Chereads / Aku Punya Lima Papa / Chapter 31 - Mu An Yang Sedih

Chapter 31 - Mu An Yang Sedih

Setelah Mu An masuk ke dalam vila, dia langsung marah, "Kakak benar-benar, aku adalah adik kandungnya tapi aku bahkan tidak memiliki izin untuk langsung masuk ke dalam vila."

"Tuan kecil, apa apa Anda datang kemari?" Kepala pelayan tersenyum kecil dengan profesional lalu dia melihat rambut Mu An, 'Jika sampai tuan muda tahu maka dia tidak akan bisa menghindar dari hukuman tuan muda.'

"Jika tidak ada apa-apa, apa aku tidak boleh datang?" Mu An duduk di sofa.

"Ternyata ada buah, sejak kapan kakakku bisa menikmati hidup seperti ini?"

Dia mengulurkan tangannya dan mengambil beberapa buah storberi lalu memakannya.

"Oh benar, ada orang yang mengatakan kepadaku bahwa kakakku memiliki anak, bukankah ini sangat konyol? Dengan sifat kakakku, jika dia memiliki 1 pacar saja sudah hebat, tapi mereka malah mengatakan kakakku memiliki anak." Mu An tertawa lalu berkata lagi, "Karena hal itu aku melakukan taruhan dan aku yakin aku akan memenangkan taruhan ini."

Mu An bicara dengan gembira, dia sama sekali tidak menyadari bagaimana kepala pelayan yang melihat dirinya dengan perasaan prihatin.

Di saat yang sama dia jadi mengetahui alasan Mu An datang kemari.

"Kepala pelayan? Kenapa kamu tidak bicara?"

"Paman kepala pelayan, apa papa sudah pulang? Ruanruan mau pergi menyambut papa."

Ruanruan berlari keluar dari dalam dapur, wajahnya yang manis kotor karena tepung itu tersenyum. Tangan kecilnya juga kotor karena tepung dan dia masih menggunakan celemek kecil berwarna putih di pinggangnya.

Saat keluar dia melihat anak muda yang duduk di atas sofa. Mu An yang sedang memakan buah stroberi dan melihat ke arah Ruanruan yang sedang berlari keluar dengan mata terbelalak. Wajahnya terlihat terkejut dan tidak percaya, bahkan buah stroberi yang ada di tangannya sampai terjatuh.

Ruanruan mengedipkan matanya lalu melihat ke arah buah stroberi yang terjatuh di atas lantai, kemudian dia mencibirkan bibirnya dan terlihat sedikit sedih.

"Kakak, bisa tidak untuk tidak membuang-buang makanan? Jika Kakak tidak suka maka jangan memakannya."

Kepala pelayan tersenyum melihat Mu An yang sangat terkejut itu lalu mengangkat pundaknya.

Mu An terlihat seperti baru saja melihat hantu. Dia menunjuk ke arah Ruanruan kemudian dia melihat ke arah Ruanruan, setelah itu melihat ke arah kepala pelayan dan bibirnya gemetar.

"Kamu, kamu, kamu…"

Dia bergumam dan sama sekali tidak bisa bicara dengan benar.

Ruanruan melihat ke arah Mu An dengan wajah prihatin, ia kemudian berkata, "Paman kepala pelayan, kakak ini tidak bisa bicara ya? Tidak apa-apa, masterku memiliki kemampuan medis yang sangat hebat, mungkin saja master bisa menyembuhkan kakak ini."

Mu An, "..."

Kepala pelayan tertawa dalam hati, 'Bagaimana ini, aku ingin tertawa terbahak-bahak!'

Seketika wajah Mu An menjadi merah, "Aku bisa bicara!"

Ruanruan terkejut mendengar itu karena dia sadar bahwa dirinya ternyata salah paham.

"Maaf ya Kakak, Ruanruan salah paham."

Ruanruan meminta maaf dengan kedua tangannya di depan dengan matanya yang berbinar, Mu An langsung berdeham lalu dengan malu berkata, "Tidak… tidak apa-apa."

"Nona kecil, ini adalah adik tuan muda, Mu An. Dia adalah paman Anda."

Bola mata Ruanruan menjadi semakin berbinar. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan keluarga Mu Shen. Seketika Ruanruan langsung menyapanya dengan suara yang jelas dan ceria, "Paman."

Mu An melihat ke arah Ruanruan dengan sedikit tertegun.

Dia melihat ke arah kepala pelayan, kemudian dengan kebingungan bertanya, "Jadi… jadi, ini, ini adalah anak kakaku? Anaknya?!"

Pertanyaannya terdengar menyedihkan dan tidak percaya.

Tentu saja dia merasa sedih karena dirinya kalah taruhan, dia tidak bisa percaya karena dia tidak bisa mempercayai bahwa Ruanruan adalah anak Mu Shen! Yang menjadi masalah utama di sini adalah, berita sebesar ini tapi dia sama sekali tidak mendengar apapun tentangnya!

Kepala pelayan tersenyum menganggukkan kepalanya, menunjukkan dia mengiyakan perkataan Mu An.

Mu An, "..."

Mu An memegang dahinya dan bersandar di sofa.

"Kalian biarkan aku menenangkan diri. Aku merasa aku sedang berhalusinasi."

Ruanruan melihat ke arah Mu An lalu dia bertanya kepada kepala pelayan, "Paman kepala pelayan, apa papa sudah pulang? Ruanruan mau menyambut papa."

"Baik, baik, kita pergi menyambut tuan muda."

"Apa?! Kakakku sudah pulang?! Biasanya dia selalu pulang larut malam kan?"

Mu An yang terkejut langsung bangkit berdiri, lalu dia menutupi rambutnya yang berwarna merah itu.

"Tidak, tidak, aku harus pergi jika tidak habis riwayatku." Mu An langsung berlari keluar karena dia tidak bisa berdiam diri di sini.

Saat dia baru saja tiba di depan pintu dan belum membuka pintu, pintu terbuka, selain itu di luar ada sosok laki-laki bertubuh tinggi.

Mu An dan laki-laki itu saling bertukar pandang dan di dalam hatinya hanya ada sebuah pemikiran.

"Kak! Ehm, jangan memukul wajahku!"

"Papa!"

Ruanruan terlihat sangat gembira saat memanggil Mu Shen, tidak seperti Mu An yang terlihat putus asa.

Dia berlari kecil menghampiri Mu Shen kemudian membuka lemari sepatu dan mengambilkan sandal rumah milik Mu Shen, lalu meletakkannya di depan Mu Shen.

"Papa, cepat masuk. Hari ini papa pulang lebih awal, jadi Ruanruan tidak sempat keluar untuk menyambut papa, tapi Ruanruan hari ini membantu membungkus pangsit dan menunggu papa pulang untuk makan bersama."

Ruanruan tersenyum lebar, di wajahnya masih terdapat tepung, tapi itu sama sekali tidak menghilangkan ekspresinya yang menggemaskan.

Mu Shen mengusap kepala Ruanruan dengan lembut. Dia juga melihat ke arah Ruanruan dengan sorot mata yang hangat, tapi kemudian saat melihat ke arah Mu An, raut wajahnya berubah menjadi muram.

Mu An sangat terkejut melihat raut wajah kakaknya yang begitu hangat dan lembut, tapi sesaat kemudian raut wajah Mu Shen langsung berubah saat melihatnya.

"Kak, aku mengaku salah!"

Mu An berinisiatif untuk meminta maaf terlebih dahulu dengan harapan bisa mendapatkan pukulan yang lebih sedikit. 

Ruanruan melihat ke arah Mu An dengan keheranan, "Paman kenapa takut sekali kepada papa? Papa sangat baik."

Mu An, "..."

'Ha? Orang yang kamu maksud itu kakakku? Anak kecil, aku khawatir orang yang kita hadapi adalah orang yang berbeda!' Pikir Mu An.

Mu An merasa tidak tenang, kemudian dia mendengar Mu Shen bicara dengan nada suara yang tidak pernah dia dengar sebelumnya!

"Ruanruan, pergi cuci tangan dengan kepala pelayan ya. Sebentar lagi papa akan ke meja makan lalu kita makan bersama."

"Kalau begitu papa cepat ya, jangan sampai nanti kelaparan."

Ruanruan memegang tangan Mu Shen lalu dia menggosokkan wajahnya ke tangan Mu Shen, setelah itu dia menurut untuk pergi dengan kepala pelayan, mencuci tangan sekaligus wajahnya.

Setelah Mu Shen melihat Ruanruan pergi, dia langsung melihat ke arah Mu An dengan wajah muram. Raut wajahnya terlihat seolah dia hendak membawa Mu An ke suatu tempat.

"Kak! Aku benar-benar menyadari kesalahanku, kelak aku tidak akan sembarangan mewarnai rambutku lagi."

"Ikut denganku."

Mu Shen melihat ke arah Mu An dengan sorot mata dingin dan setelah itu dia naik ke atas.

Mu An dengan tidak tenang mengikuti Mu Shen. Saat dia baru saja masuk ke dalam ruang baca, Mu Shen langsung menunjukkan sebuah kertas kepada Mu An.

Mu An menundukkan kepalanya dan melihat isi kertas itu, sesaat dia hampir saja mau pingsan.

Di kertas itu terdapat beberapa foto, semuanya foto saat dia pergi ke bar atau dia bermain dengan teman-temannya, serta foto saat dia membolos sekolah dengan melompat dinding sekolah!

Mu An membatin, 'Asataga! Apa semua ini?!'

"Kak, dengarkan penjelasanku dulu!" Mu An merasa dirinya akan segera kehilangan nyawanya.

Dia langsung berlutut dan memeluk kaki kakaknya itu kemudian memejamkan matanya.

"Orang di foto ini bukan aku! Pasti ada yang mau menjebakku dan sengaja berpura-pura menjadi aku, kamu harus mempercayai adik kandungmu sendiri!"

Mu Shen menarik kakinya dengan tidak senang, kemudian dia teringat saat Ruanruan yang memeluk kakinya. Dia merasa saat Ruanruan melakukan itu Ruanruan sangat menggemaskan, tapi saat adiknya yang melakukannya...

Dia hanya ingin meninju wajah adiknya itu!

"Teruskan kebohonganmu." Mu Shen bicara dengan santai.

Mu An, "..."

'Sepertinya hari ini aku benar-benar sangat sial! Semua ini sudah terjadi beberapa hari yang lalu, seharusnya aku tidak mencari masalah dengan datang kemari! Aku bahkan tertangkap basah dengan rambutku yang berwarna merah,' batin Mu An.