Mu An merasa sangat kesal, 'Kenapa aku harus membuat taruhan dengan mereka dan mengantarkan kematianku seperti ini?!'
Mu Shen yang melihat Mu An tidak bicara langsung mengeluarkan handphonenya lalu mengirimkan sebuah dokumen kepadanya.
"Tugas yang berikan kepadamu dan yang tidak kamu kerjakan, semuanya sudah aku kirim ke handphonemu. Dalam waktu 2 hari selesaikan semuanya dan aku akan memeriksanya. Dan juga, kamu tidak perlu mengembalikan warna rambutmu..."
Saat Mu An mendengar dia harus menyelesaikan semua tugasnya dalam waktu 2 hari, dia sangat terkejut, tapi saat dia mendengar bahwa dia tidak perlu mengembalikan warna rambutnya, dia merasa sedikit senang.
Raut wajahnya yang berubah-ubah dalam waktu singkat membuat wajahnya terlihat aneh.
Mata Mu An berkaca-kaca, 'Apa kakak akhirnya bisa menikmati keindahan dari mewarnai rambut?'
Tapi sebelum dia merasa lebih senang lagi, Mu Shen melihatnya dengan wajah muram dan berkata, "Potong rambutmu, kamu lihat kepala Ruanruan yang botak kan? Potong rambutmu seperti itu. Kelak jika aku melihatmu mewarnai rambutmu lagi dengan warna-warna mencolok seperti ini, maka aku akan membuatmu memiliki model rambut seperti Ruanruan di hari yang sama."
Mu Shen tidak merasa keberatan jika ada seseorang yang botak lagi selain Ruanruan.
Mu An, "..."
Mu An sama sekali tidak mengira Mu Shen akan memberikan hukuman seperti itu kepadanya karena dia mewarnai rambutnya.
"Lagipula membuatmu kelaparan tidak akan membuatmu mengingat kesalahanmu, jadi aku mengubah hukumanmu menjadi ini."
Setelah mengatakan itu dengan dingin, Mu Shen berencana untuk pergi, tapi saat dia berjalan sampai ke pintu langkahnya terhenti.
"Hari ini potong rambutmu kemudian dalam waktu 2 hari selesaikan tugasmu, setelah itu ikut aku pulang dan aku akan menjelaskannya kepada papa dan mama."
Setelah mengatakannya, terdengar suara pintu yang tertutup.
Terdengar suara teriakan dari dalam ruang baca hingga membuat Xiao Baibai yang baru saja lewat terkejut sehingga dia melolong.
Dia melihat ke arah pintu ruang baca dan merasa kebingungan karena mendengar suara teriakan yang putus asa.
Xiao Baibai menggoyang-goyangkan kepala kecilnya kemudian dengan acuh tak acuh ia menuruni tangga, setelah itu bersiap untuk makan.
Ruanruan yang sudah selesai mencuci tangan dan wajahnya, sudah duduk di atas kursi dan menggoyang-goyangkan kedua kakinya sambil menunggu Mu Shen, kedua matanya sesekali melihat ke arah lantai atas.
Saat dia melihat Mu Shen turun, dia langsung melambaikan tangannya ke arah Mu Shen.
"Papa, sini, sini."
Setelah Mu Shen duduk, dia mengulurkan tangan kecilnya lalu mendorong mangkuk berisi pangsit yang merupakan milik Mu Shen ke hadapan Mu Shen.
"Papa ayo makan, di dalamnya ada pangsit yang Ruanruan bungkus sendiri, yang gendut itu pangsit Ruanruan."
Ruanruan melihat Mu Shen dengan sorot mata berbinar. Mu Shen mengambil pangsit yang gendut itu lalu mengigitnya. Saat melihat itu, sorot mata Ruanruan menjadi penuh dengan penantian.
Setelah selesai makan satu gigitan, dia membalas sorot mata Ruanruan yang penuh penantian itu dengan sorot mata yang hangat.
"Hm, enak."
Ruanruan merasa semakin senang. Dia tersenyum lebar dan dengan manis berkata, "Kalau Papa suka makan yang banyak ya, Ruanruan membungkus banyak pangsit. Papa harus makan sampai kenyang agar tubuh Papa sehat."
Setelah mengatakan itu dia juga mulai makan, tapi saat menggigitnya, pangsitnya masih sedikit panas sehingga dia dengan cepat menjulurkan lidahnya, bernafas dari mulut sambil mengipasi mulutnya dengan tangan kecilnya.
"Ah… Enak, tapi panas."
Mu Shen meletakkan sumpitnya lalu dia mengangkat dagu Ruanruan dan memeriksa mulut Ruanruan, "Apa mulutmu terluka?"
Tadi saat dia makan dia merasa baik-baik saja, dan dia lupa bahwa mulut anak kecil lebih sensitif.
"Tidak, Ruanruan masih belum menggigitnya baru menyentuhnya, kalau tidak percaya Papa lihat saja, Ah…"
Ruanruan membuka mulutnya untuk menunjukkannya kepada Mu Shen, bibirnya masih terlihat berminyak, giginya yang putih tersusun rapi itu terlihat menggemaskan, selain itu juga lidahnya yang sedikit bergoyang-goyang.
Setelah Mu Shen memastikan Ruanruan baik-baik saja dia baru melepaskan dagu Ruanruan, kemudian dia mengambil tisu dan mengelap bibir Ruanruan.
Setelahnya dia mengetuk kepala Ruanruan dengan pelan.
"Makan pelan-pelan, tidak ada yang akan merebut makananmu."
Ruanruan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "Iya Pa."
Ruanruan mendekatkan tubuhnya ke meja kemudian dia terus meniup sebuah pangsit, dan setelah beberapa saat dia baru memakannya.
Saat menggigitnya, pipinya langsung terlihat membesar seperti seekor tupai, matanya yang indah itu berubah bentuk hingga seperti bulan sabit, dan dia makan dengan sangat lahap.
Entah mengapa setiap kali Mu Shen melihat Ruanruan makan, maka nafsu makannya akan meningkat.
Setelah selesai makan 1 pangsit, Ruanruan melihat ke lantai atas.
"Papa, kenapa paman masih belum turun? Apa paman tidak ikut makan?"
Raut wajah Mu Shen tidak berubah dan dia terus makan pangsit yang ada di dalam mangkuknya.
"Tidak perlu memperdulikannya, nanti dia akan turun sendiri."
"Oh."
Karena Mu Shen mengatakan tidak perlu memperdulikan Mu An, Ruanruan dengan patuh kembali memakan pangsitnya.
Xiao Baibai yang ada di samping Ruanruan juga memakan pangsit yang ada di mangkuknya sendiri dengan senang. Dia sama sekali tidak terlihat peduli dengan masalah Mu An.
Seperti perkataan Mu Shen, Mu An tinggal di dalam ruang baca selama beberapa saat, kemudian perlahan dia keluar dan turun ke bawah.
Dia duduk di meja makan lalu melihat ke arah Mu Shen dengan sangat kesal.
Tapi Mu Shen sama sekali tidak menghiraukannya. Mu An melihat ke arah Ruanruan dan secara kebetulan Ruanruan sedang melihat ke arah Mu An sehingga mereka saling bertukar pandang.
'Wah! Rambut Paman sangat terang.' Pikir.Ruanruan.
Mu An membatin, 'Botak?! Si botak kecil ini terlihat menggemaskan, aku kan tampan walaupun botak, aku pasti tetap sangat tampan, kan?'
Mu An yang melihat Ruanruan dengan kepala botaknya itu merasa percaya diri dan tiba-tiba perasaannya menjadi lebih baik.
"Kak, dia benar-benar anakmu? Anak kandung?"
Mu An yang sudah pulih dari rasa kesal dan sedihnya karena hukuman Mu Shen baru ingat tujuan utamanya datang kemari.
Mu Shen belum mengatakan apapun, lalu Ruanruan merasa tidak senang saat mendengar hal itu. Dia mencibirkan bibirnya lalu memeluk 1 tangan Mu Shen, kemudian dengan sangat dekat menyandarkan tubuhnya ke tubuh Mu Shen.
"Ini Papaku."
Setelah mengatakan itu dia merasa masih tidak cukup, sehingga Ruanruan menggoyang-goyangkan jari telunjuknya.
"Papa, ke sini sedikit."
Mu Shen melihat ke arah Ruanruan kemudian dia membungkukkan tubuhnya.
Ruanruan merasa kesal karena dia masih tidak bisa mencium wajah Mu Shen, sehingga dia memutuskan untuk bangkit berdiri.
Dia melepaskan sandalnya setelah itu dia berdiri di atas kursinya dengan sepasang kaos kaki lucu di kakinya, lalu tangannya memegang pundak Mu Shen setelah itu dia memajukan bibirnya dan mencium pipi Mu Shen.
Semua orang yang melihat itu tertegun.
"Aku sudah mencium Papa."
Ruanruan dengan sangat serius ingin menunjukkan kepada Mu An bahwa dirinya dan Mu Shen adalah ayah dan anak.
Telinga Mu Shen seketika merah, sorot matanya terlihat masih terkejut, lalu dengan wajah tenang menganggukkan kepalanya.
Mu An sangat terkejut melihat itu!
'Tadi… apa yang baru saja terjadi?! Apa mataku bermasalah?! Apa aku sedang bermimpi?!'
Kepala pelayan dan para pelayan lain yang melihat itu juga sangat terkejut karena melihat Ruanruan baru saja mencium Mu Shen!
Mu An memejamkan matanya lalu membuka matanya lagi, dan dia baru yakin bahwa semua yang dia lihat bukanlah sebuah ilusi.
Mu An yang sedang duduk itu melihat ke arah pipi Mu Shen yang terdapat bekas ciuman dari bibir Ruanruan yang sedikit berminyak, kemudian dia melihat Ruanruan mengambil tisu.
"Papa, ke sini, Ruanruan tadi meninggalkan bekas ciuman di pipi Papa. Sini, Ruanruan akan mengelapnya."
Mu Shen ragu-ragu sejenak, tapi kemudian dia kembali membungkukkan tubuhnya lalu membiarkan Ruanruan membersihkan bekas ciuman itu dengan tisu hingga bersih.
Setelah selesai mengelap pipi Mu Shen, Ruanruan mengambil sebuah pangsit dari dalam mangkuknya dan memberikannya ke mangkuk Mu Shen, "Papa makan ini."
Ruanruan sama sekali tidak tahu bahwa semua hal yang baru saja dia lakukan membuat orang-orang merasa sangat terkejut.
Semua orang itu seolah tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat, bahkan Mu Shen juga merasa perasaannya rumit.
Tapi 1 hal yang dia yakin, bahwa dia sama sekali tidak membenci ciuman Ruanruan kepadanya.