"Iya Umi, Abi, tetapi saat Alif tadi memakamkan Najma, Alif merasa sepertinya bayi itu bukan Najma. Alif sangat peka terhadap sesuatu. Dulu, saat Alif memutuskan meminta Najma kepada om Kaif, perasaan Alif sangat kuat. Tetapi tadi, saat Alif menggendongnya, Alif merasa dia benar-benar bukan Najma Umi." Alif tetap bersikeras bahwa bayi itu bukan Najma, tetapi tidak ada orang yang percaya.
"Alif, apa yang kau katakan benar, Om juga merasakannya. Karena Om melihat sendiri jenazah Najma. Saat itu, Om seperti tidak mengenalnya. Tetapi, disana tidak ada bayi lain selain Najma. Jadi, mau tidak mau kita harus ikhlas. Najma sekarang sudah bahagia, kamu harus semangat dan tetap melanjutkan hidupmu dengan baik." Kaif memeluk Alif. Mereka sangat terpukul kehilangan Najma, bayi mungil yang mereka cintai. Yang satu abinya, yang satu calon suaminya.
Hari ini seluruh anggota keluarga Kaif akan kembali kerumah masing-masing. Kirana, Ziyad, Ayya, Rafi, juga Arunika dan Zayn akan kembali ke Bandung. Azka, Ahfaz, Alif dan Fawwaz akan kembali ke Blitar, sementara Ifa dan Fadhil akan langsung kembali ke Semarang. Mereka semua harus kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Sepeninggal semua orang, hanya tinggal Ashila dan Kaif juga Aghnia. Mereka masih terlihat sangat bersedih. Bagamana pun juga, mereka masih terbayang tawa dan wajah cantik Najma, bayi itu sedang lucu-lucunya.
"Mas Kaif, apakah aku tidak menjadi seorang ibu yang baik untuk putri kita? sehingga Allah tidak mempercayakan kepadaku untuk merawatnya.." Ashila terisak didalam pelukan Kaif, tangan Kaif membelai punggung Ashila dengan lembut. Kaif mencoba menenagkan istrinya. Siapapun akan seperti ini, saat kehilangan orang yang mereka sayangi.
"Sayang, justru karena Allah sangat menyayangi Najma, maka Allah mengambilnya. Jangan bersedih lagi sayang, kan ada Aghnia. Dia juga membutuhkan kasih sayang kita." Kaif kemudian menyerahkan Aghnia kepangkuan Ashila. Melihat bayi itu, Ashila kembali teringat dengan putrinya Najma. Tetapi, Ashila berusaha untuk ikhlas menerima setiap ketentuanNya.
"Iya mas, kita tidak boleh bersedih. Bukankah semua yang kita miliki adalah milikNya. Jadi Allah boleh mengambilnya kapan saja dan kita harus ikhlas mengembalikan kepada pemiliknya." Ashila kemudian membawa Aghnia yang sudah tertidur ke dalam kamarnya. Lalu, Ashila meletakkan Aghnia ke dalam boxnya. Setelah itu, Ashila kembali kedalam kamarnya. Dia mengambil air wudhu dan kemudian sholat. Setelah itu, Ashila mendo'akan Najma. Sementara Kaif, dia kemakam Najma. Dia berdo'a disana, kemudian kembali ke pondok putra. Dia berkeliling, melihat para santri yang sedang mengaji hal itu membuat hatinya menjadi lebih tenang.
Sepasang suami istri itu sudah terdidik sejak kecil untuk merelakan setiap apa yang dilalui dalam kehidupan mereka, baik itu, suka, duka atau apapun. Mereka terdidik untuk selalu bersabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan mereka. Keduanya terlahir dari keluarga yang sangat kuat latar belakang agamanya. Terutama Kaif, dia adalah putra dari Kirana dan Hanan yang sejak Kaif kecil sudah terbiasa menjalani kehidupan yang penuh cobaan. Mereka adalah pribadi yang kuat dan hebat. Mereka menjalani kehidupan ini semata karena untuk beribadah dan juga mengharap keridhoan Allah. Maka dari itu, baik Kaif, Ayya maupun Ahfaz, beserta seluruh keturunan mereka semua sudah terdidik sejak dini. Mereka selalu berbuat kebaikan, memberi kepada orang lain yang membutuhkan dan menolong siapapun tanpa memandang siapa orang yang sedang mereka tolong.
*****
Saat ini, Alif berada di rumah seorang diri dia tidak mau kembali ke Malang lagi. Bahkan dia sedang mengajukan pindah kuliah. Dia sepertinya akan ikut kakek dan neneknya tinggal di Bandung.
"Najma, kamu sedang apa dek? kakak sangat merindukanmu. Biasanya kamu sedang mengganggu kakak di waktu-waktu seperti saat ini. Kakak kangen dengan tawamu sayang.." Alif sedang melihat foto Najma yang dia ambil saat bermain dengan Najma beberapa hari yang lalu. Alif kemudian akan menutup pintu dan akan ke pondok putra untuk menghilangkan kejenuhan. Dia akan menemui kang Hifni, dia adalah satu-satunya temannya saat ini. Tetapi sebuah mobil memasuki halaman pondok, setelah melihat orang yang keluar dari dalam mobil, Alif kemudian tersenyum. Dia melihat Zayn dan Ariunika tiba. Dia merasa sangat bahagia, Alif kemudian menyambut kedatangan sepupunya. Alif memeluk Zayn, keduanya kemudian berbincang diruang tamu. Arunika kemudian meminta ijin kepada Alif dan suaminya untuk beristirahat, dia merasa sangat lelah saat tiba dirumah.
"Alif, bagaimana kabarmu? kau baik-baik saja kan?" Zayn melihat wajah Alif sangat murung dan sepertinya dia kurang tidur beberapa hari ini.
"Aku baik-baik saja kak Zayn, kakak sendiri bagaimana? Alif kembali bertanya kemudian mereka mengobrol banyak hal. Terutama Alif, dia terlihat sangat sedih beberapa hari ini. Zayn menasehatinya agar mengikhlaskan Najma, tetapi meski Alif sudah mengatakan ikhlas, hatinya masih saja terus memikirkan istri kecilnya.
"Kak Zayn, kalian dalam rangka apa datang kemari? kenapa tidak ke Malang? kan om Kaif sedang mengadakan acara empat puluh harinya Najma. Abi sama umi juga sedang berada di sana sekarang." Alif menyerahkan secagkir kopi kepada Zayn yang baru saja dibuatkan oleh kang hamid, kang pengurus baru yang sekarang membantu ndalem.
"Setelah dari sini, rencana aku mau ke Malang. Tetapi, kalau abi dan umimu berada di sana sebaiknya nanti sore kami juga langsung kesana saja. Kebetulan sekali kalau aku bisa bertemu dengan om Kaif dan om Ahfaz sekaligus. Jadi aku nggak perlu mengulang kata-kata saat menyampaikan pesan kakek ini. Kamu sendiri, kenapa tidak pergi ke Malang? bukankah ini peringatan empat puluh hari meninggalnya istri kecilmu?" Zayn membuat Alif kembali murung. Zayn kemudian menepuk bahu Alif dan memeluknya. Keduanya kemudian melanjutkan mengobrol saat Alif sudah kembali tenang.
"Aku kalau disana teringat Najma terus kak, tawanya selalu berada di dalam mataku. Aku ingin menenangkan diri dulu." Alif kemudian mempersilahkan Zayn beristirahat dulu karena nanti habis Dzuhur, Zayn dan Arunika akan segera meneruskan perjalanan ke Malang.
Alif sendiri segera masuk kedalam kamarnya, dia tidak jadi menemui kang Hifni. Dia sedang berfikir, pumpung kakaknya datang, sepertinya dia akan sekalian ikut ke Bandung. Tapi itu berarti, dia harus ikut ke Malang kan? apakah dia sanggup menginjakkan kakinya di tempat omnya itu lagi..?
Setelah sholat dzuhur, Zayn dan Arunika langsung berpamitan kepada Alif. Dia akan segera berangkat ke malang. Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, saat Zayn ingin menjalankan mobinya Alif tiba-tiba memanggil Zayn. Dia kemudian langsung masuk kedalam mobi Zayn dengan membawa tas ransel yang lumayan besar.
"Alif, kau mau kemana?" Zayn dan Arunika bertanya bersamaan, sementara Alif malan nyengir seperti tidak punya dosa.
"Aku mau ikut kakak ke Bandung, jadi, mau tidak mau aku harus ikut ke Malang. Aku juga mau meminta ijin kepada abi dan umi. Juga kepada om Kaif sama tante Ashila. Sekarang kita berangkaaat..." Alif berkata dengan penuh semangat. Zayn dan Arunika merasa sangat senang. Akhirnya Alif mulai bisa menerima kepergian Najma. Mereka segera berangkat. Mereka juga tidak memberitahukan kalau mereka akan pergi ke Malang kepada Ahfaz maupun Kaif, mereka bertiga akan memberi kejutan kepada om dan tantenya.