Begitu Khun menutup pintu dibelakangku, aku tidak bisa lagi menahan ketenangan yang sudah kutahan dengan susah payah. Aku jatuh berlutut dilantai seperti kain basah.
"Putri!"
Khun ikut berlutut disampingku. Aku bisa melihat tatapan cemasnya saat dia sedang mengamatiku.
"Khun... Khun... apakah aku sudah keterlaluan? Bagaimana jika tadi anda terlambat membuang senjatanya?"
"Harap tenanglah Putri. Saya ada disini bersama dengan anda."
Ini sama sekali bukan rencana awalku. Seharusnya kami membahas tentang pengelolaan serikat. Tapi aku tergoda saat menebak ada rahasia yang mereka sembunyikan. Meski aku mengatakan tidak tertarik, nyatanya aku sangat tertarik. Kenapa mereka harus menyembunyikan identitas Arisa yang sebenarnya? Bagaimana mereka akan menghapus jejak Arisa nantinya setelah tenggat waktu 3 tahun terlewati.
Terkadang aku masih mengingat bagaimana cara Niesha Calverion mati dalam novelnya. Jadi aku bermaksud menghilang tanpa jejak sebelum kejadian itu terjadi. Aku sungguh hanya ingin tahu caranya.
Aku tidak pernah menyangka gadis itu akan menjadi nekat saat terdesak.
Jika Arisa Medell benar-benar mati dan jika ini adalah dunia novel, apakah kematian itu akan dianggap fiktif? Aku meremas tanganku yang tidak berhenti gemetar.
"Apa anda ingin berdiri, Yang mulia."
"Ya."
Dengan berpegangan pada tangan yang diulurkan Khun, aku mencoba berdiri. Aku baru mengambil 2 langkah saat kembali terjatuh. Tidak ada cukup tenaga pada kedua tungkai kakiku yang gemetaran. Dengan sigap Khun mencengkeram lenganku sebelum aku terbanting ke lantai.
"Maafkan ketidaksopanan saya Putri"
Setelah mengucapkan itu, Khun menyelipkan tangannya di bawah punggung dan lututku dan mengangkatku dengan mudah. Entah kenapa aku merasa situasi ini terlalu familiar.
Khun membawaku ke ruangan lain tempat Agatha menunggu. Meski panik dan cemas melihatku yang tak berdaya dan gemetar, Agatha juga tidak lupa sesekali melirik Khun dengan pandangan menyalahkan.
"Apa yang terjadi pada Putri? Bagaimana cara anda menjaga Putri sehingga kondisinya seperti itu? Berani-beraninya anda menyentuh tubuh majikan anda yang berharga."
Agatha mengeluarkan banyak sekali kalimat-kalimat kemarahan kepada Khun. Meski semua dia lakukan dengan suara berbisik, aku masih bisa mendengar beberapa diantaranya dengan jelas.
Berisik.
"Agatha!"
"Iya. Apa yang anda perlukan Putri?"
"Kirimkan beberapa kotak yang kita ambil pada Lady Arlo. Minta dia menyiapkan semuanya dalam beberapa hari. Aku akan mulai mengirimkannya pada beberapa istri bangsawan tinggi sebelum memulai penjualannya secara resmi."
"Baik Putri."
Setelah Agatha yang bergegas keluar dan aku kembali ditinggalkan berdua dengan Khun, tapi entah bagaimana semua keheningan ini malah membuat aku mulai merasa gugup.
"Aku benar-benar buruk ya?"
"Untuk seseorang yang gemetar setelah mengancam orang lain... anda terlihat manis"
"Apakah kau mengejekku?"
"Apakah saya tidak akan menerima hukuman jika melakukannya?"
"..."
Aku berpaling menatap Khun kesal. Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan adalah kebiasaanku. Sejak kapan dia meniruku.
"Silahkan lampiaskan kemarahan anda Putri. Asalkan itu bisa membuat anda menjadi lebih tenang."
Kata-kata Khun kembali menyadarkan aku. Tanganku tidak lagi gemetaran dan perasaan tegang karena peristiwa sebelumnya nyaris terlupakan. Saat itulah aku melihat Arisa dan Viscount Medell akhirnya keluar. Jika aku tidak mengetahui identitas Viscount Medell sebelumnya, aku juga mungkin akan tertipu dengan penampilan pria muda cantik yang ditampilkan oleh Arisa.
"Khun, selidiki keduanya dengan baik. Aku ingin tahu apa yang membuat mereka berani mempertaruhkan leher mereka hanya untuk gelar seperti itu."
"Baik Putri."
Aku menghabiskan waktu berjam-jam diluar mansion, jauh dari mata menyelidik Aristine Belvitti untuk mengurus bisnisku sendiri. Tetapi saat aku kembali ke mansion, Madam Constain baru saja meninggalkan mansion setelah menyelesaikan pengukuran dan pesanan gaun-gaun baru untuk Belle. Wanita itu meninggalkan para pembantunya yang membereskan tumpukan contoh gaun, kataloq, kain maupun aksesoris ke dalam gerbong barang berukuran besar.
Melihat waktu yang mereka habiskan dan ukuran gerbong untuk mengangkut contoh-contoh gaunnya, tanpa sadar keringat dingin mulai mengalir di punggungku.
"Apakah anda mau bertaruh, Yang mulia? Menurut anda berapa banyak uang yang harus anda keluarkan kali ini?"
Khun berbisik dibelakangku. Tanpa menolehpun aku tahu dia sedang menggodaku.
"Tidak sopan. Tutup mulut anda Tuan."
Agatha mendecakkan lidahnya untuk menegur Khun lalu dengan lembut menuntunku.
Di ujung tangga Belle sudah menunggu kami dengan senyum cerah.
"Niesha, kenapa anda pulang begitu terlambat. Madam Constain baru saja pergi."
Gadis itu berlari turun menyambutku, menggandeng tanganku dengan akrab dan menuntunku ke taman.
"Bea, kembalilah pada Ibuku. Disini sudah ada Agatha yang akan membantu kami."
Belle mengusir pembantunya segera setelah kami duduk.
"Tapi Nona..."
"Pergilah. Ibuku tentu ingin mendengar bagaimana proses pemesanan gaun baruku."
"Baik, Nona"
Bea yang terlihat ragu akhirnya meninggalkan kami.
"Niesha, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu ibuku memesan gaun baru lagi untukku. Aku sudah berusaha menolak tapi katanya aku harus memesan setidaknya satu gaun sebagai balasan karena sudah meminta pelayanan langsung seperti ini."
'Benarkah?'
Aku mencoba mengabaikan Agatha yang memutar matanya saat mendengar kata-kata Belle.
"Gaun-gaun itu sangat cantik, jadi aku ingin anda memilikinya juga. Jadi aku menahan Madam Constain selama mungkin agar anda bisa ikut memilih. Aku kehabisan alasan untuk terus memberi masukan untuk gaun yang bahkan sudah indah saat menunggu anda. Maafkan aku tidak bisa menahan wanita itu lebih lama."
Belle menyapukan sapu tangannya ke sudut mata.
Gerakannya membuatku memperhatikan matanya yang dirias sempurna. Apa dia baru saja menghapus debu atau air mata dari sudut mata yang kering itu?
"Sebagai permintaan maafku, aku akan membiarkan anda memilih salah satu gaun yang paling anda sukai setelah gaun-gaun itu selesai. Bagaimana menurut anda?"
Salah satu gaun dari beberapa gaun? Apa dia benar-benar polos atau memang ingin menghinaku secara terang-terangan.
"Kenapa diam saja? Atau jika anda tidak suka, kita bisa mengundang Madam Constain lagi agar anda bisa memilih sendiri. Aku yakin jika Ibuku yang berbicara, Madam Constain pasti akan mau mengosongkan jadwalnya untuk anda. Dan jangan mengkhawatirkan harganya, kakakku tidak akan keberatan memanjakan adik-adiknya."
'Ah, aku tidak tahan lagi.' Aku harus segera pergi dari sini sebelum kesabaranku habis
"Aku sangat lelah hari ini. Mari membicarakan hal ini lain kali Nona Belle. Silahkan nikmati waktu santai anda, aku akan pergi lebih dulu."
"Tidak. Jangan pergi dulu. Akhir-akhir ini kita semakin jarang menghabiskan waktu berdua. Aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan pada anda."
Belle mencengkeram lenganku hingga batas yang cukup menyakitkan dan tidak terlihat ingin melepaskan aku.
"Lepaskan aku!"
"Ini tidak akan lama. Aku dengar pangeran kekaisaran belum memiliki seorang tunangan. Jadi aku ingin anda mengatur tentang perjodohanku dengan Pangeran Freddie"