Dedaunan musim gugur berjatuhan diterpa angin, seorang pemuda berambut perak dengan seragam duduk diatas kursi usang sebuah bangunan tua, di samping nya berdiri seorang paruh baya dengan tengah menghisap sebatang rokok.
"Aku ingin kau melepaskannya untuk saat ini, itu syarat ku", ujar pemuda itu.
"Tsk! Kau sangat keras kepala! Kalau kau bukan anakku dan aku sudah tidak membutuhkanmu aku pasti sudah membunuh mu!", Bentak paruh baya itu sambil mencengkeram kerah pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum licik.
"Tapi nyatanya aku adalah anakmu dan kau masih membutuhkan ku", Gertak Pemuda itu.
"Tsk! Baiklah! Aku akan membiarkan anak itu lolos! ", Paruh baya itu kesal menendang kaleng sembarangan.
"Saat aku sudah mendapatkan Tsuki, aku akan menyerahkan Hoshi langsung padamu... Ayah", Ujar pemuda itu sebelum benar benar melangkah pergi.
"Ketua! Hoshi, dia belum pulang Tuan", Ujar seorang anak membungkuk pada paruh baya itu. Paruh baya itu menghela nafas panjang.
"Biarkan saja! ", Ujarnya.
"Tapi, tuan.. ".
"kau tak dengar apa yang ku katakan?!!", Bentak paruh baya itu.
"Baiklah tuan, saya pamit undur diri", ujar anak itu kemudian masuk ke dalam bangunan tua.
***
Di sebuah bangunan serba putih, orang orang berbaju putih berlarian dengan gusar,
"Bertahanlah... Aku mohon bertahanlah... Jangan tinggalkan aku.. Hoshi", Isak Tsuki sambil berjalan kesana kemari didepan sebuah kamar ICU.
"Ini semua salahku.. Aku sudah gagal menjadi kakak yang baik", Terasaka duduk putus asa dikursi tunggu.
Tsuki menghampiri nya,
"Terasaka senpai, aku yakin Hoshi pasti baik baik saja, jangan khawatir dia itu keras kepala dia tak akan mati dengan mudah", Ujar Tsuki sambil duduk disamping Terasaka.
"Padahal kau sangat khawatir sampai menangis seperti itu tapi bisa bisanya menghibur ku, gadis aneh", Ujar Terasaka sambil tersenyum.
Flashback.
Terasaka dan Kuro saling memukul satu sama lain, membuat Tsuki tak tahan, segera ia berlari untuk melerai mereka.
"Sudah!! Hentikan!! ", Teriak Tsuki sambil memegang tangan Terasaka yang hendak memukul Kuro, namun tanpa sengaja Terasaka yang kesal mendorong Tsuki hingga terhuyung ke belakang,
Tak disangka sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arah Tsuki.
"Aaaahhhhhh!!!!!!!! "
"Gadis itu.. "
Kuro entah karena dorongan apa dengan kecepatan penuh ia mendorong Tsuki sehingga membiarkan dirinya tertabrak.
Bruakkkk!!
Tsuki membelalak melihat apa yang terjadi dengan Kuro, segera ia berdiri dan menghampiri nya.
"Hoshi! Hoshi!.. Bertahanlah... Hiks... Kenapa kau menolong ku... Hoshi... ", Air mata Tsuki menetes di pipi Kuro, dengan darah yang mengalir dari kepala dan tangannya, Kuro membuka matanya.
"Hoi.. Cerewet.. Jangan menangis... Kau jadi dua puluh tahun lebih tua saat menangis... Uhuk!", ujar Kuro singkat kemudian tak sadarkan diri.
"Hoshi!!!!! Sadarlah hoi! Aku mohon... ", Teriak Tsuki histeris.
Terasaka dengan sigap menelepon ambulans, dan beberapa menit kemudian ambulans datang untuk membawa Kuro ke rumah sakit.
***
Setelah menunggu dua jam akhirnya dokter keluar dari ruangan Hoshi,
"Bagaimana keadaannya dok? ", tanya Tsuki panik.
"Syukurlah dia sudah melewati masa kritis nya, sekarang dia sudah baik baik saja", Ujar sang Dokter, Tsuki mendesah lega.
"Terima kasih Dok", Ujar Tsuki sang Dokter tersenyum kemudian melangkah pergi, Tsuki segera masuk untuk melihat Hoshi.
Tsuki duduk disamping Hoshi yang tertidur lelap, Ia tersenyum lalu menggenggam tangan Hoshi erat.
"Terima kasih karena sudah menolong ku... Meskipun kau tersesat dan kehilangan sinarmu, tapi aku yakin kau selalu tau bagaimana cara untuk kembali... Karena kau adalah Bintangku", Ujar Tsuki kemudian tertidur sembari duduk,
Terasaka tersenyum dibelakang Tsuki, kemudian melepaskan jaketnya dan menyelimuti Tsuki dengan jaketnya.
"Kisah cinta yang unik antara rambut permen karet dan pemuda bermata empat", gumam Terasaka tertawa kecil kemudian melangkah pergi.
***
Semilir angin menerobos masuk lewat celah jendela kaca sebuah rumah sakit, dengan daun pohon oak yang berjatuhan diluar ruangan.
Hoshi membuka matanya perlahan,
"Aku di rumah sakit ya? ", Ujarnya lemas.
"Ahh nggak asik! Harusnya kamu bilang 'ini dimana?' nanti terus aku jawab 'kamu di rumah sakit' jangan langsung tau gitu!! ", Ujar Tsuki kesal, Hoshi memandangnya heran.
"Baru sadar langsung kena sembur, dasar cerewet! Orang pinter pasti langsung tau kalau dia dirumah sakit! ", Ujar Hoshi kembali menjadi sosoknya yang lama, Tsuki tersenyum haru kemudian langsung memeluk Hoshi.
"Syukurlah... Akhirnya kamu kembali".
Hoshi yang tiba-tiba dipeluk seketika wajahnya langsung memerah.
"H-hoi! Lepaskan aku tak bisa bernafas", Ujar Hoshi bohong.
Tsuki langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf hehehe. Ini ada makanan buatmu! Silahkan dimakan! ", Ujar Tsuki kemudian menyodorkan sekotak bekal pada Hoshi,
"Oh.. T-terima kasih", Hoshi dengan canggung menerima sekotak makanan itu dan memakannya dengan sumpit.
Namun seketika Hoshi hampir memuntahkannya.
"Makanan macam apa ini? Asin banget? Kayak keringat kuda! Kau ingin membunuh ku ya?! Kau masih kesal denganku huh?! ", Ujar Hoshi sambil segera menegak air putih.
"Ano.. Sebenarnya itu makanan buatan kakakmu", Ujar Tsuki, dan sontak membuat Hoshi tersedak.
"Uhuk!!! Uhuk!! Apa?!! ",
Ternyata Terasaka dari tadi berdiri dipojok ruangan, dengan raut kesal ia segera menghampiri Hoshi dan mencubit kedua pipinya keras.
"Atatatata s-sakit hentikan! ", erang Hoshi sakit.
"Tadi kau bilang apa? Huh?! Makananku rasanya kayak apa?! Coba katalan lagi?!!! ", Ujar Terasaka sambil terus mencubit pipi Hoshi.
"Maaf maaf",
"Tidak bisa! Sebagai gantinya kau harus sekolah lagi!", Ujar Terasaka.
"iya iya aku mengerti Iya aku akan sekolah lagi! Lepaskan dulu! Sakit! ", ujar Hoshi menyerah.
Tsuki tersenyum bahagia, akhirnya hubungan Hoshi dengan kakaknya akhirnya kembali membaik, sekarang Hoshi tak akan kesepian lagi.
"Syukurlah.. Hoshi.. ".
***
Setelah seminggu dirawat dirumah sakit akhirnya Hoshi sudah boleh pulang dan bahkan akan berangkat ke sekolah lagi.
Dengan tangannya yang dibalut penyangga akibat patah, Hoshi berjalan menuju halte bus.
Ternyata disana telah berdiri juga Tsuki yang nampaknya menunggu kedatangan nya.
"Hoshi! Selamat pagi!", sapa Tsuki sambil tersenyum manis.
"Pagi!", Ujar Hoshi singkat kemudian berdiri disamping Tsuki, Tsuki melangkah mendekatinya, wajahnya sangat dekat.
"H-hoi! A-apa yang kau.. ", belum selesai Hoshi berkata, Tsuki tersenyum sambil memasangkan kaca mata pada Hoshi.
"Mata empat tidak boleh kehilangan mata keempatnya! Hihihi", Ujar Tsuki kemudian segera menaiki bus yang berhenti didepan mereka.
Pipi Hoshi sempurna memerah.
"Hei! Ayo naik! Nanti kau telat loh!" Panggil Tsuki dari dalam bus.
"Berisik!", Ujar Hoshi kemudian segera menaiki bus.
Tsuki segera duduk disamping jendela bus, sedangkan Hoshi duduk disampingnya.
"Hei~ Hoshi... Terima kasih ya bonekanya, kau kan yang membelikanku boneka dan kau letakkan didepan rumah? Kau ternyata ada sisi baik dan romantis nya ya.. Lainkali.. Ayo kita.. Ehm kita... Ken.. Ken.. ", Tsuki dengan pipi memerah mencoba melihat reaksi Hoshi,
Seketika wajahnya berubah kesal.
"Dari tadi aku bicara panjang lebar eh malah tidur! Dasar tukang tidur! Mata empat menyebalkan!", Ujar nya kesal.
Dengan malu malu Tsuki menggenggam tangan Hoshi yang tengah tertidur disampingnya.
"Hoshi... aku menyukaimu ", bisik Tsuki.
To be continued.