"Om Kaif, Alif tidak mau menunggu Najma dewasa. Alif tetap mau memintanya sekarang. Bagaimana kalau nanti dia mencintai orang lain? Alif tidak mau kehilangan kesempatan ini. Pokoknya om dan tante harus mengijinkan Alif mengkhitbah Najma." Melihat Alif yang keras kepala, Kaif menggelengkan kepalanya.
"Alif, kenapa kamu begitu yakin kalau bayi yang kau gendong itu Najma? bagaimana kalau ternyata dia adalah Aghnia? kau kan belum pernah bertemu mereka sebelumnya?" Kaif memiliki hal yang bisa digunakan untuk menolak keinginan Alif.
"Alif yakin ini adalah Najma, Alif sangat mempercayai feeling Alif. Sejak pertama melihatnya, hati Alif langsung merasa menyayangi dan mencintainya. Wajah kecil ini begitu bersinar seperti bintang, sesuai dengan nama yang Om kasih kepadanya. Mana mungkin Alif salah Om. Jadi sekarang ijinkan Alif melamarnya, kalau perlu, Alif akan mengkhitbahnya saat ini juga." Kaif dan Ashila membelalakkan matanya mendengar kata-kata yang diucapkan Alif membuat rahang keduanya hampir jatuh ke lantai saking tidak percayanya. Meski disisi lain, Kaif sangat mengagumi dengan keakuratan tebakan Alif yang sekali pandang bisa langsung mengenali putri kandungnya.
"Alif, mengkhitbah seseorang tidak sesederhana yang kau pikirkan. Ada beberapa syarat yang harus kita perhatikan dan juga kita cukupi rukun dan syaratnya. Dan saat ini Najma masih bayi, dia belum baligh. Jadi, om mohon jangan bercanda lagi,oke?" Kaif mengacak kepala keponakannya dengan gemas.
"Pokoknya Alif akan mengkhitbah(menandai) Najma sebagai calon istriku kelak ya, Om!" Kaif menatap wajah keponakannya yang cukup tampan itu dengan perasaan geli.
"Muhamad Alif Arkaan, kalau begitu Om akan mengijinkan kamu untuk mengkhitbah Najma untuk kamu jadikan istrimu kelak ketika Najma sudah memasuki usia lima belas tahun, tetapi semua itu tergantung persetujuan keluarga besar kita nanti. Kalau Kakek dan Nenek setuju, juga Umi dan Abimu setuju maka Om juga akan setuju." Alif mengangguk dan tersenyum bahagia. Dia yakin kalau umi dan abinya juga kakek dan neneknya akan menyetujui keinginannya.
"Terima kasih Om, juga Om Kaif jangan khawatir, sebelum Alif menikahinya secara hukum kelak saat usianya dua puluh tahun, Alif akan menyayanginya seperti seorang kakak kepada seorang adiknya, tidak lebih. Tetapi Alif akan memperkenalkan Alif sebagai calon suaminya sejak dini, bagaimana Om? apakah kalian merestui kami?" Alif masih menggendong Najma dengan sangat hati-hati, calon istri kecilnya,,
"Alif, om dan tante harus membicarakan hal ini kepada Abi dan Umimu dulu. Juga dengan keluarga besar. Kita kan membicarakannya lagi nanti setelah acara aqiqoh mereka selesai. Sekarang berikan putriku pada Uminya! kalian bukan muhrim, tidak boleh menciumi dia sembarangan." Kaif langsung mengambil Najma dari dalam gendongan Alif.
"Om please deh, Najma masih bayi. Aku bisa menciuminya sesuka hatiku. Biarkan aku bersama calon istriku sebentar lagi ya om..." Alif dengan percaya diri sudah memberi label istri pada Najma. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama, dia tidak perduli jika saat dewasa nanti ternyata Najma akan seperti apa.
Alif sendiri yang akan mendidik calon istrinya sejak dini. Dengan dibantu Kaif dan Ashila tentunya. Kini Alif semakin yakin akan tinggal bersama omnya ini setelah lulus nanti.
Acara aqiqoh berjalan dengan lancar. Kini sesuai janji Kaif tadi pada Alif, dia mengumpulkan seluruh keluarga. Fadhil, Habib Mustofa, Umi Farida, Ayya, Rafi, Ahfaz, Azka juga Hanan dan Kirana. Kaif menyampaikan apa yang tadi siang Alif bicarakan dengannya. Sudah dapat ditebak, semua orang merasa sangat terkejut. Tetapi mereka juga tidak menolak apa yang Alif inginkan, karena meski peristiwa semacam ini sangat langka dan jarang sekali ditemui tetapi hal seperti ini juga pernah terjadi.
Hanya saja dengan kasus yang berbeda, misalnya kedua sahabat menikah gantungkan putra dan putri mereka yang baru lahir atau misal sebagai balas budi seseorang sehingga menyerahkan putrinya agar kelak menikah dengan anak orang yang telah menolongnya tetapi mereka menyerahkannya sejak kecil. Ada banyak sekali sebab yang melatar belakangi pernikahan yang tidak selazimnya orang menikah seperti ini.
"Kami tidak keberatan asalkan Alif memegang kata-katanya, sekarang bagaimana dengan kak Ahfaz dan mbak Azka? juga kami mengharap pendapat kalian semua" Kaif kemudian menatap Alif yang agak gugup menanti keputusan dari orangtuanya dan keluarga besarnya.
Setelah berembuk, mereka akhirnya setuju kalau Alif mengkhitbah Najma ketika Najma terlah berusia lima belas tahun kelak. Ahfaz dan Azka akhirnya mendampingi Kaif sebagai calon besan yang datang melamar Najma untuk Alif kelak.
Akhirnya, Alif harus menunda mengkhitbah Najma. Kemudian semua orang berdo'a untuk Alif dan Najma, semoga hubungan mereka bertahan sampai mereka benar-benar menikah kelak setelah mereka dewasa. Meski tidak jadi mengkhitbah Najma saat ini, Alif tetap merasa sangat bahagia, kini dia telah menjadi seorang calon suami. Tentu saja hanya calon suami dalam arti yang sebenarnya, dia akan mulai mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan calon istri kecilnya.
"Ahfaz, Kaif, kalian selain sebagai seorang saudara juga merupakan calon besan. Jadi kalian harus menjaga putra dan putri kalian dengan baik. Saran Umi dan Abi, kalian biarkanlah mereka tumbuh dengan normal. Meski begitu, saat Najma mulai mengerti nanti, kalian harus sedikit demi sedikit memberi tahu bahwa Alif adalah calon suaminya. Umi berdo'a semoga semuanya baik-baik saja sampai mereka dewasa kelak." Kirana menasihati kedua putranya.
"Dulu aku merasa pernikahan kami adalah yang paling unik, sekarang ternyata kita kalah dari Alif, hahaha.." Rafi tertawa terbahak-bahak setelah mengingat dulu saat dia mengkhitbah Ayya diusia sebelas tahun sedangkan dirinya berumur tujuh belas tahun.
Sekarang apa yang dilakukan Alif sangat spektakuler, dia ingin mengkhitbah bayi yang baru lahir. Meski tidak disetujui saat ini, intinya Kaif dan Ashila telah menerima Alif sebagai calon menantunya. Semua orang memang tidak memiliki pemikiran yang sama, tetapi keluarga Kirana melakukan ini untuk menjaga putra putrinya dari hal-hal yang buruk.
"Selamat Alif, kau sudah memiliki calon istri yang sangat imut. Ayya tersenyum dan memeluk keponakannya ini, dia tidak mengira Ahfaz akan memiliki menantu lebih dulu dari pada dirinya yang sebentar lagi akan menikahkan Zayn dengan Arunika, putri dari profesor Haedar. Sahabatnya saat kuliah di mesir dulu.
"Terima kasih tante Ayya, om Rafi, kalian do'akan Alif dan Najma ya.." Alif kemudian mencium tangan om dan tantenya. Juga kedua orangtua dan nenek dan kakeknya, Habib Mustofa dan umi Farida juga sangat bahagia,
Mari semuanya, kita merayakan semua ini." Semua orang merasa bahagia terutama Alif. Dia akan mulai mencari pekerjaan. Selama ini Alif sangat berbakat, suaranya juga sangat bagus. Dia menuruni bakat abinya Ahfaz yang menjadi seorang vokalis gambus, tetapi Alif akan membuat sendiri Video klip dan akan mulai mengunggahnya di youtube dan instagram. Selain itu, Alif sangat pandai mendesain. Dia akan mencoba peruntungannya membuat kaos untuk para santri dengan harga yang murah tetapi berkualitas. Siapa tahu itu akan menjadi jalan rejeki untuknya dan Najma, yang penting dia bisa menghasilkan pundi-pundi darin usaha yang halal.