"Ha ha ha ha ha. Anda sangat hebat Putri. Anda bisa melihat sesuatu yang sangat halus seperti itu. Anda bahkan bisa membuat si penggerutu itu tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ah, ini luar biasa sekali"
Agatha tidak bisa berhenti tertawa bahkan setelah kami meninggalkan bengkel Roan dan duduk menikmati teh dan kue-kue manis dalam rumah hadiah Derrick. Meski aku memberitahu Agatha mengenai tempat itu, aku tetap menyembunyikan pemilik gedung maupun identitas Paul dan Mina sebenarnya.
"Saat itu hanya berupa kotak kaca biasa, aku tidak melihat tanda itu disana. Bisa membuat cahaya mampu membiaskan sebuah tanda dari kaca adalah sebuah ketrampilan yang sulit. Pria seperti itu tentu tidak ingin kehilangan rasa bangga dan pengakuan atas kemampuannya. Jadi dia meninggalkan tandanya sendiri."
Agatha mengangguk menyetujui.
Kami tidak perlu menunggu terlalu lama saat ketukan halus samar kembali terdengar. Agatha bergegas membuka pintu dan mempersilahkan Viscount Medell dan seseorang yang bersamanya masuk. Dengan lincah ia kembali menambahkan 2 cangkir teh baru pada kedua tamuku sebelum menghilang dibalik pintu.
"Salam pada Duchess Calverion!"
"Salam pada Duchess Calverion!"
Keduanya mengucapkan salam bersamaan sebelum mengambil tempat duduk diseberangku.
"Halo, Viscount. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"
Wajah pria paruh baya itu sedikit memerah saat aku menyapanya dengan ceria.
Pertemuan para anggota komite bangsawan selalu monoton dan membosankan, jadi biasanya aku tidak menghadiri setiap pertemuan sesering sebelumnya. Sebagai gantinya Viscount Medell akan mengunjungi Mansion secara teratur untuk melaporkan hasil petemuan atau mendiskusikan banyak hal. Tapi dia mulai berhenti datang setelah Aristine Belvitti datang.
Viscount Medell membenci wanita itu. Dia benci bagaimana wanita itu bertindak sebagai atasan yang angkuh baginya. Dia benci bagaimana wanita itu mulai mencampuri dan memaksanya membocorkan segala urusan Duchy yang dikelolanya. Lalu ia mulai mengirimkan surat untukku. Saat dia tahu, Aristine Belvitti-lah yang mengurus surat-suratku menggantikan Agatha, kemarahannya meluap. Meski itu tidak berisi hal-hal yang coba kami rahasiakan, aku mulai berpikir untuk sepenuhnya membangun jaringan informasi yang benar-benar terpisah dari Calverion. Dan pertemuan hari ini adalah bagian dari informasi yang coba kami rahasiakan.
"Duchess, saya menyarankan anda untuk membangun jalur rahasia lain agar saya tidak perlu bertemu dengan 'Bibi' Belvitti anda."
"Aku akan memikirnya." lalu berpaling pada orang lain yang datang bersama Viscount Medell, "Siapa ini?"
"Ah, ini adalah Ari. Dia keponakan saya sekaligus pewaris saya nantinya."
"Salam Putri. Saya adalah Ari Medell."
Aku mengerutkan kening pada tampilan muda dihadapanku. Suaranya yang parau sama sekali tidak cocok dengan penampilannya yang lembut dan halus.
"Pewaris anda? Setahuku anda memiliki kerabat laki-laki lain dalam keluarga anda. Bisakah seorang wanita mewarisi gelar anda?"
"Hahahaha, Keponakan saya memiliki perawakan yang lebih kecil dari pemuda seusianya sehingga sering disalah pahami. Tetapi Ari adalah seorang pria."
"Benarkah?"
Aku mengamati Ari medell sekali lagi.
Meskipun ini memang sudah memasuki musim gugur dan suhu udara sudah turun lebih banyak, tidak ada yang mengenakan pakaian dengan bahan tebal seperti Ari Medell. Tidak seperti pamannya atau kebanyakan pria bangsawan lain yang lebih memilih mengenakan setelan jas yang dibuat khusus sesuai bentuk tubuh, Ari Medell mengenakan pakaian longgar sebelum melapisinya lagi dengan jubah longgar yang semakin menyamarkan bentuk tubuhnya.
Aku mendesah tidak berdaya.
"Mari kesampingkan kesopanan saat ini, Viscount. Kalian pasti punya alasan untuk menyembunyikan jati dirinya. Aku juga tidak berniat untuk membuat penghakiman apapun. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang tidak jujur lalu lalang dibawah mataku tanpa tahu alasan dibaliknya."
Hening.
"Apakah bekerja bersama seorang pria yang terlihat seperti wanita adalah masalah buat anda, Putri?"
"Tidak. Apakah diperintah oleh seorang gadis yang masih muda adalah masalah buat anda?
Ari Medell menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yang kulempar balik padanya.
"Apakah anda bermasalah jika bekerjasama dengan seorang wanita?"
"Aku bahkan seorang gadis yang cukup muda. Jadi tidak masalah buatku jika dia seorang wanita yang pintar. Yang benar-benar tahu apa yang dia lakukan."
Hening kembali.
Aku tidak punya waktu untuk ini. Jadi aku mulai berdiri.
"Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa mempercayai orang yang tidak ingin percaya padaku. Viscount, anda memahami rencanaku dengan baik. Jadi sampai aku menemukan orang lain yang bisa memberikan rasa percaya timbal balik, anda akan bertanggung jawab terhadap penjualan produk Count Arlo."
"Duchess..."
Ari Medell akhirnya bersuara sebelum aku mencapai pintu.
"Apa yang akan terjadi pada anda, jika anda kehilangan gelar anda?"
"..."
"Saya akan kehilangan adikku dan warisan berharga yang ayahku tinggalkan."
"Ari, tenanglah."
"Maafkan aku, Paman. Jika sang putri menaruh kecurigaan akan identitasku, tidak akan menutup kemungkinan jika orang lain akan mulai curiga."
Aku tahu Ari Medell sudah siap membuka rahasianya jadi dengan tenang aku kembali duduk.
Viscount Medell duduk lebih tegak dari biasanya dan menatap cangkir teh dihadapannya dengan penuh perhatian. Sementara itu Ari medell terus meremas tangannya gelisah sambil melirik Khun yang berdiri tanpa goyah dibelakangku.
"Aku mempercayai pengawalku. Aku akan menunggu sampai anda siap."
Seolah menunggu kata-kata itu, akhirnya Ari menegakkan tubuhnya. fokus menatap mataku sebelum membuka mulutnya.
"Anda benar, Putri. Saya seorang wanita. Nama saya Arisa Medell. Viscount Medell bukanlah paman kandung saya. Dia adalah orang yang dibayar ayah saya sebelum meninggal untuk berpura-pura menjadi paman kami yang telah meninggal."
Aku tahu Viscount Medell adalah seorang yatim piatu, jadi saat dia memperkenalkan seorang keponakan padaku, aku mulai menaruh curiga.
"Kami?"
"Ya. Saya masih memiliki seorang adik laki-laki. Hanya sampai dia dewasa dan berhak atas gelar itu, kami akan berpura-pura seperti ini."
"Nona Arisa... aku tebak anda mengenal dengan baik hukum kekaisaran yang mengatur tentang gelar seorang bangsawan. Jadi aku rasa anda juga mengetahui dengan jelas hukuman atas orang yang berbohong mengenai jati dirinya."
"Saya... saya tidak peduli dengan apa yang terjadi pada saya. Saya mohon Putri. Berpura-puralah tidak tahu. Hanya sampai adik saya menjadi dewasa."
Arisa Medell meluncur turun dari kursi yang dia duduki dan berlutut dihadapanku.
"Apa anda baru saja mengajak saya menipu Kaisar bersama anda?"
"Ti... tidak Putri. Saya akan menghilang seolah tidak pernah ada, hanya tolong berbaik hatilah pada adik saya."
"Viscount Medell adalah orang yang dipercayai mantan Duke. Jika dia bisa menipu mantan Duke dengan identitasnya, apakah anda akan mempercayai 'paman' anda ini akan mengembalikan gelar keluarga anda. Aku rasa anda senaif ayah anda"
Untuk sesaat Arisa tidak menjawab ejekanku.
"Ayah saya percaya, jadi saya juga percaya."
"Kalau aku melepaskan anda, apa yang akan anda berikan padaku?"
"Sa-saya akan melakukan apapun yang anda inginkan. Saya akan memberikan seluruhnya untuk anda. Sa-saya akan menyerahkan nyawa saya pada anda."
"Baik. Aku menginginkan nyawamu... bagaimana dengan itu?"
"Putri!!"
Setelah sekian lama akhirnya Viscount Medell mengangkat kepalanya untuk memprotes. Aku belum pernah melihat pria ini kehilangan ketenangannya. Bahkan saat menghadapi Aristine Belvitti, dia akan mengatupkan rahangnya, mengepalkan tangannya untuk tetap menjawab wanita itu dengan tenang sebelum meninggalkannya. Tapi yang aku lihat saat ini hanyalah wajah putih seorang yang panik seolah akan kehilangan nyawanya sendiri.
"Saya bersedia. Saya bersedia menyerahkan nyawa saya asalkan adik saya bisa selamat hingga dewasa."
Setelah mengatakan itu, secepat kilat Arisa Belvitti menarik sebilah belati dari lengan bajunya dan mengarahkan ke lehernya sendiri. Tapi sebelum aku sempat bereaksi, hembusan angin mengalir dari belakangku dan membuat belati dengan ornamen itu terpental jatuh.
"Aku tidak menginginkan nyawa anda sekarang Nona Arisa. Jadi simpanlah nyawa anda dengan baik untuk saat ini."
Aku kembali berdiri dan berjalan ke pintu keluar.
"Hari ini adalah janji pertemuanku dengan Sir Ari Medell. Minggu depan, aku ingin bertemu dengan Arisa Medell. Tolong datang tepat waktu."
*HUKUM KEKAISARAN MENGENAI GELAR BANGSAWAN:
Gelar Bangsawan hanya bisa diberikan pada anak laki-laki kandung atau anak laki-laki yang diadopsi oleh bangsawan tersebut. Seperti dalam kasus Niesha Calverion yang bisa mendapatkan gelar Duchess dari ayahnya, anak perempuan bisa mengklaim gelar bangsawan hanya jika ia berasal dari pasangan sah bangsawan_ bukan anak perempuan yang berasal dari selir_ atau dia tidak memiliki kerabat laki-laki lain dari garis keturunan ayahnya. Jika anak laki-laki atau pewaris sah gelar belum cukup umur, maka kerabatnya akan bertindak sebagai walinya dan memegang gelar itu hingga pewarisnya cukup umur. Hanya saja para pewaris muda ini biasanya tidak memiliki umur panjang atau gagal menerima gelarnya kembali karena cacat atau memiliki kondisi tidak layak untuk menerima tanggung jawab sebagai bangsawan.