Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Menikahinya untuk perlindungan

xinglinran
--
chs / week
--
NOT RATINGS
16k
Views
Synopsis
Cella hanyalah seorang gadis yang baru lulus dari sekolah. Kedua orang tua-nya memaksanya untuk membiayai mereka, dan kedua adikknya yang bersekolah di sekolah mahal. Di tengah kebingungan nya, Ia menemukan Justin. Pria tampan dengan senyum menawan yang tiba-tiba mengulurkan tangan padanya. Sebuah pernikahan dengan seseorang yang baru dikenalnya. Akan tetapi, apakah Cella punya pilihan lain? Justin bukanlah siapa yang ditampakkannya kepada dunia. Cella menyadari bagaimana dibalik senyumnya, terdapat sesuatu hal yang tidak orang lain sadari. Apakah Cella membuat langkah yang salah menikahi Justin? Tapi apa yang harus dilakukanya saat Cella sudah jatuh hati kepada pria yang selalu perhatian kepadanya itu? -- sneak peek : --- Justin tersenyum. "Menikahlah denganku, " ujarnya tiba-tiba. "Aku berjanji, kalau kau menikahiku, kau akan hidup dengan sejahtera, dan aku akan melindungimu." Cella tidak tahu apa yang dipikirkannya saat ia meraih tangan pria yang tidak di kenalnya itu. Ia tahu bahwa ia mungkin baru saja melakulan hal bodoh, menikahi orang yang baru saja di temuinya. Tapi Justin muncul di waktu yang tepat, dan menawarkannya apa yang ia butuhkan. Dan dengan itu, ia meraih tangan pria itu, membuat senyum menawannya terbentuk diwajahnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Memohon keajaiban

Barang-barang bertebarang di sepenjuru rumah. Suara lemparan terdengar satu setelah yang lainnya.

"Gadis tidak tahu diri! tidakkah kau bisa melakukan sebuah tugas kecil?!"

Awalnya, Cella ingin menjelaskan bahwa ia baru saja pulang dari sebuah interview yang jauh lokasinya, namun ia menelan kembali ucapannya saat kata-kata kasar yang mengikuti kalimat itu terlebih dulu memotongnya.

Cella hanya bisa menghela nafas dengan diam. Sekujur tubuhnya kaku, dan ia berusaha untuk mengacuhkan ucapan yang menohok hatinya itu.

"Apa? Sudah Tiga bulan kau lulus sekolah, dan masih tidak mendapat kerja? Untuk apa saya membuang uang untuk menyekahkanmu selama dua belas tahun, kalau kau bahkan tidak becus untuk jadi pembantu?!"

Kali ini sebuah gelas dilempekan ke arahnya. Walau gelas itu tidak mengenainya, tetapi saat gelas itu mengenai dinding, serpihannya berterbangan, dan mengiris pipinya. Namun Cella tidak merasakan perihnya. Sakit di hatinya melebihi sakit fisiknya.

"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya. Semua dana sudah habis untuk membayar sekolahmu, dan kau harus membayar sekolah kedua adikmu. Dana-nya harus ada malam ini. Masih ada tagihan rumah dan kartu kredit yang perlu kau urus," Ujar pria itu sambil berlalu.

Cella menutup matanya, dan setelah beberap saat, dia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk bercermin. Setelah memastikan dirinya terlihat layak, Cella meninggalkan rumahnya untuk kedua kalinya

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Cella tidak tahu kemana dia harus pergi untuk mencari dana dengan cepat. Pikirannya berputar, dan ia berharap ia tidak perlu mengorbankan harga dirinya.

Satu persatu, Café, dan restoran di area elite itu ia kunjungi, dan semuanya meresponnya dengan sama.

"Mohon maaf, kami tidak dapat menerima mu sekarang. Tapi kami akan segera menghubungimu jika kami dapat mengadakan interview."

Cella tersenyum, berterima kasih kepada mereka, dan meninggalkan tempat itu. Namun jam sudah menunjukkan pukul delapan. Di jam itu, hanya ada satu tempat yang ia dapat tuju. Dan bahkan di tempat itu, ada suatu prosedur yang harus ia lalui. Cella hanya dapat berharap pada keajaiban kalau ia akan menemukan jalan keluar, atau mungkin, besok ia akan ditendang keluar dari rumah.

Suara musik yang keras terdengar, dari pintu masuk. Cella memasang senyum di wajahnya, dan masuk dengan ragu. Apa akan aneh jika seseorang tamu malah meminta pekerjaan? akan tetapi, ia tidak tahu dana lokasi pintu manajemenya, dan situasinya sedang genting.

Cella berjalan mendekati bar, dan melihat pegawai yang berjalan mondar-mandir, sibuk mempersiapkan pelayanan untuk tamu yang mulai ramai berdatangan. Ia duduk disebuah kursi bar, dan mutar otaknya. Bagaimana ia harus Mempertanyakannya tanpa terkesan aneh?

Di pukul sepuluh malam, ponselnya mulai kehabisan baterai. Cella menunggu dengan sabar, dan saat seorang pegawai menghampirinya, ia memberanikan diri bertaya.

"Apa kalian membutuhkan tenaga bantuan?"

Pegawai itu tersenyum padanya, dan Memintanya menunggu. "Biar saya panggilkan manajernya."

Cella mengangguk, namun tidak Lama pegawai itu kembali, "maaf, manajer sedang menerima tamu penting. Namun saya sudah menginformasikannya kepada manajer. Silahkan tunggu disini, Beliau akan segera datang menghampiri anda ketika sempat, " jelasnya, memberi Cella segelaa air, kemudian pamit untuk melajutkan pekerjaannya.

Cella hanya dapat berterima kasih kepada pegawai itu. Jantungnya berpacu dengan cepat, ia merasa gugup dan ketakutan menghampirinya. Apa yang harus ia lakuka jika ia tidak bis mendapat dana itu?

Jika ia sudah mendapat pekerjaan, ia dapat menjanjikan dananya dalam tenggat waktu tertentu, namun sebelum itu? Ia tidak berani memikirkan nya.

Setelah menunggu lebih dari satu jam dalam ketidakpastian, sang manajer mendatanginya. Cella berterima kasih kepadanya karena sudah bersedia menemuinya.

"Mohon maaf, tapi, bisakah anda menjelaskan mengapa anda membutuhkan pekerjaan ini? "

Cella menjelaskan nya, dan sang manajer mengangguk, namun wajahnya tidak meyakinkan.

"Begini, Saya bisa membantumu dengan beberapa pekerjaan internal, tapi sayangnya, ada hanya lulusan SMA, sedangkan kriteria kami pada beberapa posisi kosong ini harus memiliki setidak nya Diploma jika tidak Sarjana. Untuk pekerjaan di bar sendiri, kami sudah memiliki cukup staff di dapur.

Untuk di luar dapur, anda masih dibawah umur masalahnya. Ini adalah sebuah kelab malam. Walau tidak secara terbuka, petugas akan datang dan mengecek identitas para staff. Jadi mohon maaf, saya tidak bisa membantu banyak," Jelas sang manajer.

Ia memerintakan salah satu pegawai untuk mengatarkan makanan dan minuman untuknya karena kasihan. Cella berterima kasih kepadanya, namun di hatinya, ia khawatir apa yang harus dilakukannya.

Seorang pria datang dan menempati tempat disamping nya. Ia menoleh ke arah Cella dan tersenyum. "sendiri saja?"

Cella menangguk dengan senyum sopan diwajahnya. Cella tidak banyak merespon, merasakan tatapan aneh yang ditujukan pria itu kepadanya.

"Minumanmu tampak membosankan. Ayo, biarkan aku memberikanmu segelas minum," ujarnya, kemudian pergi menghampiri seorang pegawai sebelum Cella sempat menolaknya.

Pria itu kembali dan menyerahkan gelas minuman berwarna merah itu kepadanya. "Cobalah, traktiranku, " ujarnya mengedip.

Cella berusaha menolaknya namun ia bersihkeras kalau ia hanya ingin membelikannya segelas minum tanpa maksud lain. Akhirnya Cella mengalah, dan menerimanya. Tepat disaat bibirnya mengenai pinggiran gelas, gelas itu dirampas dari gengammannya.