Pagi itu seperti biasa Dinda sebelum berangkat ke sekolah, 1 jam sebelum adzan Subuh dia harus membantu ayah dan ibunya mengisi air 1 drum dengan menggunakan pompa manual, masak air untuk mengisi termos dan membuat sekedar teh manis untuk sarapan dia dan adik-adiknya diminum bareng 1 butir telur rebus.
Tidak seperti teman-teman sebayanya yang bangun tidur makanan sudah tersaji diatas meja. Dinda harus berupaya sendiri sebisa mungkin tidak mengeluarkan uang saat di sekolah. Kebutuhan seperti bayar ulangan, beli buku, dan lain-lain cukup menguras isi dompetnya sampai fitri alias suci bersih tanpa isi sama sekali.
Setelah semua selesai, Dinda pun baru bisa mandi membasuh tubuhnya yang penuh peluh setelah kegiatan memompa air yang sangat menguras staminanya.
Dinda bersekolah di salah satu SMA Negeri Jakarta sedangkan rumahnya di daerah Bekasi yang paling cepat butuh waktu 1 jam kalau lancar tanpa hambatan. Masalahnya Bekasi - Jakarta tidak pernah tidak macet. Butuh 4x naik angkutan umum ke sekolahnya. Karena itu Dinda berangkat dari rumah harus paling telat jam 05.15 pagi.
Pernah suatu saat, Dinda hampir terlambat masuk sekolah karena tidak ada angkot yang mau membawa anak sekolah, jadi Dinda memberhentikan motor yang lewat demi numpang sampai sekolahan. Atau, dia pernah juga meminta numpang nebeng ke salah satu supir truk.
"Fyuhhh, akhirnya sampai juga," Dinda menghela napas sejenak setelah meletakkan tas ranselnya diatas meja. Keringat membasahi punggung baju seragam putihnya. Dinda rapihkan kembali sisiran rambut kepang duanya yang sempat acak-acakan efek keringat
**********
1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (โโขแดโขโ)
2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab ๏ผผ(^o^)๏ผ
3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (โโขแดโขโ)โค
IG: @anee_tavel