Ruanruan menganggukkan kepala kecilnya itu, "Baiklah. Ruanruan sudah memakan beberapa stroberi, Paman juga memakannya, jadi hanya tersisa sedikit. Tapi tidak apa-apa, masih ada apel dan ceri. Malam ini Ruanruan tidak akan makan buah jadi semuanya untuk Kakek, Nenek, Kakek buyut, dan Bibi saja. Oh benar, harus menyiapkan teh, kata Master saat menjamu tamu harus menyiapkan teh. Ruanruan dulu juga menggunakan teh untuk menjamu Papa Xiao Baibai, tapi sayang sekali Da Bai tidak menyukainya."
Ruanruan berbicara panjang lebar di dalam pelukan Mu Shen, dia bahkan terdengar seperti seorang pelayan kecil yang sangat sibuk.
Mu An diam-diam menghampiri mereka. Dia melihat ke arah kakaknya, lalu saat Mu Shen melihat ke arahnya dia tertawa canggung kemudian ikut bergabung duduk di sofa.
Saat dia mendengar semua perkataan Ruanruan, dia dengan penasaran bertanya, "Ruanruan, kamu begitu kecil tapi kenapa mengerti begitu banyak hal?"
Itu karena dirinya sendiri bahkan saat ada tamu dia tidak akan peduli, dia tidak akan sibuk melakukan apapun selain bermain game atau makan.
Ruanruan mengedip-ngedipkan matanya, "Itu semua yang diajarkan oleh Master kepada Ruanruan. Kata Master, Ruanruan harus menjadi anak yang sopan, dengan begitu orang lain baru akan menyukai Ruanruan."
Kemudian Mu An mendekat ke arah Ruanruan dan bertanya, "Jika saja, ini hanya jika ya, jika ada yang tidak menyukaimu bagaimana?"
Ruanruan memiringkan kepalanya lalu berkata, "Jika tidak menyukai Ruanruan maka Ruanruan tidak akan menghiraukan mereka."
"Kamu sedang bosan ya?" Mu Shen melihat ke arah Mu An dengan wajah dingin, seketika Mu An tertawa canggung,
"Tidak, aku hanya bercanda, keponakanku sangat pintar, sangat menggemaskan, mana mungkin ada yang tidak menyukainya, kan?"
Ruanruan dan Mu Shen hanya melihat ke arah Mu An tanpa mengatakan apapun.
Di depan kedua orang itu dia akhirnya hanya bisa menutup mulutnya kemudian bangkit berdiri dan kabur.
Tidak lama kemudian, 2 buah mobil tiba di luar vila. Saat Ruanruan mendengar suara mobil, dia langsung menarik jari tangan Mu Shen lalu berlari keluar.
"Cucu Nenek! Nenek sudah datang." Ibu Mu turun dari mobil, dan saat dia melihat Ruanruan yang berdiri di samping Mu Shen, kedua bola matanya langsung berbinar.
Dia tersenyum lebar melihat ke arah Ruanruan.
Kakek Mu dan ayah Mu ada di belakangnya. Ayah Mu membantu kakek Mu berjalan, saat mereka melihat Ruanruan mereka juga langsung tersenyum hingga mata mereka membentuk bulan sabit.
"Nenek~" Saat Ruanruan melihat ibu Mu, kedua matanya berbinar dan dia menyapa ibu Mu dengan suara yang manis.
Ibu Mu seketika hatinya kembali luluh, dia langsung menggendong Ruanruan.
Suara Ruanruan yang lembut itu langsung berhasil membuat hati ibu Mu menjadi luluh dan ibu Mu benar-benar sangat menyukai Ruanruan.
"Wah, Ruanruan semakin Nenek melihat Ruanruan, semakin Nenek menyukaimu~"
Ruanruan memeluk leher ibu Mu dan senyumannya semakin lebar saat mendengar hal itu.
"Cepat, biarkan aku menggendongnya juga."
Orang tua yang sudah hampir berumur 80 tahun itu tertawa sambil melihat ke arah Ruanruan dengan sorot mata penuh kasih sayang.
"Kakek buyut, Kakek." Ruanruan tersenyum menyapa mereka. Seketika ketiga orang itu langsung mendesak Mu Shen ke samping dan mereka mengelilingi Ruanruan.
Mu Shen berdiri di samping dan menyentuh tulang hidungnya. Dia tidak bisa langsung menarik Ruanruan keluar dari kerumunan orang-orang itu, karena jika tidak dia akan mendapat masalah.
Kakek Mu ingin menggendong Ruanruan tapi Ruanruan tidak membiarkannya. Dia menggunakan tangannya yang berisi itu menyentuh tangan kakek Mu yang kering dan sudah keriput, "Kakek buyut jangan menggendong Ruanruan, Ruanruan sangat berat, nanti Kakek buyut bisa tertindih. Kakek buyut duduk saja dan Ruanruan juga akan duduk saja, Ruanruan akan duduk di samping Kakek buyut."
Jelas-jelas Ruanruan masih sangat kecil tapi dia begitu pintar.
Para orang tua itu menjadi semakin menyukai Ruanruan.
"Baik, baik, baik… Kita masuk ke dalam, Ruanruan duduk di samping Kakek buyut ya."
Ibu Mu dengan tidak rela menurunkan Ruanruan. Ruanruan kemudian memegangi tangan kakek Mu dan mereka berjalan masuk ke dalam.
Sebelum masuk, dia tidak melupakan Mu Shen. Dia melihat ke arah Mu Shen dan melambaikan tangan kecilnya.
"Papa, ayo cepat masuk juga."
Dalam sekejap semua orang langsung melihat ke arah Mu Shen.
Mu Shen, "..."
"Ruanruan, kita masuk dulu saja, nanti Papamu akan segera menyusul." Ibu Mu tersenyum lalu menggandeng tangan kecil Ruanruan.
Ayah Mu melihat ke sekeliling dan dia menyadari bahwa dia tidak memiliki tempat untuk menggandeng Ruanruan, dia hanya bisa menghela nafas dengan lemas karena dia juga ingin memeluk dan menyentuh Ruanruan.
Mu Liu berjalan dan menepuk pundak adiknya itu, lalu dia mengangkat alisnya dan berkata, "Bukankah kamu seharusnya menjelaskan masalah ini kepada kami?"
Mu Shen kembali menyentuh tulang hidungnya, "Aku tidak bisa menjelaskannya secara sederhana. Masuklah dulu baru kita bicara."
Saat mereka semua masuk ke dalam ruang tamu, Mu An menyentuh kepalanya yang botak lalu berjalan keluar dari dapur.
"Wah, lihatlah siapa ini!"
Ibu Mu terkejut melihat kemunculan Mu An.
Kakek Mu dan ayah Mu melihat ke arah dapur, dan setelah melihat siapa yang baru saja berjalan keluar, mereka langsung tersenyum. Sebelumnya mereka fokus kepada Ruanruan dan tidak memperhatikan foto Mu An sehingga saat mereka melihat Mu An yang botak seketika mereka ingin tertawa.
"Ma, ini aku…" Mu An dengan kesal melihat ke arah ibu Mu.
'Apa dia tidak bisa mengenali anak kandungnya sendiri?" Pikir Mu An.
Ibu Mu tertawa lalu berkata, "Mama kira anak Mama sudah keluar rumah, penampilanmu sekarang lebih bagus daripada rambutmu saat merah. Siapa yang memikirkan ide ini?"
Ibu Mu kemudian melihat ke arah anaknya kemudian melihat ke arah Ruanruan dan seketika merasa tanpa perlu dibandingkan lebih lama lagi, cucunya terlihat lebih cantik dengan kepala botak. Ruanruan tanpa rambut terlihat seperti peri kecil, sedangkan saat dia melihat anaknya, Mu An malah terlihat seperti orang bodoh.
Saat ibu Mu bertanya, Mu An langsung melihat ke arah Mu Shen, tapi saat melihat sorot mata Mu Shen yang muram itu dia langsung mengalihkan pandangannya.
"Tidak… Aku hanya mau menyegarkan diri, selain itu bukankah di rumah kita masih ada orang yang botak lagi, jadi aku ingin memiliki model rambut yang sama dengan keponakanku untuk menunjukkan rasa cinta yang ada diantara kami."
Beberapa orang seketika melihat Mu An seperti melihat orang bodoh, tapi jika Mu An tidak mengatakan hal yang aneh, maka dia bukan Mu An yang mereka kenal.
Ruanruan diam-diam menertawakan raut wajah Mu An yang konyol.
Ruanruan membatin, 'Paman bohong, jelas-jelas karena Paman nakal karena itu Papa menyuruh Paman untuk mencukur botak kepala Paman.'
Mu An yang melihat raut wajah Ruanruan seketika menggertakkan giginya, dia mengepalkan tangannya dan berpura-pura mau mengancamnya, tapi saat dia baru saja mau melakukan itu, dia merasakan ada aura dingin di belakang tubuhnya, dia berbalik badan dan menyadari Mu Shen ada di belakangnya.
Mu An, "..."
'Hari ini sepertinya aku bertemu dengan roh jahat, kenapa aku bisa sial sekali!' Batin Mu An.
Mu Shen melihat ke arah Mu An lalu berkata, "Aku lupa bilang kepadamu, karena masalah bolos sekolahmu sangat parah, jadi aku meminta gurumu untuk menambahkan tugas lagi dan besok harus dikumpulkan."
Setelah mengatakan itu dia pergi dengan wajah puas, meninggalkan Mu An yang tertegun di tempatnya.
Saat semua orang sudah duduk, Ruanruan bangkit berdiri lalu mengambil buah dan menyuguhkan teh juga.
Kedua tangannya yang kecil itu memegang cangkir teh yang masih panas, kemudian dia memberikannya ke masing-masing mereka dengan Xiao Baibai yang terus berada di samping Ruanruan. Ruanruan berkulit putih serta Xiao Baibai yang berbulu putih itu membuat mereka semua semakin menyukai pasangan anak kecil dan peliharaannya.
"Kakek buyut minum teh, Nenek minum teh, Kakek minum teh, ini untuk Bibi."