Akhirnya Alif mulai bisa menerima kepergian Najma. Mereka segera berangkat. Mereka juga tidak memberitahukan kalau mereka akan pergi ke Malang kepada Ahfaz maupun Kaif, mereka bertiga akan memberi kejutan kepada om dan tantenya.
Ketiga orang didalam mobil mengobrol dengan asyik, Alif bahkan sudah mau tertawa meski saat mengingat Najma kembali sedikit bersedih. Tetapi kini keadaannya lebih baik dari sebelum mereka datang.
"Alif, apakah kamu benar-benar sudah memikirkan akan meneruskan kuliah di Bandung? apakah umi dan abimu akan mengijinkanmu? atau kau mau berkuliah di Mesir? kalau kau mau, aku bisa meminta papaku untuk mendaftarkanmu. Kebetulan, setelah ini aku dan kakak Zayn sepertinya akan menetap disini. Jadi, kalau kau mau kan kau bisa sekalian menemani papaku, bagaimana?" Arunika sepertinya memiliki pemikiran yang masuk akal, Zayn juga mengangguk setuju. Alif juga sangat pintar meski tidak sepintar Zayn dan Arunika.
"Waah, boleh kak! aku coba pikirkan dulu. Aku juga akan meminta ijin kepada umi dan abi. Lalu aku akan meminta pendapat kakek dan nenek." Alif seperti mendapat pencerahan. Dia juga ingin kuliah diluar negeri seperti Abinya, mungkin dengan begini dia akan menjadi lebih terhibur.
"Sayang, idemu bagus juga, kasihan papa disana sendirian. Lagi pula kau tidak perlu menyewa aparteman Alif, kau bisa tempati apartemen kakak." kata-kata Zayn semakin membuat Alif bersemangat. Dia sudah bertekad akan segera menyelesaikan kuliahnya dan kemudian membantu abi dan uminya. Semoga dia juga bisa segera mendapat jodoh yang baik, yang bisa menggantikan Najma di hatinya. Oh bukan menggantikan, tetapi mengisi tempat lain yang masih kosong didalam hatinya. Karena selamanya, Najma tidak akan tergantikan dan dia akan selalu berada didalam hati Alif.
"Terima kasih kak Zayn, kak Arunika, kalian sudah membantuku menemukan jalan keluar. Aku merasa kalau aku tetap disini, aku akan selalu teringat pada Najma. Aku pasti akan selalu memikirkannya dan itu membuatku tidak bisa segera menyelesaikan kuliahku. Aku juga berharap abi dan umi mengijinkan ku untuk meneruskan kuliah di Mesir." Alif merasa sangat senang karena sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol, tak terasa kini mereka telah memasuki halaman pesantren milik Kaif.
Saat mereka tiba, baik Kaif maupun Ahfaz merasa sangat terkejut. Bagaimana mungkin Alif bisa datang bersama dengan Zayn dan Arunika. Ziyad memang sebelumnya sudah memberitahu kalau Zayn akan datang ke Blitar, tetapi abinya itu tidak mengatakan kalau Zayn dan Arunika sudah berangkat, makanya Ahfaz dan Kaif tidak menyangka kalau Zayn dan Arunika sudah berada di hadapan mereka bersama Alif pula.
"Alif, kenapa kau datang? bukankah tadi pagi kau bilang tidak mau ikut? lalu kenapa kau berada disini sekarang?" Azka yang baru saja keluar karena mendengar suara ribut sangat terkejut melihat putranya sudah berada dihadapannya.
"Iya umi, Alif akan ikut bersama kak Zayn dan kak Arunika ke Bandung setelah dari sini, makanya Alif ikut sekalian mau pamit kepada abi dan umi juga kepada om Kaif dan tante Ashila, juga si kecil Aghnia." Alif tersenyum, kedua orang tuanya juga Kaif merasa sangat bahagia melihat Alif kembali bersemangat.
"Umi, abi, aku mau minta ijin apakah boleh kalau aku meneruskan kuliah di Mesir?" "uhuk... uhuk... " Ahfaz terbatuk karena sangat terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Alif. Putranya itu dulu sewaktu akan mendaftar kuliah, Ahfaz sudah bertanya dan menawarkan kepada Alif apakah mau bersekolah di Mesir atau tidak dan Alif menjawab dengan mantap dia ingin meneruskan kuliah di Malang.
Tetapi saat ini, kenapa tiba-tiba putranya ini berubah? tetapi, kalau memang Alif serius pasti keduanya akan mengijinkannya karena sebenarnya Ahfaz dan Azka memang ingin Alif meneruskan kuliahnya di Mesir.
"Pasti nak, kami akan mendukung apapun yang kau inginkan. Kamu hanya tinggal bilang kepada abi dan umi kapan kau mau berangkat. Untuk pendaftaran, kami bisa meminta tolong kepada papamu kan Arunika?" Ahfaz kemudian menatap Arunika yang langsung membalas pertanyaan pamannya dengan anggukan dan senyuman.
Mereka semua kemudian dipersilahkan masuk oleh Kaif karena sejak datang tadi, semua orang keasyikan berbincang dan akhirnya mereka malah baru sekarang dipersilahkan masuk.
"Om, sebenarnya maksud kedatangan Zayn kesini itu karena akan menyampaikan pesan dari kakek, beliau ingin membangun sebuah akses bawah tanah yang akan menghubungkan pesantren ini, pesantren milik om Ahfaz juga dengan rumah kakek di Bandung." Kaif yang sedang menyesap kopinya langsung tersedak. Dia benar-benar tidak menyangka abinya memiliki pikiran seperti itu. Bahkan, Kaif membayangkan saja tidak pernah. Ide abinya benar-benar sebuah ide yang sangat gila.
"Abi sangat keren, kami bahkan tidak sekalipun memiliki ide seperti itu. Kalau memang abi ingin membangun hal seperti itu, tentu kami pasti akan membantu beliau. Kami yakin, abi pasti sudah memperhitungkan semuanya. Juga dari segi financial pasti abi juga sudah mempersiapkannya. Karena pembangunan kali ini sama seperti membangun sebuah jalan tol." Ahfaz merasa sangat bangga pada abinya. Lalu Zayn menyampaikan apa yang kakeknya pesankan kepadanya. Baik Kaif maupun Ahfaz sangat siap membantu rencana Ziyad, mereka akan mencari tenaga mulai besok pagi. Kira-kira mereka membutuhkan masing-masing dua puluh orang pekerja dan dua orang mandor.
"Berarti, om berdua sudah Zayn anggap menyanggupi apa yang kakek minta ya..?" Zayn kembali memastikan kedua omnnya itu, mereka kemudian bersiap untuk melaksanakan acara pengajian untuk mendo'akan Najma.
"Pasti Zayn, sampaikan pada abi kalau kami berdua siap membantu beliau." Kaif juga sangat bersemangat. Mereka kemudian berpisah untuk bersiap karena acara akan segera dimulai setelah sholat maghrib.
Sementara itu, Alif seorang diri mangunjungi makam Najma. Dia membelai batu nisan yang bertuliskan nama Najma itu dengan lembut. Matanya berkaca-kaca kemudian dia mengaji surah Ar-Rohman. Dia sengaja menghadiahkan surah itu sebagai bukti bahwa dia sangat menyayangi Najma. Setelah mengaji, Alif berdo'a lalu dia juga mendo'akan kakeknya, Hanan. Dia menitipkan Najma kepada Hanan.
"Sayang, kakak akan pergi jauh. Kakak akan mencari ilmu di negeri orang. Kakak akan berada jauh darimu. Tetapi, kamu harus tahu kalau kamu selalu berada di hati kakak, dulu sekarang, besok dan selamanya." Alif berdiam diri cukup lama didepan makam Najma, Dia benar-benar menyayangi istri kecilnya. Dia juga sudah sangat ikhlas melepaskan Najma. Hanya saja, perasaannya mengatakan kalau Najma masih hidup. Padahal sudah sangat jelas bahwa anak perempuan kecil itu kini sudah tertidur nyenyak dihadapannya.
Alif kemudian pergi dari tempat itu, dia kemudian masuk kedalam kamarnya dan tidur. Dia tidak ikut menghadiri acara itu, karena kalau dia keluar dia akan bertemu dengan Aghnia dan itu pasti akan mengingatkannya kepada Najma.
Malam itu, acara memperingati empat puluh hari kepergian Najma berjalan dengan lancar. Semua orang bersyukur karena semua undangan hampir seratus persen datang. Kaif mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang. Dia juga memberikan santunan kepada seluruh santri dan santriwatinya yang yatim dan piatu. Semua itu dia hadiahkan untuk putrinya yang tercinta, Najma.