"Baiklah." Jiang Jincheng mengusap kepala Ruanruan. Mereka berdua duduk di depan kursi piano lalu makan kue beras bersama-sama.
Ruanruan makan sambil melihat ke arah piano di depannya dengan sorot mata penasaran.
"Kak Jincheng, ini apa?" Ruanruan menekan tuts piano yang ada di depannya kemudian dia langsung mendengar suara. Dengan cepat ia langsung menarik tangannya dari atas tuts piano.
"Ini namanya piano, Ruanruan belum pernah melihatnya sebelumnya?" Setelah menghabiskan kue beras miliknya, Jiang Jincheng mengeluarkan sapu tangan kecil dari dalam kantongnya kemudian dia menarik tangan Ruanruan dan dengan lembut mengelap setiap jari kecil Ruanruan hingga bersih.
Ruanruan membiarkan Jiang Jincheng membersihkan tangannya dan dia hanya tersenyum melihat ke arah Jiang Jincheng.
"Terima kasih Kak Jincheng."
Saat Jiang Jincheng mendengar Ruanruan berterima kasih kepadanya dengan suara yang manis, wajah kecil Jiang Jinchen seketika memerah. Dia sedikit menundukkan kepalanya karena merasa malu.
"Ehm, iya, sama-sama."
Setelah membersihkan tangan Ruanruan, Jiang Jincheng baru membersihkan tangannya sendiri, kemudian dia kembali menyimpan sapu tangannya. Saat dia menolehkan kepalanya, dia melihat Ruanruan yang sedang sibuk mencari sesuatu di dalam tas ransel kecilnya sendiri.
Jiang Jincheng duduk dengan tegak, kemudian wajahnya yang tampan itu berubah menjadi serius, dia meletakkan jarinya di atas tuts piano.
Setelah itu alunan melodi mulai terdengar dengan jelas, bahkan Ruanruan yang sebelumnya sedang mencari sesuatu di dalam tasnya, seketika seperti melupakannya. Dia mengangkat kepalanya lalu dia melihat jari-jari tangan Jiang Jincheng yang sedang memainkan piano dan menghasilkan alunan melodi yang indah.
Alunan melodi yang dimainkan oleh Jiang Jincheng tidak terdengar seperti lagu yang biasanya dimainkan oleh orang dewasa, tapi terdengar penuh perasaan.
Ruanruan merasa telinganya seperti mendengar suara kicauan burung, bunga-bunga yang ada di luar jendela, tetesan embun yang menetes dari atas daun...
Setelah Jiang Jincheng selesai memainkan piano dan mengangkat tangannya, Ruanruan melihat Jiang Jincheng dengan kedua bola matanya yang berbinar kemudian bertepuk tangan dengan penuh semangat hingga kedua tangan kecilnya itu menjadi merah.
"Kak Jincheng sangat hebat! Alunan piano itu sangat indah."
Ruanruan memuji Jiang Jinchen dengan sangat tulus. Dia benar-benar merasa permainan piano Jiang Jincheng sangat hebat.
Saat Jiang Jincheng mendapatkan pujian dari Ruanruan, kedua matanya yang berwarna biru itu seketika penuh dengan perasaan antusias dan bibirnya seketika tersenyum.
Tapi dia tetap merasa tidak senang saat melihat tangan Ruanruan yang merah, dia menarik tangan Ruanruan lalu meniupnya.
"Tangan Ruanruan terasa sakit? Selanjutnya kamu tidak perlu bertepuk tangan, lihatlah tanganmu jadi merah semua."
"Tidak sakit, Ruanruan tidak bertepuk tangan sekeras itu, hanya saja kulit Ruanruan memang mudah memerah."
Ruanruan menarik tangannya dari genggaman Jiang Jincheng, kemudian dia mengambil barang dari dalam tas ranselnya dan memberikannya kepada Jiang Jincheng.
"Ini untuk Kak Jincheng, Kakak bisa menggunakannya di tangan, aku membuatnya untuk Kakak, Kakak mau menggunakannya?"
Ruanruan melihat Jiang Jincheng dengan sorot mata berbinar.
Jiang Jincheng tentu saja menganggukkan kepalanya dengan wajah memerah.
Ruanruan tersenyum lebar kemudian dengan senang memakaikan hadiah yang sudah dia siapkan itu ke tangan Jiang Jincheng.
Entah karena Jiang Jincheng memiliki tangan yang sangat indah atau karena dia sering bermain piano, tapi jarinya terlihat lentik dan lebih panjang daripada anak seumurannya.
Kukunya dipotong dengan rapi dan terlihat sangat indah.
Ruanruan kemudian meletakkan tangannya di atas tangan Jiang Jincheng untuk membandingkan kedua tangan mereka.
"Tangan Ruanruan begitu lembut, kecil dan berisi, Paman kepala pelayan selalu mengatakan Ruanruan kurus, padahal Kak Jincheng lah yang kurus, bukan Ruanruan."
Jiang Jincheng dengan sangat serius memuji Ruanruan, "Tangan Ruanruan cantik, Ruanruan juga sangat cantik."
Ruanruan yang mendapat pujian itu merasa sangat senang, "Master juga mengatakan bahwa Ruanruan adalah anak yang paling cantik, Kak Jincheng adalah orang kedua yang mengatakan itu."
Ruanruan sama sekali tidak merasa malu dengan pujian itu, karena dia juga merasa bahwa dirinya sangat cantik, hanya saja dia merasa dirinya terlalu pendek.
Wajah Jiang Jincheng kembali memerah. Dia menundukkan kepalanya dan melihat ke arah pergelangan tangannya. Tangannya yang sebelumnya kosong dan tidak menggunakan apapun sekarang memakai sebuah tali berwarna merah dengan manik-manik kecil yang cantik.
Manik-manik itu berwarna ungu tua dan di permukaan manik-manik itu dapat terlihat jelas ukiran bunga teratai.
Jiang Jincheng memegang manik-manik indah berwarna ungu itu untuk beberapa saat, "Ini, Ruanruan yang membuatnya sendiri?"
Ruanruan menggelengkan kepalanya, "Bukan, ini buatan Master. Master sangat hebat, dia bisa memasak banyak makanan enak dan dia juga bisa memeriksa para binatang yang sakit di atas gunung, bisa membuat manik-manik yang indah, selain itu Master juga mengajarkan Ruanruan banyak hal."
Ruanruan terus membicarakan tentang masternya dan itu membuatnya jadi merindukan Ji Yuan.
Kemudian ia menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Sayang sekali Master meninggalkan Ruanruan. Sebelumnya Master masih bisa melakukan video call dengan Ruanruan, tapi untuk beberapa waktu ke depan tidak akan bisa. Ruanruan sangat merindukan Master, Ruanruan juga tidak tahu kapan Master akan kembali dan mencari Ruanruan."
Saat Ruanruan membicarakan Ji Yuan, sorot matanya terlihat penuh dengan kekaguman.
"Tidak perlu takut, aku akan menemani Ruanruan menunggu Mastermu kembali." Jiang Jincheng meletakkan tangannya di atas pundak Ruanruan dan menghiburnya.
"Bagaimana jika aku memainkan piano untukmu lagi?"
Ruanruan menganggukkan kepala kecilnya, "Hm, hm, permainan piano Kak Jincheng sangat indah."
Jiang Jincheng kemudian memainkan beberapa lagu yang bertempo cepat untuk Ruanruan, setelah itu dia mulai mengajari Ruanruan bermain piano dan tidak lama kemudian terdengar suara tertawa bahagia dari dalam ruang piano. Ada orang yang membawakan 2 gelas jus untuk mereka, saat dia mendengar suara tertawa itu dia berhenti di luar dan tidak bisa menahan diri untuk tersenyum.
Setelah hampir 3 jam Ruanruan bermain di rumah Jiang Jincheng, kepala pelayan datang untuk menjemput Ruanruan.
Saat Ruanruan pulang, dia membawa tas ranselnya kemudian dia berpamitan.
"Sampai jumpa Kakek Jiang, Nenek Jiang. Sampai jumpa Kak Jincheng."
"Iya, lain kali datang lagi kemari ya." Kata Nenek Jiang dengan gembira sambil melambaikan tangannya.
Setelah Ruaruan terlihat berjalan jauh, Jiang Jincheng masih menggendong kucing kecil berbulu hitam itu dan berdiri di depan pintu sambil melihat ke arah Ruanruan pergi untuk waktu yang sangat lama.
Nenek Jiang yang melihat itu tidak bisa menahan diri untuk menggodanya, "Adik kecil itu sangat baik, kan? Bukankah kamu sangat suka bermain bersama dengannya?"
Jiang Jincheng menganggukkan kepalanya, "Hm, sangat baik."
Bahkan kucing kecil itu juga mengeong seolah mengiyakan perkataan Nenek Jiang.
"Lalu apa kamu masih ingin bermain lagi dengan Ruanruan?"
Jiang Jincheng menganggukkan kepalanya. Dia sudah menganggap Ruanruan seperti adiknya sendiri. Dia ingin mengajari Ruanruan bermain piano dan ingin membaca buku bersama dengannya.
"Kalau begitu kamu harus pergi ke sekolah, Papa Ruanruan pasti akan mencarikan sekolah untuknya. Saat itu terjadi, Nenek berencana untuk mencari tahu dimana ia akan bersekolah, kamu juga mau ikut pergi ke sekolah yang sama dengannya?"
Nenek Jiang merasa sedikit tegang sambil melihat ke arah Jiang Jincheng karena dia khawatir Jiang Jincheng akan menolaknya lagi dan bersikukuh untuk tetap tidak mau bersekolah.
Tapi dia tidak menyangka, Jiang Jincheng hanya ragu-ragu sesaat, lalu kemudian dia menganggukkan kepalanya.
Hal ini membuat Nenek Jiang merasa semakin senang.
"Baiklah, kalau begitu Nenek akan mencari informasi untukmu."
Jiang Jincheng sebelumnya selalu tinggal di luar negeri dan baru akhir-akhir saja tinggal bersama Keluarga Jiang di sini.
Saat berada di luar negeri, kedua orang tuanya terlalu sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu untuk menjaganya dan juga tidak bisa sering pulang untuk melihat keadaannya, karena itu mereka langsung mengirim Jiang Jincheng untuk tinggal bersama dengan kakek neneknya.
Namun yang menjadi masalah utamanya adalah, dia sama sekali tidak mau pergi ke sekolah.