Tsuki membasuh muka nya kasar kemudian mendesah kesal pada kaca didepannya.
Serasa lama di kamar mandi sekolah, Ia memutuskan untuk segera keluar dan kembali ke kelas.
Saat Ia mulai melangkah, tiba-tiba seseorang membekapnya dari belakang, hingga ia tak bisa berteriak bahkan kesulitan bernafas.
Orang itu menariknya ke tempat sepi, setelah dirasa aman orang itu kemudian melepaskan tangannya dari mulut Tsuki.
Tsuki segera berbalik untuk melihat siapa orang itu, seketika matanya membelalak.
"K-kakak?! ", Ujar Tsuki mendesah lega.
"Yo! selamat pagi! ", Ujar Akihiko sambil tersenyum.
"Kakak mengagetkan saja! Untuk apa kakak kemari? Bukankah kelas kakak jauh ya? ", Ujar Tsuki.
"Tadi pagi berangkat tidak pamit, kemarin pergi sampai malam tidak bilang Kemana! Mana mungkin aku tidak khawatir bodoh! Ini bekalmu! Tidak ada gunanya jika semua orang memujiku jika bahkan kau tak menghiraukan ku sebagai kakakmu! ", Ujar Akihiko sembari menyerahkan bekal makanan Tsuki lalu pergi dengan kesal.
"Kakak... Maaf, pasti aku sudah membuat mu khawatir ", gumam Tsuki merasa bersalah. Akihiko sebenarnya memang populer, dia pintar dan juga wajahnya lumayan, Akihiko mewarisi wajah dan rambut coklat seperti ayahnya, berbeda dengan Tsuki yang pas pasan dalam otak maupun wajah itulah sebabnya mereka tak pernah bertemu saat di sekolah, Tsuki tak mau kakaknya mendapatkan masalah karenanya.
"Hmm... Kakak yang baik!",celetuk seseorang dari atas pohon, kemudian meloncat turun. Seketika Tsuki langsung menoleh, Ia terkejut dengan sosok yang ada dihadapannya.
"H-hiro? Sedang apa kau disini?! ", Ujar Tsuki sembari melihat sekitar.
Hoshi memiliki rambut yang acak acakan, dengan seragam yang tak dikancingkan sehingga terlihat kaos oblong yang ia kenakan sebagai dalaman.
"Sedang apa? aku kan sekolah disini ", Ujar Hiro sembari tersenyum, Tsuki terkejut mendengar fakta yang baru ia ketahui.
"Apa?!!!!! Jadi kau juga sekolah disini? Kelas mana?", Tanya Tsuki penasaran, Hori menempelkan telunjuknya pada bibir Tsuki.
"Ssstttt.. Aku kesini mau minta maaf padamu!, maaf ya waktu itu aku mengacaukan kencan kita, lainkali mari kita berkencan lagi! OK?!", Ujar Hiro kemudian berlari melompat pagar sekolah.
"Sampai nanti!!!", Ujar Hiro sebelum benar benar menghilang.
Tsuki menghela nafas panjang,
"Sebenarnya siapa sih pemuda itu? Dia sekolah disini? Kok aku tidak pernah melihatnya? Ahh!! Bikin pusing saja! Lebih baik kembali ke kelas", Ujar Tsuki kemudian melangkah.
Dikejauhan Midori melihat semua yang terjadi,
"Apasih yang dilakukan Tsuki? Dan siapa pemuda tadi? Dia kok mirip ya sama...", gumam Midori kemudian melangkah kembali ke kelas.
***
Bel sekolah berdentang menandakan pelajaran akan segera dimulai,
Tsuki segera duduk dibangkunya dengan nyaman, namun keningnya seketika berkerut ketika didapatinya bangku disebelahnya masih kosong.
"Are? Hoshi belum datang? Tak biasanya dia terlambat", gumam Tsuki khawatir.
"Selamat pagi)", sapa Bu Ruri memasuki ruangan.
"Duh, Bu guru sudah datang, Hoshi.. Kamu dimana sih?!", batin Tsuki cemas.
"Permisi! Maaf Saya terlambat!", Ujar Hoshi dengan terengah masuk kelas.
"Takahiro ? Tumben kamu terlambat? Yasudah karena kamu baru pertama kali terlambat saya maafkan, sana duduk!", Ujar Ruri ramah.
"Baik Bu, Terima kasih!", ujar Hoshi membungkuk kemudian melangkah dan duduk di bangkunya.
"Pagi!", sapanya singkat pada Tsuki setelah duduk.
"Pagi! Tumben siswa teladan telat!", Ujar Tsuki, Hoshi membetulkan letak kacamatanya.
"Maaf, tadi aku dan Hiro...", Hoshi memejamkan mata dan menghembuskan nafas seakan menahan emosinya.
"Kalian bertemu dan bertengkar?", Tanya Tsuki khawatir.
"Ini lebih rumit dari yang kau bayangkan", Ujar Hoshi kemudian mengambil buku dari tasnya.
"Hoshi!!", panggil Tsuki, Hoshi menoleh.
"A-apa?".
"Nanti sepulang sekolah temui aku di dekat danau tempat biasa! Pokoknya datang saja!", Ujar Tsuki serius.
"Baiklah", Hoshi mengangguk dengan wajah heran.
"Mungkin ini waktunya untuk mengatakan yang sebenarnya", Batin Hoshi.
***
Tsuki melangkah dengan terburu buru, karena tadi Ia harus tugas piket ia menyuruh Hoshi untuk pulang terlebih dahulu dan menunggunya di tempat itu.
BUKK!!
Karena terburu buru Ia tidak sengaja menabrak seseorang hingga ia hampir jatuh, orang itu dengan sigap menangkap bahu Tsuki. Sejenak mata mereka bertemu.
Setelah sadar, Tsuki langsung menjauh dengan pipi yang memerah.
"M-maaf ya Ichirou maksudku Yuuki ,aku tidak sengaja", Ujar Tsuki.
"Tidak papa kok lain kali hati-hati ya! Tsuki !", Ujar orang itu dengan senyum yang memukau.
" Baiklah aku duluan ya", Ujar Tsuki mulai melangkah, Namun Yuuki menahan tangannya.
"T-tunggu ", Ujar Yuuki, Tsuki menoleh dan berhenti melangkah.
"Ya? ada apa? ".
"Sehabis ini e... Mau tidak makan siang bersamaku?" , Ujar Yuuki sambil tersenyum manis.
"Maaf. Aku ada janji dengan Hoshi. Lain kali ya! Sampai nanti!", Ujar Tsuki kemudian buru buru berlari.
Yuuki menatap kepergian Tsuki dengan senyum masam, baru kali ini ada gadis yang menolak nya, padahal semua gadis berebut ingin bersama nya meski sekedar meminta tanda tangan.
Dan benar saja setelah mengetahui bahwa Yuuki berada disana para siswi langsung mengerubungi nya.
"Yuuki !! Kamu tampan sekali! Boleh minta line id nya tidak? ".
"Ichirou boleh minta alamat email tidak? ".
Para gadis mengerubungi nya bagai semut yang menemukan gula. Yuki mendesah kesal.
"Gadis yang menarik! Aku menunggu mu selama ini ", batin Yuuki memikirkan Tsuki.
***
Rerumputan hijau bergoyang mesra dibelai oleh angin tenggara yang berhembus sepoi sepoi, air danau yang tenang menyejukkan tiap mata memandang.
Hoshi memejamkan matanya, duduk menikmati hembusan angin.
"Saat aku semakin lemah, Hiro menjadi semakin kuat", gumamnya sendu.
"Hoshi!! Huh.. Huh.. maaf Aku terlambat! Tadi ada sedikit masalah", Ujar Tsuki yang tiba-tiba datang dengan nafas terengah engah, Hoshi langsung menoleh hampir kaget.
"Tak apa, sudah biasa kan kau terlambat? ", Ejek Hoshi dingin, Tsuki cemberut.
"Tadi kau juga terlambat! Dasar! ", Tsuki kemudian duduk disamping Hoshi diatas rerumputan.
"Wahhh!!! Semanggi!! ", Ujar Tsuki antusias kemudian menyibak rumput dan memetik semanggi.
"Ada apa dengan semanggi? ", Tanya Hoshi heran.
"Kata Ayahku, Semanggi berdaun empat dapat mengabulkan permintaan!! ", Ujar Tsuki riang sembari terus menyibak rumput mencari semanggi berdaun empat.
"Berdaun empat? ", Hoshi mengerutkan kening.
"Kau tak tau? Semanggi kan hanya memiliki tiga helai daun! Sangat jarang ada... Ha!! Ketemu!! Wahh hari ini aku beruntung sekali! ", Ujar Tsuki girang lalu menunjukkan daun semanggi empat helai pada Hoshi.
"Lalu? ", Ujar Hoshi datar.
"Ucapkan permohonan! ", Ujar Tsuki.
"Kau masih percaya yang begituan? Dengar! Hal yang seperti itu tidak ada, hanya kita yang bisa menentukan apa yang akan terjadi pada diri kita nanti! Kita akan beruntung jika bekerja keras! ", Ujar Hoshi menasehati layaknya seorang ayah.
Tsuki tersenyum kemudian memejamkan mata seakan memohon sesuatu kemudian memasukkan daun itu di sakunya.
"Aku tau! Aku hanya ingin menghibur mu! Akhir akhir ini kau seperti banyak tekanan padahal hampir saja aku bisa membuat mu seperti orang normal yang tak anti sosial", Ujar Tsuki sendu.
"Jadi apa yang ingin kau katakan? ", Tanya Hoshi memecahkan keheningan.
"Aku sudah yakin akan mengatakan nya, aku harus bisa mengatakan nya sebelum aku jadi gila!", batin Tsuki.
"Cukup dengarkan saja dan jangan beri jawaban oke? Sepakat?! ", Ujar Tsuki, Hoshi memandangnya heran.
"Terserah ", ujar Hoshi seadanya.
Tsuki menghela nafas panjang seakan menyiapkan segenap keberanian dan keteguhan.
"Aku Menyukai mu! Takahiro Hoshi! ", Teriak Tsuki sambil memejamkan mata. Hoshi seketika menoleh menatap Tsuki, matanya membelalak tak percaya.
Flashback.
"Hoi!! Bangun!! Bangun!! Bertahanlah! Aku mohon!! Tolong!!! Tidak... Tidakkk!!!!!!! " teriak Hoshi kecil histeris sambil menangis, namun gadis itu tak bergerak sedikit pun.
Hujan turun begitu lebat menghujam, tak berapa lama kerumunan orang datang membawa gadis itu pergi dan meninggalkan ia sendirian.
Ia terduduk sambil meringkuk sedih di pinggir jalan.
Kini Ia sendirian lagi.
Sungguh malang nasib nya, bahkan hingga kepergian gadis itu ia tak sempat mengucapkan terima kasih.
Hingga tiba-tiba sepasang sepatu mengkilat berdiri didepannya, seorang lelaki kekar berantakan dengan sebatang rokok ia jepit di sela mulutnya dan sebuah payung hitam ditangan kanannya.
"kau mau tempat berteduh? Ikutlah denganku! " ujar lelaki itu dengan seringaian misterius yang menakutkan.
Hoshi mendongak menatap orang itu lemas,
"Anda siapa? ", Tanya Hoshi dengan nada lemah.
"Aku akan merawatmu! Ikutlah bersamaku! ", Ujar orang itu kemudian mengulurkan tangannya, Hoshi ragu ragu menerima uluran tangan orang itu.
"Yahh... Lagipula aku tidak peduli lagi aku akan hidup atau tidak ", batin Hoshi kemudian bangkit berdiri dan melangkah mengikuti orang itu.
"Siapa namamu nak?" , Tanya orang itu sembari berjalan menggandeng Hoshi kecil. Hoshi kecil mendongak,
"Aku tidak ingat siapa diriku... ", gumam Hoshi sendu.
"Anak yang malang! Tapi tenang saja aku akan mengajakmu dan kau tak akan sendirian lagi! ", Ujar orang itu.
Akhirnya mereka pun berjalan meniti jalanan sepi, melewati gang gang kecil dan tiba disebuah bangunan tua yang dindingnya dicoret sana sini dengan kata kata kotor atau gambar gambar aneh, sedangkan rumput liar tumbuh diatap sisi kiri, meskipun begitu bangunan itu masih terlihat kokoh untuk dihuni, di sisi kanan kiri terdapat banyak tong bekas berkarat dan ban ban motor bekas yang sudah tak terpakai dibiarkan begitu saja.
Orang itu kemudian membuka pintu bangunan itu sambil menyuruh Hoshi untuk masuk, Hoshi dengan tatapan kosong masuk saja tanpa sepatah katapun.
Setelah Hoshi sudah sepenuhnya masuk ruangan yang lumayan besar, beberapa anak seusianya berlarian menyambut nya.
"Wahh anak baru!! Selamat datang!! Ayo ikut kami mandi lalu beristirahat! ", Ujar seorang anak dengan wajah ceria dibanding yang lain, anak itu menarik Hoshi untuk mengikutinya.
Hoshi dengan tatapan yang masih kosong ikut saja tanpa membantah.
"Ichirou! Kau mengambil anak lagi? tak takut apa kalau kena karma? ", Ujar seorang pria yang datang dari dalam ruangan menyapa orang yang membawa Hoshi tadi.
"Panggil aku ketua, Kau ini masih dingin saja seperti biasanya ya Hayato! ", Ujar paruh baya yang dipanggil Ichirou itu.
***
Hoshi memakan roti ditangannya dengan sangat lahap, setelah sekian lama akhirnya Hoshi kecil dapat mandi dan mengganti pakaian, anak ceria yang menariknya tadi menjadi teman sekamarnya.
"Wahh nampaknya kau sangat lapar ya? Ini makan setengah bagianku", Ujar anak itu sambil tersenyum.
"Terima kasih", Ujar Hoshi pelan kemudian dengan lahap memakan roti bagian anak itu juga.
"Oya ngomong ngomong siapa namamu? Namaku Hiro! ", Ujar anak itu sembari tersenyum riang.
"Aku... Aku tidak ingat... ", Ujar Hoshi kecil sendu.
Hiro menepuk pundak Hoshi dengan senyum riang.
"Jangan murung! Sama seperti mu aku, ahh kami semua tidak memiliki rumah dan orang tua, hingga akhirnya Ketua membawa kami dari jalanan", ujar Hiro tanpa menunjukkan raut kesedihan.
"Syukuri saja yang kau miliki, yang sudah hilang darimu maka biar saja berlalu, karena pada akhirnya semua yang ada di dunia ini berubah", Ujar Hiro bijak. Hoshi melihatnya kagum.
"Wah akan repot kalau begitu, aku tidak bisa hanya memanggil 'hei, kau' padamu kan? ", Ujar anak bernama Hiro itu sambil menopang dagu.
Hoshi kecil hanya diam, kemudian ia menatap keluar jendela kaca lalu melangkah menghampiri jendela kaca itu dan melihat ke atas langit.
Hoshi kecil melihat langit itu tanpa berkedip, Hiro menghampiri Hoshi.
"Benda berkelip itu apa? ", Tanya Hoshi kecil polos.
"Itu namanya bintang! ", Jawab Hiro riang.
"Kau suka bintang? ", Tanya Hiro, Hoshi mengangguk.
"Yosh!!! Sudah diputuskan! Karena kau suka bintang dan kau tak punya nama, maka ku namakan kau 'Hoshi'!", Ujar Hiro sambil tersenyum.
"Hoshi... ", gumam Hoshi kecil mengulang apa yang Hiro katakan. Hiro mengangguk,
"Mulai sekarang namamu adalah Hoshi! ", Ujar Hiro girang sambil merangkul pundak Hoshi dan mengacak rambutnya.
Mereka menjadi teman yang sangat akrab, dari keceriaan dan kebaikan Hiro, kehampaan yang Hoshi rasakan sedikit demi sedikit mulai berwarna, dan ia belajar untuk tersenyum seperti Hiro.
Namun kehidupan nyata adalah kehidupan yang kelam bagi Hoshi, setelah akhirnya ia menemukan rumah, ternyata ia dipaksa harus melakukan hal hal yang tidak ia inginkan.
Teman teman seumuran nya dipaksa untuk mencuri ataupun meminta minta.
Sejak awal Hoshi memang sudah tak peduli dengan dirinya sendiri, mau diapakan juga ia tidak peduli.
Hingga suatu hari...
Bukk!!!
Hiro terpental menghantam tembok dibelakangnya
"Dasar bocah payah!! Aku memberimu kehidupan hanya untuk memyuruhmu mencari uang sebagai imbalan! Bukan buku buku usang itu!!!!! Dasar tidak berguna!! ", Maki Ichirou pada Hiro yang bukannya mencari uang malah mencari buku bekas dan membacanya.
"Tuan Ketua... Aku ingin bersekolah", Ujar Hiro sambil tersenyum meskipun pipinya biru dan hidungnya mimisan.
Mendengar itu, Ichirou yang mabuk menjadi semakin murka dan hendak memukul Hiro lagi, Hoshi yang melihatnya benar benar tidak tega, segera ia berlari menghampiri Hiro dan berdiri didepannya untuk menghalangi pukulan Ichirou mengenai Hiro.
Bukkk!!!
Alhasil Hoshi juga mendapatkan lebam biru dipipinya, Hoshi menatap ichirou dengan kebencian.
"Hoshi? kau tak apa? ", Tanya Hiro khawatir bak kakak sendiri.
Kepribadian Hoshi mulai berubah, tatapan matanya tajam, dingin dan menyayat.
Ichirou yang mabuk menjadi sangat murka karena tatapan dingin penuh kebencian Hoshi, Ia hendak memukul Hoshi lagi, namun Hoshi lebih dahulu melempar batu padanya sehingga kepalanya berdarah.
Hiro yang terkejut dengan apa yang Hoshi lakukan segera menariknya berlari kabur, Ichirou adalah orang yang kejam, Hoshi tak akan selamat kalau sampai melukainya, itulah yang dipikirkan Hiro.
"Dasar bocah tengik!!!! ", teriak ichirou.
Mereka akhirnya terus berlari, Hiro menarik Hoshi untuk terus berlari.
Namun tiba-tiba Hiro mendorong Hoshi,
Duar!!! Duar!!!
Mata Hoshi membelalak, Hiro menyentuh dadanya yang berlubang, kemudian tersenyum ceria.
"Aku tidak.. Uhuk!! Uhuk!!! ", Hiro batuk dengan darah, kemudian terjatuh, Hoshi segera menangkapnya, air matanya mengalir tiada henti.
"Hiro!!! ", Teriak Hoshi khawatir, Hiro tersenyum dipangkuannya.
"Akhirnya kau memanggil namaku sobat! Aku senang bisa menganggap mu sebagai sahab.. Uhuk!!!", Hiro mengalami luka yang parah, Ichirou yang hendak menembak Hoshi malah dihalangi oleh Hiro.
Hoshi yang waktu itu genap enam tahun menangis tersedu sedu layaknya anak seusianya.
"Hoshi... Jadilah bintang yang menyinari...aku yakin kau bisa jadi anak yang cerdas uhuk!!!...padahal aku ingin main shogi bersamamu... jangan lupakan aku ya... Selamat... Tinggal... ", Ujar Hiro kemudian memejamkan mata untuk selamanya.
"Hiro!!!!!!! ", Tangis Hoshi pecah.
Semenjak insiden itu berarti sudah dua kali Hoshi kehilangan orang yang berarti dalam hidup nya, namun Hoshi tak pernah menganggap bahwa Hiro sudah mati, entah sejak kapan hal itu terjadi terkadang Hoshi bertingkah mirip seperti Hoshi yang ceria dan urakan, terkadang ia bertingkah seperti Hiro yang suka membaca, terkadang ia kembali menjadi Hoshi yang pendiam, dingin dan anti sosial.
Saat ia sedang sangat frustrasi atau sedih maka kepribadian Hiro muncul dalam dirinya menjadikannya seperti dua orang yang berbeda.
Setelah kejadian itu, Hoshi kembali lagi ke jalanan dan meninggalkan bangunan terkutuk itu dan sendirian lagi.
Hingga pada suatu hari...
"Ahhh!!! Soal ini sulit sekali!! Jika aku tak segera mengumpulkanya dan mendapatkan nilai bagus aku tak akan bisa pulang!!! ", teriak seorang anak frustrasi, anak itu tengah memperbaiki nilainya dengan mengerjakan soal berikutnya di sebuah bangku taman belakang sekolah Hoshi yang melihatnya dari pagar sekolah kemudian memanjat pagar dan menghampiri anak itu.
"Ini mudah! Jawabannya 58", Ujar Hoshi, anak itu seketika terkejut dengan kehadiran anak asing yang tiba-tiba disampingnya.
"Wahhh!!! Kau membuatku kaget!", Ujar anak itu, Hoshi hanya diam lalu duduk dan mengerjakan soal soal anak itu.
"Hoi!!! Apa yang kau lakukan?! Jangan coret coret dibuku ku!!! ", Ujar anak itu kesal. Namun beberapa menit kemudian Hoshi menyodorkan buku anak itu, anak itu langsung terkejut melihat semua soal telah terjawab dengan tulisan rapi.
"Wahh!!! Kau hebat sekali ya?!! Siapa namamu? Dimana rumahmu? Aku Takamoto Terasaka", tanya Anak itu.
"Aku... Hoshi dan aku tak punya rumah ", Ujar Hoshi sendu.
"Beneran? Bagaimana kalau kau tinggal dirumahku saja? Aku sudah lama ingin punya adik! Mau ya?? ", Pinta Terasaka, akhirnya Hoshi pun mengangguk, saat Terasaka berkata bahwa dia akan jadi kakak untuk Hoshi, Hoshi jadi ingat Hiro dan merasa senang.
"Wahh hore!! Akhirnya aku punya adik! Ayah dan ibu pasti senang dan setuju! Jadi sekarang namamu adalah Takamoto Hoshi ya?! ", ujar Terasaka girang.
"Bolehkah... Aku menyisipkan nama Hiro pada namaku? ", Ujar Hoahi memohon, Terasaka tersenyum.
"Boleh! Berarti menjadi... Takahiro Hoshi ya?! ", Ujar Terasaka, Hoshi terseyum dan mengangguk.
Flashback off.
(kembali ke masa sekarang)
"Aku Menyukai mu! Takahiro Hoshi! ", Teriak Tsuki sambil memejamkan mata. Hoshi seketika menoleh menatap Tsuki, matanya membelalak tak percaya.
Hoshi menahan air matanya, ia meremas rumput disampingnya.
Tsuki menunggu jawaban Hoshi dengan hati yang berdegub kencang. Namun pemuda itu masih diam
"Terima kasih... Tapi maaf, bisakah kau melupakan perasaan mu padaku dan Hiro? Bisakah kau Menyerah saja?", Ujar Hoshi kemudian berdiri membelakangi Tsuki.
Tsuki terkejut mendengar jawaban Hoshi, Ia kemudian menunduk hampir menangis.
Merekapun terdiam membisu,
Angin berhembus pelan, sementara hujan turun perlahan membasahi.
To be continued.