"Terima kasih... Tapi maaf, bisakah kau melupakan perasaan mu padaku dan Hiro? Bisakah kau Menyerah saja?", Ujar Hoshi kemudian berdiri membelakangi Tsuki.
Tsuki terkejut mendengar jawaban Hoshi, Ia kemudian menunduk hampir menangis.
Merekapun terdiam membisu,
Angin berhembus pelan, sementara hujan turun perlahan membasahi.
Semilir angin berhembus menusuk kebisuan nan keheningan yang menyayat.
Hoshi tak tega melihat Tsuki yang menangis, entah mengapa seakan tubuhnya bergerak sendiri Ia mendekati Tsuki kemudian memeluknya, Tsuki membelalak , Wajahnya seketika memerah.
Hoshi yang menyadari apa yang telah ia lakukan langsung menjauh.
"M-maaf! ", Ujar Hoshi yang memerah pipinya. Tsuki tersenyum, Ia tau bahwa Hoshi sebenarnya tak ingin berkata demikian namun karena alasan tertentu yang pemuda itu sembunyikan.
"Aku tidak akan menyerah! Kalau gadis lainnya pasti sudah menyerah namun karena aku orangnya tak tau malu jadi tak masalah!", Ujar Tsuki yakin sembari tersenyum riang.
"Aku tak yakin kau masih akan menyukaiku jika tau kebenaran tentangku", Ujar Hoshi ragu.
"Memangnya apa lagi yang lebih buruk dari kutu buku, mata empat, kulkas berjalan, dan anti sosial?!! Aku tidak peduli siapapun dirimu! Aku tetap akan menyukai mu! ", Ujar Tsuki sembari meraih tangan Hoshi.
"Awalnya aku memang membenci mu karena kau sangat menyebalkan, namun karena ingin tau tentang mu yang misterius aku jadi tertarik, setelah mengenalmu aku sadar bahwa kau bukanlah orang yang buruk, sebaliknya kau selalu datang untuk menolong ku, kau satu satunya orang yang memuji rambutku, KAU SEPERTI BINTANG YANG MENYINARI", ujar Tsuki sembari tersenyum, Hoshi membelalak.
Kalimat terakhir Tsuki terus terngiang dalam kepalanya.
Sekilas sosok Hiro yang penuh darah mencul di pikirannya.
Hoshi membelalak.
Kalimat terakhir Tsuki terus terngiang dalam kepalanya.
Sekilas sosok Hiro yang penuh darah mencul di pikirannya.
"Hoshi... Jadilah bintang yang menyinari...aku yakin kau bisa jadi anak yang cerdas uhuk!!!...padahal aku ingin main catur bersamamu... jangan lupakan aku ya... Selamat... Tinggal... ", Ujar Hiro waktu itu kemudian memejamkan mata untuk selamanya.
"Argghhh!!!! ", Tiba-tiba kepala Hoshi sangat sakit seperti hampir meledak.
"Hoshi? Hoshi? Kau tak apa? Hoshi?!!! ", panggil Tsuki khawatir. Namun tiba-tiba Hoshi terdiam,
"Kau baik baik saja?", tanya Tsuki.
"Are? Kenapa aku memakai benda memalukan seperti ini? ", Ujar Hoshi kemudian dengan jijik melepaskan kaca matanya dan membuangnya, kemudian mengacak rambutnya.
"Wahhh!! Ada Tsuki! Yo! Apa kabar! ", Ujar Hoshi berbeda tiga ratus derajat dari tadi, Tsuki amat terkejut melihat perubahan Hoshi.
"H-Hiro? Kau kah itu? ", Ujar Tsuki tak percaya. Hoshi mengangguk.
"Siapa lagi memangnya? Yang tampan dan baik selain aku? ", Ujar Hoshi sambil tersenyum ceria.
Tsuki menitikkan air mata, kini Ia tau yang sebenarnya, Hiro adalah Hoshi, mereka satu.
Yang membuat Tsuki sangat terluka adalah Hoshi memikul semua beban itu sendiri, pasti masa lalunya yang kelam yang menjadikannya memiliki kepribadian ganda.
"Are? Tsuki ? kau kenapa? Aduh kenapa kamu menangis? ", Ujar Hoshi khawatir.
Tsuki menggeleng ia segera mengelap air matanya dan tersenyum.
"Aku nggak papa kok", Ujar Tsuki lalu tersenyum.
"Mulai sekarang aku akan menjadi bulan yang selalu menemani mu, kau tak akan merasa sendirian lagi, aku akan mengobati penyakit mu", batin Tsuki yakin.
Hoshi tersenyum kemudian menarik tangan Tsuki dan berlari,
"Ayo kita bersenang senang! Aku akan membuatmu tersenyum lagi!! ", Ujar Hoshi dengan mode Hiro nya. Mereka berlari menerobos hujan. Tsuki tersenyum dan ikut berlari.
Dikejauhan seseorang dengan aura gelap bersandar dibawah pohon dan tersenyum licik, dengan kacamata hitam dan rokok yang ia jepit dimulutnya.
"Jadi gadis itu adalah kelemahan nya, heh", Ujar orang itu kemudian membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya.
"Susah payah aku kabur dari polisi gara gara dia, sekarang anak itu akan membayar semuanya, Tenang saja nak, kau pasti sangat merindukan Hiro, akan ku bantu kau segera bertemu dengan nya hahaha", ujar orang itu kemudian melangkah pergi.
Hoshi dalam mode Hiro terlihat amat ceria, mungkin sosok Hiro adalah perwujudan dari hatinya yang berontak atas semua hal buruk yang Ia alami.
Tsuki tersenyum melihat Hiro yang tertawa ceria berusaha memenangkan permainan menembak agar mendapatkan hadiah boneka beruang untuk Tsuki.
"Tunggu ya Tsuki aku akan mendapatkan Boneka paling besar untukmu! ", Ujar Hiro, Tsuki tersenyum dan mengangguk.
Namun tak seperti biasanya Hiro kali ini tak bisa menembak tepat sasaran, karena hari semakin dingin dan salju yang tadi tiba-tiba turun kini makin lebat akhirnya Hiro terpaksa menyerah dan memutuskan untuk mengantarkan Tsuki pulang.
Hoshi dalam mode Hiro melepaskan syalnya dan mengenakannya pada Tsuki, Tsuki tersenyum dan pipinya merah.
"Terima kasih ", Ujar Tsuki senang.
"Maaf ya aku tidak bisa mendapatkan boneka itu untuk mu", Ujar Hiro kecewa, Tsuki menggeleng.
"Tak apa, lagipula aku sudah senang kok kamu ajak ke taman bermain ", Ujar Tsuki sambil tersenyum manis.
"Wahh aku punya ide! ", Ujar Hiro kemudian berjongkok ia tiba-tiba terdiam namun kemudian setelah beberapa menit ia pun mengumpulkan salju yang ada ditanah kemudian membentuknya jadi seperti boneka.
"Hora! Liat ini boneka salju", Ujar Hiro memperlihatkan hasil karya nya pada Tsuki,
"Wahhh lucu nya", Ujar Tsuki girang menerima boneka salju itu, Hiro kemudian menyematkan kacamata nya pada boneka salju itu.
"Jadi deh boneka salju Hoshi", Ujar Hiro dengan nada bicaranya yang kembali seperti Hoshi.
"Hoshi? ", Ujar Tsuki mengetahui bahwa Hiro sudah kembali lagi menjadi Hoshi. Hoshi tersenyum.
"maaf, aku pasti membuatmu bingung ya", Ujar Hoshi sendu, Tsuki menggeleng kemudian memeluk Hoshi, sejenak Hoshi membeku, terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba menerima pelukan dari seorang gadis yang menarik perhatian nya itu.
"Siapapun dirimu, Hoshi kah? Hiro kah? Aku tak peduli, kau adalah kau, bintang dihatiku", Ujar Tsuki yakin sembari tersenyum dan memeluk erat Hoshi, Hoshi tersenyum.
"Tuhan... Apakah orang seperti ku pantas untuk bahagia sekali saja?", batin Hoshi sendu sembari mendekap Tsuki, dibawah salju yang turun perlahan dari cakrawala kelabu.
"Tsuki.. Sebenarnya aku... ", Tak selesai perkataan Hoshi, sebuah deringan telepon disakunya menyela.
Ring!! Ring!!
Segera Hoshi pun merogoh hp disakunya dan mengangkat telepon.
"Tunggu ya", Ujar Hoshi pada Tsuki, Tsuki mengangguk. Hoshi berbalik membelakangi Tsuki dan berbicara dengan orang yang menelepon nya.
"Hallo... Ya.. Saya Takahiro Hoshi, Apa?! Kau!!... Baiklah... ", Ujar Hoshi terlihat gusar dan sendu.
"Hoshi nggak papa?? ", Tanya Tsuki khawatir, Hoshi berpura pura tersenyum dan mengangguk.
"Nggak ada apa apa kok, ayo aku antar pulang", Ujar Hoshi kemudian menarik tangan Tsuki lembut untuk mulai melangkah.
***
Saat ku kira bintang akan bersinar malam ini
Aku sang bulan merasa sangat berbahagia dan penuh harap
Namun dengan keji mendung menutup bintang
Dan memisahkan nya dari Bulan...
Semilir angin menyibak tirai tirai putih jendela kelas, Salju putih turun lembut dari angkasa.
Dinginnya hari itu sungguh menusuk sampai tulang bahkan ke hati.
Tsuki menatap sendu kursi kosong di samping nya, sejak hari itu sudah genap seminggu. Hoshi tak pernah lagi muncul, dia tak lagi berangkat sekolah.
"Ehh kamu tau tidak Hoshi kemana? Kenapa dia tak masuk?", tanya Tsuki setiap hari pada temannya yang lain.
"Mata empat? Kami tak tahu dan tak peduli juga", jawab teman yang lainnya.
Saat Tsuki berpapasan dengan Yuki, Tsuki langsung menanyakan Hoshi padanya.
"Yuki !", panggil Tsuki, Yuuki menoleh senang.
"Tsuki ? met pagi!. Ada yang bisa kubantu? ", Ujar Yuuki sambil tersenyum manis.
"Ano... Selama beberapa hari ini Hoshi tak berangkat sekolah, apa Ichirou um maksudku Yuuki tau dimana dia? ", Tanya Tsuki sendu.
"Pasti ulah orang itu lagi", gumam Yuuki kesal.
"Apa kamu berkata sesuatu? ", Ujar Tsuki sedikit mendengar gumaman Yuuki, Yuuki menggeleng.
"Maaf Tsuki tapi aku tak tau dimana Hoshi berada, maaf", Ujar Yuuki.
"Oh ya bagaimana kalau kita makan di kantin? Aku yang traktir! ", Ujar Yuuki menawari, Tsuki tersenyum dan menggeleng.
"Ahh tidak usah repot repot tadi aku sudah sarapan, yasudah maaf aku akan kembali ke kelas, ada pr yang belum ku kerjakan", Tolak Tsuki halus.
"Baiklah mungkin lain kali", Ujar Yuuki kecewa.
"Sampai jumpa!", Ujar Tsuki kemudian berlari pergi, Yuuki menetapnya sendu.
"Yo! Met pagi! Ayo kita ke kantin! ", Ujar Ryouta yang datang menghampiri sambil menepuk pundak Yuuki.
"Maaf aku sudah sarapan", Ujar Yuuki datar berlawanan dengan yang ia ucapkan pada Tsuki tadi, sembari melangkah pergi.
"Ehh?? Tumben? ", Ujar Ryota heran.
Saat bel istirahat berbunyi, Tsuki segera mencari Hoshi diatas atap sekolah, Tsuki berlari manaiki tangga berharap ia akan segera bertemu dengan sosok berkacamata itu, setelah sampai di atap, pundaknya turun dan Ia menghembuskan nafas berat.
Tak ada seorang pun disana, hanya kursi panjang yang kosong berselimutkan salju, tempatnya dulu mengobrol dan bertengkar bersama Hoshi. Dengan gontai ia melangkah lalu duduk dikursi itu, melihat disampingnya, membayangkan saat Hoshi menatapnya datar lalu tersenyum.
Setelah pulang sekolah Tsuki berjalan sendirian, tak seperti yang sudah sudah Tsuki selalu pulang berdua dengan Hoshi, Tsuki menatap tempat mereka biasa duduk ditepi danau, saat mereka pertama bertemu, namun disana hanya ada tumpukan salju dan deru angin serta danau yang hampir membeku, Hoshi tak lagi duduk disana.
Selama tujuh hari ini ia terus menunggu agar ia dapat segera bertemu dengan Hoshi, namun seperti dia tak akan kembali, air mata yang ia tahan akhirnya jatuh membasahi pipinya, ia terduduk lemah sambil menutupi wajahnya yang basah akan air mata.
"Hoshi... Kamu dimana? Aku merindukan mu", isak Tsuki.
Tsuki menghapus air matanya kemudian berdiri dan melangkah pulang dengan gontai.
Boneka salju yang diberikan Hoshi, meskipun ia simpan di kulkas, pasti akan leleh suatu hari nanti, mengetahui hal itu semakin membuat Tsuki merasa kehilangan. Tsuki merogoh kaca mata Hoshi dari sakunya,
"Hoshi... Untukmu aku akan menjadi sedikit lebih kuat lagi, sedikit lebih berani... Agar aku dapat berada disisimu, bintangku", Tsuki memeluk kacamata itu dalam dekapannya kemudian melangkah pulang.
Akhirnya Tsuki sampai dirumah, namun ia terkejut saat ia menemukan sebuah boneka beruang dengan pita yang imut tergeletak di teras rumahnya, segera ia pun memungutnya.
Namun ternyata di balik boneka itu ada sebuah surat, segera ia pun membuka dan membacanya.
Maaf Tsuki, Terima kasih
Selamat tinggal...
Takahiro Hoshi
To be continued.
.