Cahaya mentari kuning keemasan, membelai esok dengan kehangatan. Meski bisa dikatakan esok menjelang siang.
Tak seperti biasanya, Tsuki dan Hoshi tak bertengkar, setelah kejadian di atap tadi nampaknya mereka mulai akur.
Mereka melewatkan pelajaran pertama, namun pelajaran kedua untungnya pelajaran olahraga, sehingga Mereka bisa agak terlambat.
Saat pelajaran olahraga semua murid tampak antusias, namun tidak dengan Tsuki, dia tak ahli dalam pelajaran Olahraga.
"Dalam penilaian kali ini Kalian akan mencoba lari 100 meter,
Sekarang ambil ancang ancang!" Ujar Hirasawa sensei.
"Lari? Aduh... Kenapa harus lari sih? Walaupun aku sudah biasa lari karena terlambat tapi tetap saja, aku payah dan suka jatuh, semoga dapat giliran terakhir " batin Tsuki kesal.
"Giliran pertama, Hikari Tsuki dan Hitagi Hana! ",Ujar Sensei, Tsuki langsung lemas.
"Mungkin ini hari sial ku", keluh Tsuki.
Mau tak mau Tsuki pun mengambil ancang ancang, sama seperti Hana yang ada disampingnya sudah siap dengan tatapan tak senang nya.
"Kali ini aku akan mengalahkanmu permen karet! " ,Ujarnya Hana ketus.
"Apakah semua murid di SMA ini kelakuan nya buruk? ", batin Tsuki kesal.
"Siap! Sedia! Start!! " Ujar Seorang Guru, Mereka berdua pun mulai berlari.
Nampaknya karena sering berlari karena terlambat, Tsuki lebih unggul, dia memimpin didepan Hana, Hana tak mau kalah, Ia kesal, Ia harus memikirkan cara agar menang.
Akhirnya tanpa orang tau, Hana melemparkan kelereng dari sakunya, ke lintasan Tsuki.
Tsuki tak sengaja menginjak kelereng itu dan terjerembab,
"Aduh... Sakit",Ujar Tsuki memegangi kakinya yang berdarah. Sementara itu Hana dengan bangga memenangkan pertandingan itu, Tsuki hanya mendengus sabar.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri nya, kemudian berjongkok.
"Ayo cepat! Aku gendong ke UKS!", Ujar Hoshi sambil menunjukan punggungnya.
"Tapi.. ".
"Cepat! Sebelum aku berubah pikiran! ", Ujar Hoshi, Tsuki akhirnya meski malu mau digendong Hoshi, karena kakinya sangat sakit.
"Terima kasih", Ujar Tsuki, perasaan apa ini? jantungnya tak mau berhenti berdegub.
"Gawat Mata empat bisa nanti bisa denger! oi berhenti berdegub dasar jantung tak tau diuntung!" maki Tsuki dalam hati dengan pipi yang memerah.
"Hmm" jawab pemuda itu singkat.
"Woi lihat! Rambut permen karet sama mata empat! Hahaha mereka memang serasi!! ", Ejek teman teman nya.
"Maaf, kau boleh menurunkanku kok kalau malu", Ujar Tsuki sedih.
"Aku sudah biasa mendapatkan perkataan kasar seperti itu, lagipula seorang gadis dengan kakaknya juga mengataiku mata empat" Ujar Hoshi datar, Tsuki merasa sangat bersalah pernah mengatakan itu.
"Maaf", Ujar Tsuki.
"Iya rambut permen karet" Ujar Hoshi, Tsuki langsung memukul punggung punggungnya.
"Ihh dasar menyebalkan! Kenapa kau ikut ikutan menyebutkan begitu!!! ".
"Aduh!! Hei! Sakit! Sekarang kita impas! Hahaha nanti aku ceburkan ke selokan lo! Berhenti memukulku! " .
***
"Ne! Hoshi! Kau tau tidak cara mengerjakan ini? Ahh pelajaran kimia memang paling susah", keluh Tsuki menghela nafas panjang.
"Masak sih? Menurutku ini adalah pelajaran paling mudah dari pada sastra", Ujar Hoshi kemudian mengambil buku Tsuki dan melihatnya.
Kemudian dengan cepat Hoshi mengerjakannya.
"Nih selesai, gampang kok, bayi aja bisa", Ujar Hoshi menyodorkan buku Tsuki yang sudah Ia kerjakan semua. Tsuki membelalak.
"Wih hebat! Terbuat dari apa otak anak ini? Kalkulator?", batin Tsuki takjub.
"Kau kan peringkat satu tak heran soal seperti itu mudah bagimu!",Ujar Tsuki kesal.
"Hikari Tsuki! Kau bicara sendiri memangnya sudah selesai mengerjakan?! ", Ujar Riku Sensei yang tiba-tiba sudah ada didepannya.
"Waduh mati aku", Batin Tsuki takut.
"Sini tunjukan buku mu! " Ujar Riku garang, Tsuki menyerahkan buku nya enggan, tangannya gemetar.
Pak Riku kemudian melihat buku Tsuki dengan seksama.
Jantung Tsuki berdebar kencang, kali ini pasti dia tak akan selamat, lari memutari lapangan bola 20 kali pasti akan ia dapatkan, tubuhnya akan semakin kurus.
"Wahh.. Hebat! Ternyata Hikari kau pintar kimia ya, tak disangka benar semua! Yosh maaf ya kalau Bapak kasar akhir akhir ini", Ujar Riku sensei tiba-tiba berubah lembut.
Tsuki benar benar terkejut, apa ini mimpi?. Mengusaikan keterkejutan Tsuki, Bel istirahat berbunyi.
"Baiklah sudah waktunya istirahat, semuanya boleh meninggalkan kelas!", Ujar Riku sensei kemudian meninggalkan kelas.
Tsuki menatap Hoshi haru,
"Apa? ", Ujar Hoshi kemudian mengetahui Tsuki terus menatapnya.
"Makasih!!! Kau ternyata baik ya!! Waah nanti aku traktir! Kau mau makan apa?! ", Ujar Tsuki panjang lebar sembari mengguncang tubuh Hoshi.
"Ahh iya iya! Jangan lebay deh! Berhenti mengguncangku! Sana aku mau makan siang" Ujar Hoshi dengan pipinya yang merah, segera ia mengambil bekalnya dari tas dan beranjak pergi.
"Hoi!! Tunggu!!", Tsuki segera mengeluarkan bekalnya juga dan segera berlari mengikuti Hoshi.
Ditengah perjalanan menuju atap sekolah, Hoshi berhenti, seseorang menghadang jalannya.
"Bukankah mereka adalah orang yang menjahili Hoshi saat penerimaan murid baru dulu? ",Ujar Tsuki khawatir, Ia segera mendekati Hoshi, namun langkahnya terhenti.
Bekal makanan Hoshi sudah jatuh berserakan ditampik orang itu.
"Berani beraninya kau memanggilku begitu!!! Kau mau mati!! Dasar payah!! Seharusnya kau tak pernah terlahir! ", Ujar seseorang diantara mereka kemudian melangkah pergi, diikuti temannya yang lain.
Tsuki segera berlari menghampiri Hoshi.
"Kau tak papa kau terluka? ", Ujar Tsuki khawatir, Hoshi tanpa berkata apapun memungut tempat makannya kemudian melangkah pergi menaiki tangga. Tsuki mengikutinya.
Hoshi duduk dikursi sembari menikmati hembusan angin diatap sekolah, Tsuki duduk disampingnya.
"Pergilah! Jangan mengikuti ku, sana makan dengan Miki! ", Ujar Hoshi, Tsuki menghela nafas.
"Bekalmu kan tumpah, sebagai tanda terima kasih, ini makan punyaku! ",Ujar Tsuki sembari menyodorkan sumpit dan bekalnya.
"Tidak usah, kau makan saja! Aku tidak lapar! Lagipula aku tak mau bila nanti kau saking kurusnya hilang terbawa angin, pasti aku kan yang repot diomeli kakakmu", Ujar Hoshi, Tsuki mengerucutkan bibirnya kesal.
"Dasar menyebalkan! ", Gumamnya kesal.
"Oya, kenapa tadi kau tak melawan saat mereka membully mu? Apalagi perkataan salah satu dari mereka sangat kejam, padahal waktu itu kau bisa mengalahkan gangster itu", Ujar Tsuki heran.
"Aku tak bisa melakukan nya", ujar Hoshi sendu.
"Kenapa? ", Tanya Tsuki penasaran.
"Karena pemuda itu adalah... ".
"Adalah? ", Tsuki sangat penasaran, padahal Hoshi ternyata orangnya kuat tapi diam saja waktu pemuda tadi menindasnya.
".... Adalah kakakku", Ujar Hoshi akhirnya, Mata Tsuki membelalak tak habis pikir.
***
Terasaka dan Hoshi dulunya sangat akrab sebagai kakak dan adik.
"Tenang Hoshi! Aku ada disini untuk melindungi mu!", ujar Terasaka sambil menggandeng Hoshi kecil.
Namun...
"wahh Hoshi! Kau sangat cerdas! Ayah bangga padamu! Kau bisa menyelesaikan semua soal matematika kelas 6 padahal kau baru kelas 3? Hebat!",Ujar Ayahnya dengan raut bangga.
"Tak seperti... " Ayahnya melihat Terasaka dengan tatapan kecewa.
Terasaka mengepalkan tangannya dan berlari keluar rumah, Hoshi mengejarnya.
Saat itu hujan lebat, Terasaka menatap langit dan berdiri dibawah hujan.
Hoshi menatapnya iba, segera iapun menghampiri hendak mengajaknya masuk.
Namun langkahnya terhenti, tubuhnya gemetar, Terasaka menatapnya tajam dengan raut menakutkan.
"Seharusnya aku tak pernah membawamu! Seharusnya kau...
Tak pernah terlahir! ", Ujar Terasaka diiringi petir yang menggelegar, Hoshi membisu, membeku ditempat, matanya membelalak.
"...Dia adalah kakakku", Ujar Hoshi sendu,
"Terasaka",Ujarnya lagi.
"Apa?!! Jadi kalian bersaudara? Tapi kenapa dia seperti itu padamu? Kakak macam apa dia itu?! ",Ujar Tsuki kesal dan marah marah, padahal bukan dia yang punya masalah , Hoshi menatapnya kemudian tersenyum.
"Kau memang unik, mengingatkan ku pada 'Dia'", Ujar Hoshi tiba-tiba, akhirnya Tsuki berhenti bicara.
" 'Dia'? Dia siapa? ", Tanya Tsuki penasaran.
"Mantan calon pacarku", Ujar Hoshi blak blakan. Sejenak Tsuki terdiam. Hoshi kemudian menatapnya, apakah dia mengatakan hal yang salah?.
"Hoi? Kenapa? ", Ujar Hoshi khawatir.
"Mantan calon pacar? ",Ujar Tsuki mengulangi kata kata Hoshi.
"Yahh itu ano... ", Tak selesai penjelasan Hoshi, Tsuki tiba-tiba tertawa lepas.
"Hahahahaha!!! Mantan calon pacar? Hahahaha!! Perutku sakit! Ternyata Orang seperti mu juga bisa jatuh cinta ya? Dan betapa kasiannya dirimu ternyata bertepuk sebelah tangan, hahahaha seperti apa dia? Aku mau bertemu dengannya" Ujar Tsuki sembari terus tertawa.
Hoshi mendengus lega, dia kira Tsuki akan cemburu atau apa, ternyata memang benar otaknya bermasalah, huh gadis aneh.
Namun Hoshi menatap cakrawala dengan sendu, seakan hampir menangis.
"Sayangnya dia sudah meninggal", Ujar Hoshi, seketika tawa Tsuki berhenti, hilang entah kemana.
"M-maafkan aku ", Ujar Tsuki sambil membungkuk.
"Tak apa, lagian udah biasa kan? Gadis dengan otak bermasalah seperti mu!", Ujar Hoshi mencegah suasana canggung.
"Dasar mata empat!! ", Ujar Tsuki kesal, Hoshi tertawa melihatnya.
"Banyak yang tak ku ketahui tentang Hoshi, banyak luka yang sepertinya dia pendam sendiri, aku jadi ingin lebih mengenal pemuda itu... Tapi, kenapa? ", batin Tsuki.
Tsuki tak mengira pemuda itu bisa tertawa, Saat melihat Hoshi tertawa entah mengapa tiba-tiba Ia teringat akan Hiro.
Pemuda misterius yang merebut hatinya, pemuda yang ceria dan pandai bermain gitar, kebalikan dari Hoshi yang pendiam dan anti sosial.
"Oh iya, Hoshi" ,Panggil Tsuki.
"Apa? ", Hoshi menatapnya serius.
"Kau mengenal Hiro kan? Kau tau tidak dia tinggal dimana? Punya nomor hpnya? ", Pinta Tsuki antusias.
"Apa kau menyukai nya? ", Tanya Hoshi dengan raut tak suka, sedih.
Tsuki terdiam.
"J-jika iya kenapa? ", Ujar Tsuki sambil memalingkan wajah, ia ingin sekali memaki pemuda mata empat itu.
"Kau harus menghindarinya, bahkan kalau bisa jika kalian bertemu, larilah, jangan dekat dekat dengannya! ", Ujar Hoshi serius, Tsuki mendengarnya menjadi kesal.
"Apa hak mu melarangku?!! Apapun yang akan ku lakukan itu bukan urusanmu!! ", Teriak Tsuki kesal.
"Hiro bukanlah pemuda yang baik! Dia adalah.. "
"Stop!! Kau tak punya hak untuk menilainya! Ternyata kau menyebalkan ya!", ujar Tsuki marah kemudian berlari pergi, Ia tak ingin pemuda itu terus menyakitinya dengan bersikap seolah dia mengerti segalanya tentang Tsuki sedang Tsuki tidak.
Hoshi menatap kepergian Tsuki dengan sendu,
***
Setelah kejadian itu, Tsuki dan Hoshi tak lagi bicara satu sama lain, Tsuki yang selalu mengganggu Hoshi pun tak bicara sepatah katapun padanya.
Meskipun mereka satu bangku, setiap bahu Hoshi tak sengaja menyenggol bahu Tsuki, Tsuki akan mendengus kesal kemudian menggeser kursi nya menjauh.
Bel pulang sekolah berdentang, mengusaikan kecanggungan diantara mereka.
"Ano... ", Tak sempat Hoshi meranpungkan kalimatnya, Tsuki terlebih dahulu melangkah pergi, tak menghiraukan Hoshi.
aneh, ada rasa mengganjal di hati Tsuki, rasa sakit karena orang yang ia sukai melukainya? atau hanya rasa kesal karena pemuda mata empat itu selalu menyembunyikan apapun tapi malah mengaturnya?.
***
Ring Ring Ring
Tsuki dengan malas mematikan alarmnya, matanya serasa berat. Semalaman ia tak bisa tidur karena kesal memikirkan ucapan Hoshi. Bahkan pemuda itu juga tidak mengirim nya email atau pesan untuk sekedar meminta maaf.
" Tau apa Hoshi tentang Hiro, Hirolah yang menyelamatkan hidipku dulu sewaktu aku hampir tenggelam" ,gumamnya kesal kemudian beranjak dari tempat tidur dan mandi.
"Ehh Tsuki chan sudah bangun! Hari minggu ini ayo kita... " Ujar Akihiko, Tsuki mengabaikan nya.
"Aku mau keluar Jalan jalan! Sampai nanti! ", Ujar Tsuki dengan raut kesal segera keluar rumah dengan membanting pintu.
"Ada apa dengan anak itu? ",Ujar Akihiko tak habis pikir.
Derai hujan membasahi pagi di hari minggu, Tsuki segera membuka payungnya dan melangkah gontai.
"Are? Tsuki ?! ", Panggil seseorang, Sontak Tsuki langsung menoleh.
"Hiro? ".
"Yo! Lama tak jumpa " sapa Hiro ceria.
Jantung Tsuki berdetak kencang.
Cahaya mentari menerobos celah celah awan dilangit, hingga menghentikan hujan yang turun dengan pelangi menghiasi cakrawala dengan warna warni.
"Apa kabar? " ,Tanya Hiro kemudian menghampiri.
"Baik, kalau Hiro?", Tanya Tsuki girang.
"Sehat seperti biasa! ", Ujar Hiro dengan wajah cerianya.
"Nampaknya hari ini Tsuki sedang tidak bersemangat ya? Ada masalah? ", Tanya Hiro khawatir. Tsuki menggeleng.
"Tidak ada apa apa " ,Ujar Tsuki sambil tersenyum palsu.
"Baiklah kalau begitu, hari ini kau sibuk tidak? ", Tanya Hiro.
"Tidak! Tidak kok! Aku senggang hari ini ", Ujar Tsuki.
"Yosh! Kalau begitu maukah kau berkencan denganku hari ini?", Ajak Hiro, Tsuki tercengang.
"Yahh... Kalau mau sih, kalau tidak.. ".
"Aku mau kok!!", Ujar Tsuki senang.
"Baguslah. Ayo! ", Ujar Hiro kemudian menarik tangan Tsuki.
Tsuki tersenyum bahagia.
Akhirnya Tsuki dan Hiro pun pergi bersama,
Mereka pergi melihat lumba lumba, makan di restoran dan menonton film.
"Hiro ayo kita naik wahana itu!", Ajak Tsuki, Hiro pun mengikutinya dengan gembira.
"Wahh.. Tadi itu asik ya", Ujar Tsuki bahagia.
"Iya hehehe".
"Apa kau suka? ", Tanya Hiro, Tsuki mengangguk.
"Suka sekali, terima kasih", Ujar Tsuki sambil tersenyum manis.
"Syukurlah ", Ujar Hiro lega, Hiro kemudian menatap Tsuki sambil tersenyum, ia semakin mendekati Tsuki.
Lalu mengecup pipinya.
"Kau sangat cantik saat tersenyum! ", Ujarnya sambil tersenyum, senyum yang sangat indah hingga membuat jantung Tsuki hampir copot.
Sontak Tsuki terkejut, pipinya sempurna merah.
Namun romantisme mereka berhenti sampai disitu, tiba-tiba beberapa orang datang dan langsung memukul Hiro.
"Hiro!! " ,Teriak Tsuki khawatir.
Hiro mengelap sisa darah dibibirnya, kemudian tersenyum misterius.
"Kami mencari mu kemana mana! Kami sangat merindukanmu! Rindu ingin mematahkan tulangmu! ", Ujar orang orang misterius itu, yang terlihat seperti gangster.
Tsuki membelalak, pikiran nya belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi.
"Hiro...."
To be continued..