya itu.

" Tahan tembakan kalian prajurit, orang ini sangat berbaya, kita tidak bisa mengalahkannya bahkan aku tidak akan mampu bisa mengalahkannya sendirian." jawab sang interogator

jawaban itu membuat kerumunan tentara yang notabene adalah pasukan elite yang dibentuk oleh Pemerintah berisikan para Auror dari rank B, A dan S itu sontak kaget mendengar ucapan pemimpin mereka.

Bahwa pria yang ada dihadapan mereka adalah seseorang yang bahkan tidak bisa dihadapi oleh pemimpin mereka saat itu. orang paling kuat di negeri itu.

*gulp*

suasana menjadi hening, para prajurit menahan tembakan mereka dalam posisi siaga. mereka hanya dapat menelan ludah saat berada diposisi yang menegangkan ini. sementara pemimpin mereka tengah bersiap bernegosiasi dengan "makhluk ini".

" Apa yang kau inginkan ketika kau berusaha masuk kedalam pangkalan militer Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini?" tanya interogator.

pria itu memutar kursinya kebelakang, para prajurit pun terperanjat melihat aksinya dan bersiap menembak. namun sang interogator dengan segera menahan upaya itu.

si pria itu kemudian memutar kursinya dan mengambil posisi duduk sedikit lebih jauh dari kerumunan

" Nah, begini kan enak." katanya sembari tersenyum.

Orang-orang disana nampak aneh melihat tingkah tak biasa dari orang tersebut, beberapa saat yang lalu ia nampak sangat berbahaya dengan hawa membunuh yang sangat kuat yang bahkan mampu membunuh seorang manusia non-auror, namun sekarang ia terlihat sangat ramah dengan semua senyuman dan tata Krama ini, apa yang ada dibenak pria aneh ini?

" Yosh, baiklah." ia lalu berdiri kemudian membungkuk penuh hormat

para prajurit tetap bersiaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

" Perkenalkan.. Namaku adalah Andra.."

-

*tok tok tok*

Sang presiden terperanjat, semua kilas balik yang sedari tadi bermain dalam ingatannya seketika ambyar.

" Iya.. Silahkan masuk.." jawabnya dengan suara pelan.

dari balik pintu, seorang perempuan memasuki ruangan, parasnya yang sangat cantik semerbak berkilau ketika terkena cahaya matahari yang menembus ruangan melalui celah-celah jendela

Ia adalah Rita Rosseweisse, rank S, yang merupakan Anak Emas sang presiden dan sekretaris nya, ia bergelar Argent Knight : Artemis*

" Rita, ada apa?" Tanya presiden kepada gadis itu

Perempuan bernama Rita itu dengan segera berjalan mendekati presiden, lalu tiba-tiba menaruh wajahnya tepat didepan wajah presiden, mungkin hanya berjarak sekitar 3 cm. Cukup dekat bagi si presiden untuk merasakan nafas dan aroma perfume Rita merangsek masuk kedalam hidungnya.

" Tuan presiden, aku sudah sekitar 10 menit berada diluar dan memanggil mu, jika saja kau memberikan respon 5 menit lebih lama niscaya aku akan mendobrak masuk kedalam guna memastikan keadaan mu." Jawab Rita dengan wajah memelas dan nada sendu

Well sekuat apapun orangnya pasti memiliki kelemahan, mendengar nada lirih keluar dari lisan Rita dan dari jarak sedekat itu ditambah lagi dengan ekspresi wajah sedih dan paras cantik, kesan gadis *innocent* semakin nampak terlihat dan itu membuat presiden menjadi sedikit *merasa panas*

" Ahem, bisa kita langsung berbicara keintinya saja Rita. Aku mulai merasa risih dengan sikapmu yang seperti itu." Jawab presiden dengan wajah memerah.

Rita pun menarik dirinya dan dengan sigap mengambil posisi berdiri dan berakting selayaknya seorang sekretaris kepresidenan, ia lalu membuka jurnal yang ia pegang sedari tadi dan mulai membacanya satu persatu guna meringkas rinciannya kepada presiden.

" Maaf tuan presiden, saya ingin mengingatkan kepada tuan bahwa besok ada konferensi pers yang diadakan oleh Badan Penelitian Mana Indonesia pada pukul 10 pagi terkait dengan Tuan Andra, lalu setelahnya anda ada jadwal pertemuan dengan Professor Alliyanah dan Tuan Syams guna membicarakan langkah lebih lanjut dalam upaya pemulihan Andra dan setelahnya ada pertemuan dengan Kepala Asosiasi Auror Indonesia Tuan Bondan untuk mendiskusikan hal ihwal upaya menutup gerbang paralel pada pukul 7 malam." Kata Rita yang secara mengejutkan mampu bersikap formal padahal beberapa detik sebelumnya ia nampak sangat manja dan terkesan tak berdaya

" Hmm, pertemuan dengan kepala asosiasi hunter, mantan member dari InCa dan salah satu partner kami saat berada di pulau Timor dulu." Pak presiden berjalan keluar dari kursinya lalu memunggungi Rita, ia menatap langit yang kala itu terlihat mendung.

" Sulit untuk dibayangkan bahwa 8 tahun telah berlalu semenjak hari itu, waktu telah mengubah kami menjadi orang-orang lain, dan takdir telah menghantarkan kami kepada posisi yang sangat tidak terduga."

Sementara pak presiden tengah termenung memandangi langit, Rita teringat sebuah pertanyaan yang selama ini menghantuinya.

" Tuan presiden.."

" Hmm, iya?"

" Aku ingin bertanya kepadamu perihal Fenomena gerhana matahari ganda yang muncul waktu itu.."

" Tanyakan saja, aku tidak keberatan..."

" Sebenarnya aku lebih tertarik bertanya mengenai asal muasal fenomena Aurora ini dan kaitannya dengan Andra yang digadang-gadang sebagai satu-satunya orang yang mampu menghentikan sekaligus mengembalikan kehidupan di planet ini seperti sebelum adanya fenomena Aurora dan segala anomalinya.."

Sebuah pertanyaan terlarang terkait eksistensi dunia paralel dilontarkan oleh Rita, presiden takut apabila ia menceritakan satu atau dua hal kepada Rita, ia khawatir gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya itu akan membencinya. Tapi fakta dan kenyataan dikatakan walau itu pahit, pada akhirnya kebenaran harus disampaikan dan diketahui banyak orang.

Presiden PRS menarik nafas panjang, Rita dengan sabar dan penuh was-was menanti jawaban dari tuan presiden. Suasana seketika hening, Rita dapat melihat sebuah tatapan tak enak terpancar dari mata sang presiden.

" Rita..." kata pria berusia 50 tahun itu

Rita mengangkat kepalanya, bersiap mendengarkan kisah itu.

" Apakah kau pernah mendengar mengenai Ariaxis Serpent Seclorum?"

" Iya aku pernah mendengarnya.."

" Organisasi yang didalamnya terdapat orang-orang dengan kekuasaan tinggi, sebuah organisasi ambisius yang hendak menguasai dunia agar berada pada satu komando utama mengusung kebangkitan era baru bagi peradaban manusia dan merupakan basis bagi para ilmuwan jenius dengan ide-ide gila."

Rita sedikit merinding ketika mendengar ucapan itu keluar beriringan dengan nada tegas sang presiden, ia dapat merasakan ketakutan dari dalam diri presiden yang nampak dari tubuhnya yang sedikit gemetar saat mengutarakan tujuan organisasi tersebut.

Rita hanya diam, tak merespon. Sambil menunggu kelanjutan kisah sang presiden.

" Organisasi itu mengetahui sebuah rahasia mengenai dunia paralel atau dunia ghaib namun tidak berkaitan dengan makhluk halus atau apapun itu. Dunia paralel yang dimaksud disini adalah dunia yang sama persis seperti dunia kita, terdapat beberapa universe disini yang menjadi concern dari Organisasi ini, ada dunia yang semenjak awal terbentuknya berkonflik dengan monster yang merupakan Bagian dari self defense mechanism dari Universe mereka sendiri yang menganggap manusia sebagai patogen yang mesti dimurnikan, ada universe yang menunjukkan kemiripannya dengan dunia kita saat ini namun lebih maju namun tengah mengalami wabah mematikan yang suatu saat nanti akan menghancurkan mereka pada titik yang tidak terbantahkan, namun dari semua itu yang menjadi concern utama dari Organisasi ini adalah Universe utama induk dari semua universe yang aku katakan tadi dimana dunia itu sudah hancur dan hanya menyisakan sebagian kecil kehidupan atau sekitar 313 orang penghuni semesta pararel itu. Namun, isu lain beredar dalam organisasi bahwa dunia paralel itu tidak lain dan tidak bukan adalah dimensi utama yang telah mengalami 'kiamat' dan hanya menyisakan sebagian kecil saja kehidupan disana setelah mengalami sejenis kebangkitan kembali. Seolah-olah semesta itu memang hancur untuk sebuah tujuan yang sangat besar..." Terang sang presiden.

Kisah yang ia dengar sedikit banyaknya meresap kedalam benak Rita, ia merasa bahwa kisah ini terdengar mengada-ngada dan seketika itu ia tahu arah pembicaraan ini.

Belum sempat ia menyela, si presiden kembali duduk di kursinya. Ia lalu menatap ke arah mata Rita.

" Aku tahu kisah ini terdengar seperti novel atau cerita fiksi lainnya namun apa yang akan kau lakukan jika semua fenomena itu, bahwa segala macam bentuk kehidupan yang kau ketahui, saling berkaitan satu sama lain dengan dunia diseberang sana? Bahwa kita pada akhirnya hanyalah sebuah replika dari bentuk kehidupan yang pernah ada sebelumnya."

Mendengar pernyataan presiden mengenai "kemungkinan itu" membuat hati Rita terhentak, jika memang semua itu benar, lalu apa gunanya ia hidup? Dan mengapa semua orang yang ia kenal harus mati? Kehidupan yang tidak lebih dari permainan, dimana manusia, jutaan manusia yang memiliki nyawa hanyalah sebuah pion yang bermain di atas papan catur, dimainkan oleh 2 pemain besar yang dinamakan kebaikan dan kejahatan.

Sebuah memori masa lalu memainkan reka ulang pada ingatan Rita : Aurora terindah yang pernah Rita lihay muncul dilangit, kematian kedua orangtuanya, Monster yang membunuh seisi desa tempat ia tinggal, dan.. seorang pria, berambut hitam yang datang entah dari mana, dan menyelamatkan dirinya saat itu, diusianya yang ke 18 tahun, ia tidak memiliki apapun selain semangat juang yang diucapkan oleh pria itu :

" Jika kau terus bergantung pada orang lain, apa yang akan terjadi pada mu saat tidak ada orang yang datang untuk melindungi mu?

Kekuatan mengendalikan semuanya, dan tanpa kekuatan kau tidak dapat melindungi apapun, dan pada akhirnya kelemahan itu akan membuat dirimu sendirian."

Sebuah kata-kata yang memiliki pengaruh sangat besar bagi dirinya, membuatnya menjadi seorang Hunter rank S sekaligus prajurit elite yang memimpin pasukan pengamanan presiden.

_

"ugh.."

Rita memegang mata kirinya, ia teringat bahwa beberapa waktu lalu ia pernah bermimpi bertemu dengan seorang pria yang tengah terduduk layaknya seorang CEO di meja kerjanya, disebelah kanan dan kiri pria itu terdapat makhluk tinggi besar, ia tidak yakin apakah sosok tersebut dapat dikatakan makhluk sebab tubuhnya diselimuti cahaya. Namun ia mengingat jelas wajah pria yang berada diantara kedua makhluk itu, wajah itu sangat familiar baginya, mirip seseorang yang dulu pernah mengubah dirinya dengan kata-kata itu, dan wajah itu menorehkan sebuah senyuman hangat ketika ia sedang bermain dengan sebuah papan catur diatas mejanya. Terdapat banyak bidak catur berbentuk seperti manusia asli disana, termasuk diantaranya raja dan ratu yang ia rasa pernah ia lihat, namun yang menarik dari itu ialah pria itu memegang sebuah pion, dan pada pion itu bertuliskan sebuah nama.. An...

_

" Rita, apa PTSD mu kembali kambuh, nak?" Tanya pak presiden

Rita menggelengkan kepalanya, ia lalu membungkuk dan memohon ijin keluar dari ruangan itu tanpa sepatah katapun.

Pak presiden melihat Rita dengan tatapan prihatin namun ia tidak bisa menyangkal bahwa ia tidak akan bisa selamanya untuk melindungi anak emasnya nya itu. Ia tidak cukup kuat untuk melakukan semuanya sendirian terlebih lagi usianya sudah tidaklah muda.

Pak presiden menggeser kursinya, ia mengambil ancang-ancang dan duduk di sana, pada kursinya yang menghadap ke arah pintu masuk ruang kepresidenan yang ada dihadapannya.

Ia memegang sebuah gelas yang sudah berisikan secangkir kopi hangat dan meminumnya.

" Sigh.. hari-hari panjang yang penuh perjuangan dan pertumpahan darah akan segera terjadi dalam waktu dekat."

Langit diluar seketika mendung dan mulai menampakkan awan hitamnya, suara gelegar Guntur terdengar seantero kota itu.

Perlahan, rintik-rintik hujan menetes membasahi kota Jakarta, yang berkabut kala itu.

Hari ini adalah hari Minggu pukul 3.45 sore. Hujan membasahi kota tanpa menyisakan satupun tempat kering selain rumah-rumah penduduk dan gedung-gedung tinggi bertingkat.

sang presiden termenung memikirkan hal yang ia sendiri tidak tahu harus dimulai darimana.

Rita berjalan menghampiri presiden dan berdiri sebelah kanannya, mereka berdua menatapi langit yang basah dari balik jendela besar.

*krriing* suara telepon berbunyi.

Rita segera mengangkat telepon itu, iya hanya mengangguk sembari berkata 'iya', 'iya', 'baiklah'.

" Pak Presiden, ada telepon dari Amerika serikat..." kata Rita.

Presiden lantas berdiri dari kursinya dan mengangkat telepon.

ia terkejut dengan suara yang ia dengar. dan lantas menutup telepon itu dan bergegas.

Rita nampak kebingungan dengan sikap Presiden yang tiba-tiba berubah tanpa ada ancang-ancang terlebih dahulu.

" Kau mau kemana pak presiden?" tanya Rita bingung.

Sembari mengenakan jas nya, ia bergegas membuka pintu. diluar nampak lalu lalang orang yang tengah sibuk yang mana tidak seperti biasanya.

" Cepatlah bergegas Rita, kita kedatangan seorang tamu besar." kata Presiden PRS.

Rita nampak bingung dengan hal itu, ia menyilangkan tangannya lalu memegang dagunya tanda ia tak paham.

" Presiden Valentine sedang dalam perjalanan menuju tempat ini dengan Helikopter, sungguh aneh orang itu melakukan perjalanan formal sementara ia bisa saja melakukan lompatan dimensi yang hanya memakan waktu beberapa detik." tegas presiden yang lalu membuat Rita berlari menuju belakang presiden.

-

Disalah satu sudut jalanan Jakarta, pada salah satu distrik pertokoan tua. Seorang perempuan dengan gaya gothic bergaun Hitam ala wanita bangsawan abad pertengahan berjalan menembus derasnya hujan kala itu.

Ia berjalan tanpa melihat kanan dan kirinya, tak memperdulikan orang-orang disekelilingnya yang memanggil dan menawarkan tempat berteduh. Dalam benaknya, orang-orang itu tidak ayalnya serangga yang suatu hari nanti akan dimusnahkan bagai hama, lagi pula dipikirannya saat itu cuma ada satu tujuan. Bahwa Ia harus sampai ke Badan Penelitian Mana Indonesia, tempat Andra berada. Untuk menuntaskan perjanjian yang dulu mereka berdua pernah buat.

" Sebentar lagi kita akan bertemu, Andra. " perempuan itu menarik nafas panjang lalu membuangnya.

" hah, aku dapat mencium aroma darah mu dari sini, dan juga semangat serta antusiasme orang-orang perihal kebangkitan mu.." katanya sambil terkekeh.

Hujan semakin deras, ia yang tanpa payung atau apapun berjalan tanpa memperdulikan apapun. derasnya hujan yang membasahinya mengalir dari kepala hingga jemarinya, mengekspose sebuah tulisan pada lengan tangannya yang terukir sebuah tato dengan ejaan huruf Ibrani yang berarti.

Netheria, sang Dosa Rakus.