Chereads / Aku Punya Lima Papa / Chapter 26 - Berikan Handphonemu Kepadaku

Chapter 26 - Berikan Handphonemu Kepadaku

Ruanraun mengulum permen susu di dalam mulutnya, kemudian Ruanruan mulai berlatih tai chi dengan para kakek nenek. Saat ada gerakan yang tidak sama maka Ruanruan dan para orang tua di sana langsung berdiskusi.

Setelah hal itu para orang tua merasa bahwa gerakan yang digunakan oleh Ruanruan terasa lebih nyaman untuk dilakukan sehingga mereka semua meminta Ruanruan untuk mengajarinya.

Ruanruan tentu saja melakukannya dengan senang hati. Saat dia bersikap seperti seorang guru kecil, wajahnya yang berisi terlihat sangat serius mengajari para orang tua itu.

Setelah mengikuti gerakan Ruanruan, Ruanruan mengajarkan gerakan-gerakan yang salah dengan suaranya yang manis, lalu membenarkan gerakan yang salah itu. Setelah membenarkan setiap gerakan yang salah, Ruanruan kembali berdiri di depan para orang tua dan berlatih bersama.

Setelah selesai mengajari para orang tua itu, Ruanruan juga mengajari keempat kakak laki-laki itu.

Ruanruan berdiri di depan keempat kakak laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya kemudian dia melakukan setiap gerakan dengan jelas.

"Kakak, ini seperti ini, tadi kalian melakukannya tidak benar."

Keempat laki-laki muda itu merasa canggung, mereka tidak pernah mendapat pengajaran dari seorang anak kecil yang baru berumur 5 tahun.

Kemudian salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya kepada Ruanruan.

"Adik kecil, kamu benar-benar… ehm, anak laki-laki Mu Shen?"

Ruanruan membelalakkan matanya dan terlihat kebingungan.

"Ruanruan adalah anak Papa tapi bukan anak laki-laki Papa."

Para anak muda itu merasa kebingungan, mereka tidak mengerti apa bedanya karena mereka masih berpikir Ruanruan adalah anak laki-laki.

Saat sedang memikirkan hal itu ada yang memukul kepala mereka.

Seorang orang tua yang berenergi melihat ke arah mereka.

"Mata kalian itu jelek ya? Ruanruan jelas-jelas adalah anak perempuan yang manis, bagaimana bisa dia adalah anak laki-laki?!"

Para anak muda itu seketika terperanjat, kemudian mereka melihat ke arah Ruanruan dengan sorot mata yang terbelalak dan merasa tidak terima karena disalahkan.

"Bagaimana kami bisa tahu bahwa dia adalah anak laki-laki atau anak perempuan? Karena dia tidak memiliki rambut tentu saja kami berpikir dia adalah anak laki-laki."

Ruanruan mengusap kepalanya sendiri dengan tangannya yang berisi itu, kemudian bergumam, "Ruanruan punya rambut, lihatlah. Hanya saja masih sangat pendek, nanti akan tumbuh panjang, saat itu maka Ruanruan akan menjadi lebih cantik."

Para anak muda itu melihat Ruanruan yang bergumam pelan, mereka masih merasa tidak terima dimarahi karena hal ini, karena bahkan sekarang jika mencari anak laki-laki di sekitar sini sekalipun mereka yakin rambut anak laki-laki itu pasti lebih panjang daripada rambut Ruanruan.

Ruanruan dan para orang tua itu berlatih tai chi sekali lagi sedangkan Xiao Baibai dengan bosan hanya melihat dari samping. Sesekali dia akan menggerang untuk menakuti para manusia yang berusaha untuk menyentuh dirinya.

Setelah berlatih beberapa saat, ada 2 orang yang berjalan dari kejauhan, seorang orang tua dan seorang anak kecil.

Sorot mata Ruanruan seketika menjadi berbinar.

Dia menghentikan gerakannya dan berlari kecil ke arah mereka.

"Nenek Jiang, Kakak Jincheng!" Ruanruan menyapa mereka dengan suara yang manis.

Saat melihat Ruanruan, Jiang Jincheng langsung berlari dari neneknya menuju Ruanruan. Dia langsung memeluk Ruanruan sambil menepuk kepala Ruanruan 2 kali dan tersenyum manis.

"Ruanruan."

"Ruanruan, maaf ya, hari ini Nenek datang terlambat, Ruanruan tidak marah kepada Nenek, kan?"

Nenek Jiang tersenyum melihat ke arah Ruanruan.

Ruanruan menggelengkan kepala kecilnya.

"Tidak, tidak. Nenek bisa datang kapan saja, tapi bagaimana Nenek Jiang dan Kak Jincheng datang bersamaan?"

Ruanruan melihat ke arah Jiang Jincheng kemudian melihat ke arah Nenek Jiang dengan wajah kebingungan.

Jiang Jincheng kemudian memegang tangan kecil Ruanruan dan menjelaskannya dengan suara pelan, "Ini Nenekku."

Nenek Jiang tersenyum melihat kedua anak kecil itu, "Oh... Jincheng biasanya tidak suka keluar rumah, tapi saat Nenek mengatakan Ruanruan di sini, dia langsung ingin ikut datang."

"Nenek!" Jiang Jincheng melihat ke arah neneknya dengan wajah malu, wajahnya yang putih seketika menjadi merah.

Ruanruan melihat ke arah Jiang Jincheng dengan kebingungan, lalu dia mengulurkan tangan kecilnya dan menyentuh wajah merah Jiang Jincheng.

Lalu dia menekan mulut kecilnya dan diam-diam tertawa.

"Kak Jincheng malu."

Jiang Jincheng, "..."

Dalam sekejap dia merasa kepalanya seperti terbakar.

Nenek Jiang yang ada di samping mereka tertawa, "Ruanruan, kamu jangan menggoda Kakak Jincheng-mu ini. Lihatlah dia sangat pemalu."

"Nenek! Aku tidak… aku… aku tidak malu." Jiang Jincheng dengan cepat mencari alasan untuk menutupi rasa malunya.

"Iya, iya, iya kamu tidak malu."

"Kak Jincheng, ayo kita pergi ke sana."

Ruanruan menarik tangan kecil Jiang Jincheng lalu membawanya berlari ke arah para orang tua yang masih berlatih tai chi.

"Kak Jincheng, ayo ikut Ruanruan berlatih tai chi. Jika Kak Jincheng rajin berolahraga hingga menjadi kuat, kelak tidak akan ada yang bisa menindas Kakak."

Jiang Jincheng melihat ke arah Ruanruan yang menarik tangannya sambil berlari, perasaannya terasa sangat gembira.

"Hm." Walaupun Ruanruan tidak melihat ekspresinya, tapi ia tahu Jiang Jincheng menjawabnya dengan serius.

Kemudian di tengah para orang tua bertambah seorang anak kecil lagi.

Saat Mu Shen kembali, dia melihat anak perempuannya sedang mengajari seorang anak laki-laki kecil gerakan tai chi.

Mereka berdua sedang melakukan gerakan tai chi secara perlahan.

Ruanruan membelakangi Mu Shen sehingga tidak melihat bahwa Mu Shen sudah kembali, jadi dia tidak berlari menghampiri Mu Shen seperti kemarin.

Langkah kaki Mu Shen menjadi semakin berat.

Saat Jiang Jincheng melihat kedatangan Mu Shen, dia langsung melangkah maju kemudian melindungi Ruanruan di belakang tubuhnya. Dia mengangkat tangannya untuk melindungi Ruanruan, lalu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Mu Shen tanpa mengatakan apapun.

Dia tidak terlihat seperti orang baik, jangan-jangan dia mau menindas Ruanruan! Pikir Jiang Jincheng.

Anak kecil ini mau merebut anakku! Pikir Mu Shen.

Mereka berdua memiliki pemikiran yang berbeda dan saling tidak menyukai keberadaan satu sama lain.

"Papa!" Ruanruan mengulurkan tangannya memegang tangan Jiang Jincheng. Dia mengulurkan kepalanya dan saat melihat Mu Shen, dia langsung memanggil Mu Shen dengan sangat senang.

Jiang Jincheng seketika tertegun, kemudian dia mengedip-ngedipkan matanya dan perlahan menurunkan tangannya yang kecil itu.

Ternyata dia adalah papanya…

Ruanruan berlari dan memeluk Mu Shen. Mu Shen menggendong Ruanruan dan melihat ke arah Jiang Jincheng.

"Ini teman barumu?"

Ruanruan menganggukkan kepala kecilnya.

"Hm, hm. Ini Kak Jincheng yang kemarin aku ceritakan kepada Papa, Kak Jincheng juga memiliki seekor kucing kecil."

"Mu Shen, kamu cepat sekali sudah kembali." Para orang tua satu per satu mulai mengelilingi Mu Shen.

Mu Shen menganggukkan kepalanya.

"Kita harus pulang."

Ruanruan menyahut, "Oh…"

Kemudian dia memegang pundak Mu Shen, setelah itu dia mendekatkan wajahnya ke samping telinga Mu Shen lalu berbisik, "Papa, turunkan Ruanruan, Ruanruan akan berpamitan lebih dahulu dengan semuanya."

"Hm."

Mu Shen menurunkan Ruanruan dengan wajah datar. Dia memperhatikan Ruanruan yang berlari ke dalam kerumunan orang seperti seekor kupu-kupu kecil hingga akhirnya dia berhenti di samping Jiang Jincheng.

"Kak Jincheng, Ruanruan pulang dulu ya. Nanti setelah selesai sarapan dan mengerjakan tugas, Ruanruan akan mencarimu."

Jiang Jincheng menganggukkan kepalanya lalu setelah berpikir sejenak dia berkata, "Kamu bisa makan di rumahku."

"Tidak perlu, tidak perlu, makanku cepat. Kak Jincheng, aku pulang dulu dengan Papa ya, sampai jumpa." Setelah mengatakan itu Ruanruan berlari kecil ke arah Mu Shen, Xiao Baibai dengan cepat mengikutinya dari belakang.

Hari ini Ruanruan boleh makan daging, tapi saat mendengar Ruanruan tidak pernah makan daging sebelumnya, koki takut perut Ruanruan tidak terbiasa makan daging sehingga dia memberikan bubur daging untuk Ruanruan.

Ruanruan makan dengan sangat lahap, bahkan Mu Shen jadi ikut makan lebih banyak dari biasanya.

Setelah selesai makan, Mu Shen dengan elegan membersihkan bibirnya, kemudian dia melihat ke arah handphone yang tergantung di leher Ruanruan.

"Aku dengar kamu sedang membaca sebuah buku?"

Ruanruan berhenti makan lalu dia menganggukkan kepalanya.

"Hm, hm, Master yang memberikan buku itu untuk Ruanruan."

"Apa ada yang tidak kamu mengerti?"

Ruanruan menggoyang-goyangkan kedua kaki kecilnya, "Ruanruan mengenal semua tanaman di dalam buku karena dulu Master pernah menunjukkan semuanya kepada Ruanruan, tapi… tapi ada beberapa kata yang Ruanruan tidak ketahui."

Mu Shen menganggukkan kepalanya lalu dengan wajah tenang berkata, "Berikan handphonemu kepadaku."