Chereads / Aku Punya Lima Papa / Chapter 34 - Kakek Buyut, Nenek, Kakek~

Chapter 34 - Kakek Buyut, Nenek, Kakek~

Dia merasa kesal lalu mengirimkan foto lagi, kali ini adalah foto Mu Shen dan Ruanruan saat di dalam mobil.

Kali ini tidak lama kemudian ada yang menanggapi pesannya.

Handphonenya berbunyi terus dan saat dia melihat handphonenya, dia begitu terkejut hingga hampir saja menjatuhkan handphonenya.

[!!!]

[!!!]

 ...…

Semua orang di dalam grup itu mengirimkan tanda seru yang menunjukkan bahwa mereka sangat terkejut.

Di rumah utama keluarga Mu, ibu Mu sedang ada di dalam kamar menggunakan masker sambil bermain handphone. Saat melihat foto pertama dia tidak terkejut karena dia mengira anak ketiganya sedang usil dan ingin menggoda mereka karena itu dia tidak menghiraukannya.

Tapi saat dia melihat kepala anaknya yang botak itu, dia tertawa terbahak-bahak, tapi sayang sekali dia sedang menggunakan masker sehingga dia tidak bisa tertawa lepas.

Tapi dia jadi ingin tahu darimana anaknya itu bisa menemukan anak kecil yang terlihat begitu manis dan entah kenapa dia merasa langsung suka melihat wajah Ruanruan.

"Alangkah baiknya jika anak itu adalah bagian dari keluarga ini."

Ibu Mu bergumam saat melihat foto itu, dia hanya mengatakan harapannya saja tapi dia tidak menyangka anaknya itu kembali mengirim foto.

Saat dia melihat foto yang baru ini, ibu Mu langsung membelalakkan matanya dengan sangat lebar seolah bola matanya akan melompat keluar dari kelopak matanya.

Masker di wajahnya seketika hancur. Dia tidak memperdulikannya dan dengan cepat langsung bangkit dari duduk dan dia hampir saja lupa berhati-hati dengan pinggangnya, mengingat umurnya sudah tidak muda lagi.

Ibu Mu mengulurkan tangannya kemudian melepaskan masker yang ada di wajahnya, lalu dia melihat layar handphonenya dan memperhatikan foto itu dengan sangat seksama.

"Ah!!!"

Terdengar suara teriakan yang sangat keras dari lantai atas membuat ayah Mu yang ada di lantai bawah dan sedang menonton berita terkejut hingga menyemburkan teh yang sedang dia minum.

Kakek Mu menggosok-gosok telinganya kemudian kembali menonton berita.

Mu Tianqi mengulurkan tangannya kemudian mengambil tisu dan mengelap pakaiannya yang basah, setelah itu dia melihat istrinya yang berlari turun dengan wajah merah tidak seperti biasanya sambil membawa handphonenya, dia bahkan tidak menggunakan alas kaki!

"Ada apa, ada apa? Apa yang terjadi?!" Mu Tianqi terkejut dan menghampiri istrinya itu.

Ibu Mu yang masih terkejut tidak bisa bicara, dia hanya menunjuk handphonenya lalu dia menunjuk dirinya sendiri.

Ayah Mu melihat handphone ibu Mu tapi tidak memahaminya, dia kemudian memberikan segelas teh untuk ibu Mu.

"Pelan-pelan, kamu sudah tidak muda lagi tapi masih saja teriak-teriak, jika sampai tenggorokanmu terluka bagaimana?"

Kakek Mu yang melihat kedua orang itu menggelengkan kepalanya, "Kalian sudah setua ini tapi masih bersikap seperti anak kecil."

Setelah mengatakan itu dia mengambil secangkir teh dengan 1 tangannya lalu membuka tutup gelas dengan tangannya yang lain, kemudian berencana untuk meminumnya.

"Tianqi! Pa! Cepat lihatlah pesan yang dikirim oleh Mu An, anak sulung kita punya anak perempuan!"

Ibu Mu sudah meminum teh pemberian ayah Mu sehingga akhirnya dia bisa berbicara dengan jelas.

"Apa?!"

"Ha?"

Kakek Mu langsung bangkit berdiri, dia hampir saja membuat kursi yang dia duduki terjatuh dan teh yang dia pegang juga tumpah, untung saja tehnya sudah tidak begitu panas.

Kedua orang itu dengan cepat menghampiri ibu Mu, kemudian kakek Mu bahkan mengeluarkan kacamatanya dan menggunakannya, setelah itu baru melihat foto yang dikirimkan oleh Mu An agar bisa melihatnya dengan lebih jelas.

"Ini! Anak ini tidak mungkin sedang membohongi kita kan?!" Hal pertama yang dipikirkan oleh ayah Mu setelah melihat itu adalah meragukan semua ini hanyalah lelucon yang dibuat oleh Mu An.

Ibu Mu dengan antusias berkata, "Tadi aku juga berpikir seperti itu, tapi ini benar-benar anak sulung kita!"

Kemudian dia menunjuk ke arah foto Mu Shen dan Ruanruan.

"Cepat, cepat, tanyakan apa yang terjadi." Kakek Mu melihat foto Mu Shen dan Ruanruan yang terlihat begitu hangat di dalam foto itu, itu membuatnya merasa antusias dan mendesak ibu Mu.

"Iya, iya, iya, aku akan tanya, Papa jangan terlalu antusias seperti ini."

Ibu Mu tidak mengetik dan dia langsung mengirim pesan suara.

Pesan suara ibu Mu: [Mu An, anak nakal, apa maksudnya ini?! Bagaimana kami bisa tidak tahu kalau kakakmu punya anak perempuan?!]

Mu Liu: [Ma, apa yang terjadi?]

Pesan suara ibu Mu: [Mama juga tidak tahu, ini ibu sedang tanya Mu An.]

Ayah Mu: [Mu Shen! Apa yang terjadi?! Jelaskan sekarang juga!]

"Haduh untuk apa masih bertanya? Langsung saja lakukan video call dan bertanya secara langsung kepada Mu Shen!"

Kakek Mu menepuk kakinya sendiri dan melihat ke arah anak dan menantunya itu.

"Benar juga!"

Ibu Mu langsung menelpon Mu Shen.

Di sisi lain, Mu An baru saja mau membalas pesan semua orang di grup, tapi Mu Liu sudah menelponnya terlebih dahulu.

Mu An mengangkatnya, mereka melakukan video call sehingga Mu Liu dapat melihat kepala Mu An yang botak dia hanya terdiam kebingungan.

Mu Liu, "..."

Tidak lama kemudian Mu Liu, kakak perempuannya itu langsung menertawakan Mu An tanpa menahan diri ataupun menghiraukan perasaan Mu An.

Mu An, "..."

Wajah Mu An seketika menjadi merah dan dia marah.

Di sisi lain, Mu Shen melihat ibunya menelponnya, walaupun dia sudah bersiap saat keluarganya tahu mengenai Ruanruan, tapi dia tidak menyangka keluarganya akan tahu secepat ini.

"Papa, siapa itu?" Ruanruan duduk di samping Mu Shen di atas sofa. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah Mu Shen kemudian mengulurkan kepalanya dan melihat layar handphone Mu Shen.

"Nenekmu, kamu mau melihatnya?"

Ruanruan tertegun sejenak lalu dia baru berkata, "Nenek Ruanruan? Kalau begitu… itu mamanya Papa? Mau."

Ruanruan melihat Mu Shen dengan mata berbinar, dia merasa antusias karena akan melihat wajah neneknya.

Ruanruan duduk dengan tegak, kedua kakinya rapat dan kedua tangannya diletakkan di atas lututnya.

Setelah dia sudah merasa siap, dia melihat ke arah handphone Mu Shen lagi.

"Papa, Ruanruan sudah siap, Papa terima saja video callnya."

Mu Shen yang melihat sikap Ruanruan seketika tersenyum kecil, dan saat mendengar perkataan Ruanruan dia menerimanya dan dalam sekejap mereka sudah terhubung.

Ibu Mu membuka mulutnya, awalnya dia bersiap untuk menanyakan berbagai hal, tapi saat dia melihat Ruanruan yang duduk di samping Mu Shen, tiba-tiba dia tidak tahu apa yang harus dia tanyakan.

Kedua matanya terus melihat ke arah Ruanruan, dia terlihat seperti serigala yang sedang melihat sepotong daging.

Dirinya yang sebelumnya terlihat panik tiba-tiba tersenyum sangat lembut dan hangat, kakek Mu dan ayah Mu yang ada di samping ibu Mu tentu saja juga melihat Ruanruan dan raut wajah mereka tidak jauh berbeda dengan ibu Mu, mereka tersenyum sambil melihat Ruanruan yang sedang tersenyum juga.

"Papa?" Ruanruan melihat ketiga orang itu dan tidak tahu harus berbuat apa, kemudian dia perlahan menarik lengan pakaian Mu Shen dan diam-diam melihat ke arah Mu Shen.

Itu karena dia tidak tahu bagaimana harus menyapa ketiga orang itu.

Saat mereka bertiga mendengar Ruanruan memanggil Mu Shen dengan sebutan 'Papa', hati mereka seketika menjadi gemetar.

Mereka langsung berpikir bahwa Ruanruan memang adalah anak Mu Shen.

"Kakek, Ma, Pa." Mu Shen dengan sangat tenang menyapa mereka bertiga.

Setelah itu dia melihat ke arah Ruanruan dan berkata, "Kamu panggil Kakek buyut, Nenek dan Kakek."

Ruanruan kemudian menganggukkan kepalanya, menunjukkan dia sudah paham. Dia duduk dengan tegak kemudian dengan sangat sopan dan manis menyapa ketiga orang itu. 

"Halo Kakek buyut, Nenek, Kakek. Aku Ruanruan."

Saat ibu Mu mendengar Ruanruan bicara, dia langsung menutup hidungnya, seolah dia takut akan mimisan karena terlalu antusias.

"Iya, iya, iya. Namamu Ruanruan ya? Kamu sudah makan belum? Kamu ada di rumah Papa kenapa tidak bilang kepada Nenek? Nenek juga ingin pergi ke sana melihatmu."

Ibu Mu menggunakan suara yang sangat lembut saat bicara dengan Ruanruan, tapi dia malah melihat ke arah Mu Shen dengan sorot mata yang tajam.

'Anak nakal, tunggu saja perhitungan dari mama!'

Mu Shen, "..."