Ruanruan menggoyang-goyangkan kakinya dan dia tersenyum manis sambil melihat ke arah Mu Shen yang ada di layar handphone-nya.
Telinga Mu Shen menjadi sedikit merah tapi raut wajahnya sama sekali tidak berubah, lalu dia dengan sangat sabar membacakan huruf yang tidak dikenal oleh Ruanruan.
"Yang pertama adalah subuh, kemudian selanjutnya…"
Setelah Mu Shen menyelesaikan jawabannya, dia melihat wajah Ruanruan sedang serius mendengarkannya.
"Apa sudah mengingat semuanya? Apa aku perlu mengulanginya sekali lagi?"
Ruanruan menganggukkan kepalanya kemudian menggelengkan kepalanya.
Setelah itu dengan suara yang manis berterima kasih kepada Mu Shen.
"Terima kasih Papa, Ruanruan sudah ingat, Papa sangat hebat."
Ruanruan melihat ke arah Mu Shen dengan sorot mata yang penuh dengan kekaguman. Seketika Mu Shen memiliki perasaan puas dan senang, setelah itu dia menyuruh Ruanruan untuk mencoba membaca kata-kata yang tadi sudah ditanyakan.
Ruanruan tentu melakukannya, dia membaca paragraf di dalam buku itu dengan suara yang manis untuk Mu Shen.
Saat Mu Shen melihat Ruanruan membaca dengan serius, Mu Shen memiliki perasaan bangga. Tidak heran dia anakku. Dia sangat pintar. Aku hanya mengatakannya 1 kali dan dia dapat langsung mengingat semuanya dengan benar.
Setelah mengakhiri telepon dengan Ruanruan, Mu Shen langsung merasakan berbagai pasang mata yang sedang melihat ke arahnya dengan sorot mata yang aneh.
Dia sama sekali tidak sadar bahwa saat dia bicara dengan Ruanruan, dia tersenyum tidak seperti biasanya dan sorot matanya menjadi lebih hangat tidak seperti biasanya, seolah dia adalah orang yang berbeda.
Saat ini, sebelum Mu Shen menghilangkan senyuman di wajahnya, semua orang sudah tertegun melihat ke arahnya.
Dalam sekejap, Mu Shen dalam langsung mengubah raut wajahnya. Raut wajahnya langsung berubah menjadi dingin seperti biasanya.
Kemudian…
Semua orang langsung merasa kecewa melihat itu.
Mu Shen dengan suara dingin berkata, "Lanjutkan."
Ruangan rapat yang sebelumnya tenang seketika terdengar suara gesekan kertas yang sedang dibolak-balik dan tidak ada orang yang bicara sama sekali. Semua orang terlihat pucat seolah baru saja melihat hantu dan mereka semua masih tertegun karena memikirkan hal yang sebelumnya mereka lihat.
Hingga saat Mu Shen menunjuk seseorang, semua orang seketika langsung tersadar.
Rapat kali ini dilalui dengan sebagian besar orang tidak dapat kembali fokus. Setelah Mu Shen membubarkan rapat ini lalu bangkit berdiri dan pergi dari sana, semua orang melihat ke arah perginya Mu Shen, dan setelah tidak lagi terlihat bayangan Mu Shen, seluruh ruangan rapat langsung menjadi sangat heboh.
Yang mereka bicarakan hanya tentang 1 hal, yaitu identitas anak kecil yang sebelumnya mereka lihat di layar ruang rapat! Karena mereka melihat bagaimana cara Mu Shen berbicara dengan hangat dan sabar saat bicara dengan anak itu.
Seluruh perusahaan menjadi sangat heboh membicarakan hal itu.
Sedangkan Ruanruan sama sekali tidak tahu bahwa hanya melakukan video call dengan Mu Shen bisa menyebabkan kehebohan sebesar itu.
Setelah dia menyelesaikan tugasnya, dia merapikan bukunya kemudian memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Setelah itu dia mengeluarkan beberapa manik-manik berwarna ungu yang cantik serta tali berwarna merah, kemudian dia mulai merangkai manik-manik dengan menggunakan tali itu.
"Nona Ruanruan, ayo makan."
Karena sudah saatnya untuk makan, kepala pelayan menghampiri Ruanruan dan mengingatkannya untuk makan dengan suara yang hangat.
"Hm, hm. Aku akan segera datang." Ruanruan membereskan barang-barangnya kemudian dia membawa tas ranselnya dan setelah itu melompat turun dari kursi.
Kepala pelayan membantu Ruanruan membawakan tas ransel Ruanruan, lalu tangannya yang lain menggandeng tangan kecil Ruanruan dan mereka berjalan ke arah ruang tamu.
"Paman kepala pelayan, setelah selesai makan Ruanruan mau pergi mencari Kak Jincheng. Dia meminta Ruanruan untuk datang ke rumahnya dan bermain di sana."
"Baiklah, nanti setelah selesai makan saya akan mengantar Nona pergi ke sana."
Ruanruan menganggukkan kepala kecilnya, "Hm, hm, terima kasih Paman kepala pelayan."
Kepala pelayan tersenyum semakin lebar. Nona kecil benar-benar sangat baik. Aku benar-benar sangat ingin memamerkan nona kecil yang begitu baik ini kepada orang lain, tapi sayang sekali tuan muda tidak memiliki rencana untuk memberitahukan keberadaan Nona Ruanruan kepada tuan besar dan nyonya besar, jadi aku hanya bisa menahan diri.
Setelah selesai makan, Ruanruan dan Xiao Baibai memiliki perut yang sangat kenyang seperti kemarin, lalu mereka bertiga pergi ke rumah Jiang Jincheng.
Jiang Jincheng berdiri menunggu di depan pintu pagar rumahnya. Saat dia melihat Ruanruan yang datang, seketika matanya menjadi berbinar. Dia menggendong kucing kecilnya sambil berlari ke arah Ruanruan.
"Kak Jincheng!"
Ruanruan tersenyum manis hingga matanya berbentuk bulan sabit sambil melambaikan tangannya.
Xiao Baibai melihat Jiang Jincheng menggendong kucing kecil berwarna hitam dan seketika dia terlihat tidak senang. Jika bisa bicara maka mungkin dia akan berkata, 'Kamu tidak seindah diriku dan Ruanruan paling menyukaiku.'
Saat kucing kecil itu melihat Ruanruan, dia langsung mengeong dengan manja kepada Ruanruan.
"Kucing yang manis." Ruanruan mengusap kepala kucing kecil itu kemudian kucing kecil itu mengusapkan kepalanya ke tangan kecil Ruanruan. Dia bahkan mengulurkan lidahnya dan menjilati jari Ruanruan.
Xiao Baibai yang melihat itu perlahan mulai menggerang.
Kucing kecil itu seperti terkejut. Dia langsung melompat ke arah Ruanruan dari pelukan Jiang Jincheng kemudian ekornya bergoyang-goyang.
Xiao Baibai seolah marah dan dia merasa bahwa kucing itu sengaja melakukan hal itu.
Seluruh bulu Xiao Baibai menjadi berdiri dan dia melolong ke arah kaki Ruanruan.
"Xiao Baibai, jangan begitu. Kelak Xiao Baibai harus berteman baik dengannya ya."
Xiao Baibai melolong tidak senang. Dia memalingkan wajahnya seolah menyatakan penolakan.
Ruanruan dan Jiang Jincheng bergandengan tangan lalu berjalan masuk ke dalam vila Keluarga Jiang bersama-sama. Sedangkan kucing kecil itu dengan nyaman berbaring di atas tangan Ruanruan, lalu dia menggoyang-goyangkan ekornya sambil melihat ke arah Xiao Baibai yang berjalan di sebelah Ruanruan.
Kedatangan Ruanruan sangat disambut oleh Keluarga Jiang, terutama Nenek Jiang. Nenek Jiang tersenyum lebar yang membuat kerutan di wajahnya terlihat semakin jelas.
Sedangkan Kakek Jiang belum pernah bertemu dengan Ruanruan. Dia terlihat seperti orang tua yang elegan dan berkelas, dia menggunakan pakaian tradisional Tiongkok yang memiliki model kerah yang tegak dan sedang memegang buku.
Saat Ruanruan melihatnya, dia langsung menyukai Kakek Jiang. Kakek Jiang tidak mengatakan apapun dan tidak tersenyum, sorot matanya juga terlihat serius, tapi Ruanruan sama sekali tidak merasa takut kepadanya.
"Halo Kakek Jiang." Ruanruan dengan sopan menyapanya.
Kakek Jiang kemudian melihat ke arah Ruanruan. Saat Jiang Jincheng baru saja hendak mengatakan kepada kakeknya itu untuk tidak bersikap terlalu serius, tiba-tiba dia melihat kakeknya itu tersenyum.
"Kemari, biarkan Kakek melihatmu lebih dekat." Kakek Jiang melambaikan tangannya lalu dia melihat Ruanruan yang berjalan menghampirinya dengan kakinya yang kecil.
Xiao Baibai juga mengikuti Ruanruan dan dia melihat ke arah Kakek Jiang dengan sorot mata yang penuh kewaspadaan.
"Siapa namamu?"
"Namaku Ruanruan." Ruanruan dengan sopan menjawabnya.
"Hm? Namamu Mu Ruanruan?" Kakek Jiang tahu bahwa Ruanruan berasal dari keluarga Mu.
Ruanruan memiringkan kepalanya dan berpikir sejenak lalu berkata, "Ehm, bukan, kata Master, nama Ruanruan adalah Ji Anruan, nama panggilanku adalah Ruanruan."
Ji Yuan selalu memanggilnya Ruanruan, Ruanruan, hingga Ruanruan hampir saja melupakan nama lengkapnya.
Kedua orang tua itu saling bertukar pandang kemudian mereka sama-sama berpikir bahwa Ruanruan mengikuti marga dari ibunya.
Tapi itu adalah urusan keluarga orang lain sehingga mereka juga tidak mempertanyakannya lagi.
Nenek Jiang tersenyum lalu dia memberikan beberapa kue beras untuk Ruanruan. Ruanruan menerimanya, kemudian Jiang Jincheng membawa Ruanruan ke ruang piano.
"Kak Jincheng, Kakak juga ikut makan." Ruanruan menggigit kue beras itu lalu dia tidak lupa memberikan 1 potong kue beras yang masih ada di tangannya kepada Jiang Jincheng.