Siluet mentari menyembul malu dari balik dedaunan, kicauan kenari bersenandung indah seraya menyongsongnya esok.
Hikari Tsuki menggeliat diatas kasurnya, kelopak matanya perlahan membuka. Segera diraihnya handphone yang ia taruh dimeja rias samping kasur.
"Ohh... Baru jam tujuh kurang lima belas" ujarnya malas sembari terpenjam lagi. Tak lama kemudian matanya membuka tiba tiba.
"Jam tujuh kurang lima belas????!!!!!!!!! Oh tidak!!! Aku bisa terlambat acara wisuda SMP!!!" Teriaknya histeris.
Tsuki memang hanya tinggal sendiri bersama kakaknya, orang tuanya yang sangat sibuk jarang menjamah rumah. Sehingga Tsuki harus melakukan semuanya sendiri, kakaknya adalah seorang pemuda jadi ia tak bisa bergantung padanya.
"Kakak! Kenapa tidak membangunkanku? Aku bisa terlambat acara wisuda! Kau juga bukankah harus menghadiri wisudaku?" Ujar Tsuki kesal sembari bergegas menuju kamar mandi.
"Maaf, aku juga kesiangan" ujar Akihiko sambil garuk kepala yang padahal tidak gatal.
Beberapa menit kemudian Tsuki sudah siap dengan seragam SMP nya, mungkin ini hari terakhir baginya mengenakan seragam itu.
"Oh tidak. Waktuku tidak banyak! Kurang lima menit lagi gerbang akan ditutup" keluhnya geram. "Kakak!! Aku berangkat duluan naik sepeda!" Ujar Tsuki tak sabar menunggu kakaknya yang tengah menyisir rambut.
"He?! Hoi!! Tunggu!! Woi Tsuki!!!" Teriak kakaknya tak habis pikir akan ditinggal oleh adiknya.
Tsuki tak bisa menunggu kakaknya yang lelet itu, dikayuhlah sepedanya dengan kecepatan penuh.
Ia harus sampai tepat waktu.
Ia harus tau peringkatnya.
Ia harus bisa diterima di SMA Hotaka.
Dia terus mengayuh sepedanya dengan kecepatan penuh.
Namun tiba tiba seorang anak kecil berlari kejalanan untuk mengambil bolanya yang menggelinding.
Oh tidak. Tsuki harus segera mengerem sepedanya sebelum menabrak anak kecil itu.
"Tunggu... Apa apan ini? Oh tidak!" Ujar Tsuki gusar karena rem nya tidak berfungsi.
Tidak. Ia tak ingin melukai anak kecil itu.
Ia pun mengambil keputusan, segera ia belokkan sepedanya ke arah lain, sepedanya menabrak pagar pembatas.
Dan...
Brakkkkkk
Byurrrrrrrr!!!!!
Ia pun jatuh ke danau,
"T..tolong!!... Akh...aku...tidak.. Bisa berenang... Tolong.....!!! To..." Tsuki terus berusaha menyembul kepermukaan agar paru parunya tidak menghirup begitu banyak air.
Namun ia tak sanggup lagi.
Tubuhnya beringsut tenggelam kedasar.
Jika saja aku menunggu kakak...
Aku tak akan tenggelam...
Jika saja aku tidur lebih awal dan tidak melihat bintang terlalu larut mungkin aku tak akan kesiangan...
Aku belum pernah jatuh cinta...
Aku belum mewujudkan cita citaku...
Aku belum merasakan rasanya masa SMA...
Tapi... Inikah akhir dari hidup ku?
Tolong...
Siapapun aku mohon tolong aku..
Tuhan... Beri aku keberuntungan

Byurrrr!!!
Namun..
Seorang pemuda berambut hitam menceburkan diri ke danau dan meraih tangan Tsuki.
Pemuda itu segera menariknya keluar dari air.
Pemuda itu menyelamatkan hidupnya.
"Uhuk!!! Uhuk!!!" Tsuki terbatuk batuk karena air masuk paru parunya.
Pemuda itu melepas jasnya dan mengacak rambut basahnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pemuda itu pada Tsuki, Tsuki mengangguk sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak" ujar Tsuki merasa berhutang budi.
"Tidak apa apa, lagi pula aku kebetulan lewat, oke aku harus bergegas pergi! Lain kali hati hati!!" Ujar pemuda itu sambil berlari pergi.
Tsuki tertegun menatap pemuda itu, ia terus menatapnya hingga hilang dari pandangan.
"Pemuda yang misterius... Oh iya aku belum tanya siapa namanya!" Ujar Tsuki baru ingat.
"Woi!!! Tsuki!!! Kau baik baik saja? Kau habis tenggelam ya? Ahh kau membuat jantungku hampir copot tau!!! syukurlah..." Ujar Akihiko sambil berlari menghampiri.
Diapun menjitak kepala Tsuki.
"Aduhh!! sakit!! " erang Tsuki.
"Dasar Bodoh! Jika terjadi sesuatu padamu maka.."
"Aku baik baik saja, kak!" Ujar Tsuki sambil tersenyum.
Akihiko mau tak mau juga ikut tersenyum.
Tsuki adalah adiknya yang paling berharga, jika terjadi sesuatu padanya maka ia tak akan memafkan dirinya sendiri.
Meski terkadang ia bertingkah menjadi kakak yang menyebalkan tapi jauh dari lubuk hatinya ia sayang pada adik semata wayangnya itu.
"ayo kita berangkat! Minimal penyerahan bunga dan ijazah kita masih sempat" ujar Akihiko, Tsuki mengangguk.
"Hai' ".
***
Bunga berkelopak pink berguguran tertiup angin, kicauan burung bersenandung mesra kala esok.
Hari ini adalah hari penerimaan murid baru di SMA Langit Biru , tak pernah terbayangkan dibenak Hikari Tsuki bahwa akhirnya ia bisa diterima disekolah mewah itu, sekolah yang ia impikan.
"Tsuki -chan!!! " panggil seseorang, Tsuki pun menoleh.
"Ahh... Miki -chan, Selamat pagi!" ujar Tsuki sambil tersenyum.
"Aku tak menyangka kita akan satu sekolah lagi" ujar Miki terlihat bahagia.
"Aku juga sangat senang bisa satu sekolah denganmu lagi Miki -chan, padahal kukira aku tak kan diterima di SMA Langit Biru" ujarnya sambil garuk garuk kepala.
"Ahh kamu hanya kurang percaya diri saja" ujar Miki sambil menepuk pundak Tsuki.
"Hahaha!!! Dasar payah!!! " ujar seorang dari tiga pemuda sambil mengguyur seorang pemuda berkaca mata dengan air.
Tsuki yang melihat kejadian itu sungguh tak terima, hal yang paling ia benci adalah pembulian.
Ia segera melangkah untuk menghajar para siswa tak tau diri itu.
"Tunggu, Tsuki -chan apa yang akan kamu lakukan?" Cegah Miki.
"Membantu pemuda itu!" Ujarnya sembari menatap tajam mereka yang membuli pemuda berkaca mata.
"Tapi ini hari pertamamu, aku rasa jangan kau hiraukan, nanti kau ikut dapat masalah!" Ujar Miki sambil menarik lengan Tsuki.
Tsuki menatap Miki tajam.
"Maaf Miki, aku harus menyelamatkan pemuda itu!" Ujar Tsuki tegas, Miki tertegun dan melepaskan genggamannya.
Baru kali ini Miki melihat sisi lain dari Tsuki, ada raut kebencian yang tak pernah terbayangkan oleh Miki.
Tsuki benar benar membenci pembulian, karena ia memiliki masa lalu terkait hal itu.
"Hoi kalian!!! Hentikan!!! Atau aku akan mengadukan kalian kepada Guru!!" Teriak Tsuki dengan amarah yang berkobar.
"Ck! anak baru kau belagu juga ya! Kayaknya kita juga harus beri dia pelajaran" ujar seorang bertubuh gempal.
Sebelum mereka mendekat, Tsuki sudah terlebih dahulu mengambil kerikil dan melempari mereka dengan itu.
"Hoi!! Awww!! Itai!! Hentikan!! Hoi!!!" Erang mereka, mau tak mau dengan kesal merekapun menyerah dan bergegas pergi dengan sumpah serapah.
Tsuki menghampiri pemuda korban pembulian itu, lalu menyodorkan sapu tangan.
"apa kau terluka?" Tanya Tsuki. Pemuda itu menampik tangan Tsuki dan bergegas pergi.
"Aku tak butuh bantuanmu! Kalian pastilah sama saja!!" ujar pemuda itu ketus.
"He??!!!! Dasar pemuda menyebalkan! Padahal aku baru saja menolongnya!" ujar Tsuki kesal sambil berkacak pinggang.
***
"Berdiri! selamat pagi pak!!!" ujar seorang murid dan salam diikuti oleh murid lainnya.
"Selamat pagi! duduk!" ujar seorang Guru yang berdiri didepan kelas, ia pun menggambar denah tempat duduk dipapan tulis.
"Sekarang kita akan mengatur posisi tempat duduk, kemari dan ambil nomor undian satu persatu!" ujar sensei.
"baik'!!!" ujar seluruh murid serempak.
Merekapun mengambil nomor undian dan duduk nomor denah yang tertera di papan tulis.
"Hore aku duduk didepan!" ujar Miki.
"Oh tidak aku duduk dinomor 13" keluh sorang siswa.
"Aku harap dapat sebangku dengan Miki" ujar Tsuki dalam hati. Iapun segera mengambil nomor undian lalu membacanya.
"Nomor 20? Berarti aku sebangku dengan... Pemuda menyebalkan itu!" ujarnya kesal.
"Semangat ya Tsuki- chan! " ujar Miki, Tsuki hanya bisa tersenyum kecut.
Tsuki melangkah lalu duduk disamping pemuda itu.
"Salam kenal " sapa Tsuki pada pemuda itu, namun pemuda itu malah acuh dan menatap keluar jendela.
"Iihhhhh!!!! Dasar pemuda menyebalkan!!!!!!! Apa dia tuli?!!!" Batin Tsuki geram.
Iapun menarik nafas,
"Huhh.... Sabar Tsuki sabar..." Batinnya.
"Namaku Hikari Tsuki, siapa namamu?" Tanya Tsuki pada pemuda itu, tapi Tsuki tak ambil pusing yang penting ia sudah menyebut namanya, jika pemuda tak tau terima kasih itu tak mau memberitau namanya juga tak apa, lambat laun lewat absen dia juga akan tau sendiri.
"Dasar pemuda dingin memyebalkan yang sok kuat" maki Tsuki dalam hati.
"Aku Takahiro Hoshi" ujar pemuda itu singkat.
Tsuki terkejut akhirnya pemuda itu mau bicara, Tsuki menatap pemuda itu dengan tersenyum.
"Mohon bantuannya nanti Takahiro -san!" Ujar Tsuki senang.
"Panggil Hoshi saja" ujar pemuda itu dingin.
"Oh baiklah, Hoshi- san" ujar Tsuki menurut.
Suatu saat Tsuki akan membuat pemuda itu mau bicara banyak padanya, ia pasti akan bisa! Harus!.
Tsuki sungguh kesal dengan perilaku Hoshi yang menyebalkan, tadi saja saat mereka bepapasan dijalan sebagai teman sebangku Tsuki mencoba bersikap ramah dengan menyapanya namun Hoshi hanya mengacuhkannya.
Tsuki suka tantangan, bagi Tsuki Hoshi adalah sebuah tantangan yang menegangkan, bagaimana pun caranya ia akan melelehkan es kutub itu!.
Tsuki memandang seksama pemuda yang duduk disampingnya,
"Kau ini benar benar kutu buku ya? Dari tadi kulihat kau hanya membaca saja!" Ujar Tsuki mulai kesal karena diabaikan, padahal semua temannya tengah berbincang dengan teman sebangku mereka, apalagi jam kosong seperti ini, sangat membosankan.
Hoshi hanya meliriknya sekilas,
"Kau masuk SMA bukan untuk bermain saja atau banyak mulut!" Ujarnya dingin.
"Ihhh... Dasar menyebalkan! Yang aneh itu kau! Kita sebagai manusia juga harus bersosialisasi tau!" Ujar Tsuki geram.
"Hhmm... Hoshi! Rumahmu mana?" Tanya Tsuki penasaran.
"bumi" ujarnya singkat.
"Hoi aku juga tau kita semua tinggal di Bumi! Maksudku tepatnya! Desanya!" Tukas Tsuki kesal.
Hoshi hanya meliriknya enggan menjawab, dia acuh saja.
"baiklah. Jika kau tak mau memberi tau tak apa, oya hobi mu apa?" Tanya Tsuki pantang menyerah.
"Banyak yang kusukai banyak yang kubenci" ujarnya singkat.
Tsuki berdecak kesal, sulit sekali mengorek informasi dari orang ini, dia juga tak punya teman dekat jadi akan sangat sulit mengetahui tentang Hoshi.
"Kalau hobiku membaca manga, mendengarkan musik dan..."
"Aku.." Sela Hoshi.
"Ya?" Apa akhirnya dia mau bicara tentang dirinya? Ahh Tsuki sangat senang.
"Tidak peduli!" Lanjutnya, Pundak Tsuki langsung turun dan bibirnya mengerucut.
"Dasar pemuda menyebalkan!!!" Ujar Tsuki pada Hoshi, sedang Hoshi hanya tersenyum simpul.
***
"Miki ayo kita ke--" Ajak Tsuki namun tiba-tiba Miki acuh dan melangkah pergi.
Entah mengapa sekarang beberapa teman Tsuki mulai menjauh, bahkan Miki juga terlihat sudah memiliki teman baru, dia selalu beralasan setiap kali Tsuki mengajaknya.
"Bolehkah saya duduk disini?" Ujar Tsuki pada beberapa anak gadis teman sekelasnya, merekapun segera berdiri dan pergi sambil berbisik.
Tapi Tsuki tak mau ambil pusing akan hal itu,
Tsuki melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri koridor, tanpa sadar ia sudah berlari kecil.
" kenapa? kenapa ini terjadi lagi padaku... " Ujar Tsuki sembari menyeka air matanya.
Karena ia berlari tanpa memperhatikan jalan,
BRUKKK
Tsuki menabrak seseorang,
"Ahh maaf!!!" Ujar Tsuki sambil membungkuk.
"Tidak papa " ujar pemuda itu.
"Kau... Hikari Tsuki dari kelas 1-2 kan?" ujar orang itu sembari mengingat ingat.
"Benar'. Bagaimana kamu tau?" Ujar Tsuki penasaran.
"Kau kan yang sudah menolong Takahiro saat hari penerimaan? Setelah itu semua orang membicarakanmu. Kau sungguh berani ya" puji
pemuda itu.
"Ahh itu bukan apa apa" ujar Tsuki agak tersipu.
"Oh iya aku adalah Ichirou Yuuki, dari kelas 1-1 " ujar pemuda itu sambil tersenyum.
"Ahh dia lumayan tampan, tak heran para gadis berteriak histeris saat dia lewat" ujar Tsuki mengangguk paham.
"Kenapa?" Tanya pemuda itu saat mengetahui Tsuki mengangguk angguk sendiri, mungkin terkena gangguan syaraf atau semacamnya.
"Ahh tidak! Aku hanya ingin tanya, apa kau.. E maksudku Ichirou -san.."
"Panggil Yuuki saja" ujar pemuda itu sambil tersenyum manis, dan entah mengapa Tsuki tak bisa terpesona seperti gadis lain.
"Ahh iya Yuuki , apakah Yuuki kenal dengan Takahiro Hoshi? " ujar Tsuki berharap ia bisa mendapat sedikit informasi.
"Emm... Tidak juga" jawab pemuda itu, Tsuki menghela nafas kecewa.
"Oh.. Begitu ya " ujar Tsuki sembari ingin melangkah.
"Tapi aku punya teman yang mengenalnya, besok aku kenalkan padanya karena sekarang sudah hampir sore" ujar pemuda itu.
"Baik, terima kasih !" Ujar Tsuki girang,
"Baiklah sampai jumpa" ujar pemuda itu lalu melangkah pergi.
"Yey!!! Akhirnya aku bisa dapat informasi tentang Hoshi!!" Ujarnya girang sambil melangkah,
Namun tiba tiba ia terjerembab, karena sesuatu menghalangi kakinya.
BRUKKK
"Aduh.... Sakit..." Erang Tsuki,
Ternyata ada seseorang yang menghalangi langkah Tsuki dengan kakinya.
"Apakah sakit?" Ujar orang itu sambil berjongkok melihat Tsuki kesakitan.
"Hoshi?!! Kau ini!!! Apa maksudnya ini!!" Ujar Tsuki mengetahui siapa yang nengusilinya.
"Berhenti mencari tau tentangku maka ku anggap tak terjadi apa apa dan ku akan membiarkanmu hidup tenang" ujar Hoshi dengan tatapan tajam.
"Hei bukankah aku sudah pernah menolongmu? Mengapa kau begini padaku?! Huh?!!!" Teriak Tsuki kesal.
"Dengar ya, aku tak pernah meminta bantuan darimu, itu adalah kesalahanmu sendiri! Dan lagi aku benci dengan orang yang suka ikut campur urusan orang lain! Camkan itu!" Ujar Hoshi dengan raut menakutkan.
"Aku tak takut padamu!!!" Ujar Tsuki geram, Hoshi yang berdiri dan hampir melangkah terhenti.
" mari kita lihat, seberapa lama kau akan bertahan!" Ujar Hoshi dengan senyum licik kemudian melangkah pergi meninggalkan Tsuki sendirian terduduk dilantai.
"Dasar pemuda menyebalkan!!!!" Teriak Tsuki frustasi.
Pemuda itu tak hiraukan dan terus melangkah seakan tak mendengar.
***
Angin semilir menerpa, Semburat jingga mewarnai cakrawala, Tsuki melangkah sendirian meniti jalan pulang sambil terus menggerutu.
"Dasar!!! Dasar pemuda menyebalkan!!!!" Keluhnya kesal.
Iapun memutuskan untuk rehat sejenak ditepi danau ia biasa lewati tiap hari, namun ia terkejut karena seseorang tengah duduk lebih dulu disana dengan menyenandungkan gitar.
Tsuki akhirnya menghampiri nya dan mengucap salam.
"Hei!!! Selamat sore" sapanya, pemuda itu menoleh.
"Haahh??? Kau kan yang waktu itu menolongku??!!" ujar Tsuki terkejut.
"Ohh selamat sore, tak disangka kita akan bertemu lagi" ujar pemuda itu sambil tersenyum.
"Terima kasih lagi ya untuk waktu itu!, aku Hikari Tsuki. Salam kenal!! Dan ya siapa namamu?" ujar Tsuki.
"Hiro." Ujar pemuda itu singkat.
"Kau kesini pasti sedang ada masalah ya?"ujar pemuda itu.
"Bagaimana kau bisa tau??" tanya Tsuki penasaran
"Biasanya orang orang suka ketepi danau saat sedang sedih" ujar Hiro.
"Kau juga sedang sedih??" Tanya Tsuki, Hiro menggeleng.
"Aku suka kesini untuk melihat bintang dan bermain gitar"ujar Hiro.
"Kau mau aku memainkan gitarku?" tawar Hiro, Tsuki mengangguk,
"Terima kasih!!" Ujar Tsuki.
Hiro pun mulai memainkan gitarnya dengan lembut, nada nada nya begitu indah.
Sejenak Tsuki berdegup kencang jantungnya,
Ia terpesona untuk pertama kalinya.
Sebenarnya siapa pemuda misterius yang telah mencuri perhatiannya itu?.
To be continued.
BBECAUSE YOU ARE MY STAR