"Menarilah denganku, Lady Belvitti!"
"Ini kehormatan bagi hamba, Yang mulia."
Belle Belvitti sedikit membungkuk hormat sebelum meraih uluran tangan Pangeran Freddie. Begitu tangan mereka bersentuhan, suara dengungan teredam memenuhi ruangan. Tidak hanya mengabaikan pelanggaran Lady Belvitti yang mengganggu percakapannya, Pangeran Freddie malah menerima permintaan berdansa dengannya.
Sekali lagi perhatian yang sempat terpusat pada Niesha Calverion saat Pangeran Freddie menyapanya, teralihkan. Semua tamu undangan tanpa terkecuali memusatkan perhatian mereka ke tengah ruang dansa pada satu-satunya pasangan yang menari.
Niesha dapat melihat sorot mata kebingungan dari tamu yang lebih tua, pandangan iri dan penuh harapan dari orang-orang yang lebih muda. Sangat mustahil bisa melihat bahkan bertemu anggota keluarga kerajaan secara terbuka seperti ini, tapi melihat bagaimana pangeran pertama bahkan menari dengan seorang gadis bangsawan dari desa diam-diam menumbuhkan benih harapan pada gadis-gadis yang lain.
Setelah satu tarian, beberapa gadis dengan berani mendekati Pangeran Freddie yang segera dihalau oleh royal guard yang mengawalnya. Hanya Belle Belvitti yang menempel begitu dekat dengannya yang tetap aman.
"Bukankah tatapannya menakutkan?"
Aku berpaling mendengar gumaman Agatha. Suaranya sangat rendah sehingga aku mungkin tidak akan mendengarnya jika dia berdiri sedikit jauh dariku. Aku memperhatikan arah tatapannya. Pandangannya lurus ke arah Pangeran Freddie di kejauhan yang sedang tertawa seolah Belle sedang menceritakan lelucon padanya.
Secara kebetulan Pangeran Freddie juga berpaling sehingga kami bertatapan untuk sekejap. Dia tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada Belle.
"Wah, senyumnya mengerikan."
Khun sama sekali tidak berusaha mengecilkan suaranya sehingga aku bisa mendengar komentarnya dengan jelas. Untunglah saat ini tidak ada orang lain didekat kami sehingga tidak ada yang mendengar komentar tidak sopannya pada seorang pangeran kerajaan.
"Duchess Calverion, Senang bertemu dengan anda."
"Ah, Sir Billard. Ini kejutan yang menyenangkan."
Pertama kali aku bertemu dengan Luis Billard adalah di pesta ulang tahun Lise Arlo. Berbicara dengannya cukup menyenangkan. Dia sama sekali tidak bertanya tentang diriku seperti kebanyakan pemuda yang mendekatiku. Daripada itu dia malah lebih tertarik mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di kekaisaran ataupun bagaimana pertemuan-pertemuan para bangsawan tinggi di istana.
Dibanding kerajaan taklukannya maupun kerajaan disekitarnya, kekaisaran Balstar mengijinkan perempuan terlibat dalam politik. Tetapi selain dalam istana, peranan perempuan biasanya hanya berupa nama. Dan itupun yang dilakukan para bangsawan diluar gerbang istana.
Saat Luis Billard menanyakan pendapatku terhadap beberapa masalah politik, aku tidak melihat jejak kepura-puraan saat dia menerima atau menolak pendapatku. Kurasa sikap inilah yang membuatnya menjadi tokoh yang terkenal bijaksana di kemudian hari dalam novel SANG PUTRI. Meskipun terlihat sedikit enggan, dia berpamitan saat Pangeran Freddie menyelesaikan tariannya dan kembali berjalan kearahku.
"Putri, sayang sekali aku tidak bisa berdansa dengan anda kali ini. Aku berharap kesempatan itu akan segera datang. Dan jangan khawatir dengan apa yang anda dengar tempo hari."
"Tinggallah lebih lama, Yang mulia."
"Ah Lady Belvitti, aku akan mencari kesempatan lain. Senang bisa berdansa dengan anda, Nona."
"Yang mulia, bisakah saya mengunjungi anda lagi?"
Kupikir Belle Belvitti layak mendapatkan piala kehormatan karena terus-menerus berhasil mengejutkan orang-orang. Tidak saja kesalahannya sebelumnya, kali ini dia terus mendominasi percakapan saat Pangeran Freddie mengajakku bicara. Tapi tidak seperti kami, Pangeran Freddie tersenyum menanggapinya.
"Aku akan menantikannya." lalu ia kembali menatapku, "Sampai bertemu lagi putri."
Alih-alih Belle Belvitti yang terus berdiri dekat dengannya, Pangeran Freddie mengulurkan tangannya untuk meraih tanganku lalu sedetik kemudian aku bisa merasakan bibirnya yang dingin menyentuh punggung tanganku dengan ringan.
"Aku iri padamu Niesha. Posisimu membuat orang-orang, bahkan Yang mulia akan lebih mendahulukanmu."
Belle Belvitti bergumam sesaat setelah rombongan pangeran pertama pergi. Berbeda dengan kata-katanya, Belle menatapku dengan senyum yang kekanak-kanakan. Ia membungkuk sedikit padaku sebelum kembali meninggalkan aku dan bergabung dengan gadis-gadis lain.
Meski pangeran Freddie sudah pergi sejak beberapa saat yang lalu, suara dengungan samar dari orang-orang yang bergerombol masih terdengar. Euforia karena bisa bertemu dengan Pangeran pertama kekaisaran dalam jarak sedekat itu merupakan kesempatan langka yang akan sangat sulit untuk mereka dapatkan bahkan jika mereka menghadiri pesta tahunan di istana.
***
"Pelayan mengatakan jika kau akan pergi keluar."
Semenjak kedatangan Aristine Belvitti dan putrinya aku nyaris tidak memiliki waktu bebasku lagi. Salah satu dari kedua wanita Belvitti itu atau bahkan seorang pelayan pribadi yang mereka bawa dari selatan akan berada disampingku. Seperti hari ini, Nyonya Belvitti ikut sarapan bersamaku dalam kamarku.
Aku mendongak menatap pelayan Aristine Belvitti yang berdiri dibelakang tuannya. Aku baru saja mengutarakan perjalanan ini saat bangun tadi pagi. Saat itu hanya ada dia dan Lily yang melayaniku. Diantara dua orang ini aku hanya akan menunjuk satu orang dengan yakin sebagai sumber informasi Aristine Belvitti.
"Ya. Bukankah anda tidak memiliki jadwal untukku hari ini kan!"
Mengabaikan ucapan sarkastikku, Aristine tetap menyuapkan potongan roti dengan santai.
"Baru-baru ini Belle menerima undangan pesta teh atas namanya sendiri. Dia akan membutuhkan gaun baru untuk itu. Aku sudah menghubungi Madam Constain untuk datang siang ini. Jangan lupa menyiapkan cek pembayarannya sebelum anda pergi hari ini."
Aku hanya bisa mendesah mendengar ucapan Aristine Belvitti.
Saat mereka tiba, baik Aristine maupun Belle menggunakan alasan kedatangan mereka yang terburu-buru membuat mereka tidak sempat mengepak sebagian besar pakaian yang mereka butuhkan. Karena itu dengan air mata dalam hati, aku mengijinkan Hanson mengeluarkan masing-masing seribu gulden emas bagi Aristine dan Belle untuk memesan gaun dalam dan luar ruangan bagi mereka. Kemudian saat Belle menemaniku dalam rangkaian pesta teh yang berbeda-beda, aku harus mengeluarkan sepuluh ribu gulden lagi untuk memesan gaun dan aksesoris yang sesuai.
Perbendaharaan Calverion bernilai sangat besar yang berasal dari tambang maupun pajak wilayah. Meskipun biaya yang sudah kuberikan untuk pakaian mereka lebih besar dari tunjangan tahunan yang diberikan untuk seorang wanita bangsawan biasanya, jumlah itu masih jauh lebih kecil dari tunjangan yang diberikan Derrick untukku. Jadi seharusnya tidak masalah bukan?
Salah.
Aku sudah lebih lama menikmati hidup penuh penghematan. Jadi setelah terbangun sebagai gadis muda yang memiliki kekayaan berlimpah, aku tetap tidak bisa menahan hasratku untuk memegang setiap keping uangku dengan erat. Aku terobsesi untuk mendapatkannya lebih banyak lagi.
"Anda setuju bukan jika tidak ada seorangpun yang boleh merendahkan keluarga kita. Setiap apa yang kita kenakan harus menunjukkan kelas kita. Jika keponakan kesayanganku, ah tidak. Jika Duke Calverion ada disini, dia tidak akan keberatan mendandani adik tersayangnya itu dengan kemewahan."
Rasanya aku bisa merasakan sakit yang nyata di hatiku karena kata-kata Aristine Belvitti. Dia terus menggunakan alasan yang sama untuk membuatku menyetujui semua pengeluarannya. Aku tahu dia tidak akan puas dan masih akan terus memeras uangku lebih banyak lagi.
Derrick berbagi darah yang sama dengan kedua Belvitti karena ibu kandungnya. Apa itu membuat mereka menjadi bagian dari keluarga Calverion juga?
Derrick tidak menyukai ibu kandungnya tetapi tetap mengirimkan sejumlah tunjangan pada saudari ibunya selama bertahun-tahun. Apa itu berarti dia benar-benar peduli pada mereka?
Diam-diam aku penasaran dengan reaksinya. Apa tanggapan Derrick jika aku tidak mengurus keluarganya. Bertindak bebas sesuai keinginanku sebagai Calverion dalam pesannya, apakah itu termasuk keinginanku untuk mengirim kembali Belle dan ibunya ke selatan?
"Ah, jika anda sudah selesai makan, mulailah menandatangani ini."
Dengan kata-kata itu, pelayan Aristine Belvitti bergerak mendekati meja dan meletakkan beberapa dokumen.
Aku tidak bisa menahan rasa sakit saat menyadari dokumen apa itu.
"Anda memesan perhiasan senilai ratusan gulden untuk set perhiasan dan ingin aku membayarnya?"