15 belas tahun yang lalu.
"kaaaaak aku iikuutt.." teriak risty pada kakaknya.
"kakak hanya mau memetik sayur disungai dekat jalan tol itu" kata evan berhenti dan berbalik melihat pada adik kesayangannya. Sejak ayah mereka meninggal dunia tiga tahun yang lalu, risty dan kakaknya tinggal dengan kakek mereka yang tinggal di perkampungan dan hidup dari bertani. Sedangkan ibu mereka telah meninggal dunia sejak risty masih sangat kecil.
"iya aku ikut kak.." Risty berlari mendekati kakaknya.
"isy... kakak sih nggak masalah kamu ikut, tapi tempatnya jauh.." kata evan keberatan
"isy bukan anak kecil lagi kak, isy udah biasa jalan jauh.." kata risty lagi bersemangat, dan dia mulai berjalan mendahului kakaknya. Dua kakak beradik ini sejak tinggal dengan kakek mereka tak sedikitpun keberatan dengan kehidupan kakek mereka yang mendapatkan uang untuk makan dan keperluan mereka sehari-hari dari hasil bertani. Kakek mereka sering mengajarkan kepada kedua kakak beradik itu bagaimana bertani, Kakek juga pernah membawa mereka ke sungai kecil tempat memetik sayur kangkung itu walaupun akhirnya kakaknya yang lebih sering pergi sendirian, jika ingin membeli sesuatu yang diluar keperluan sehari-hari evan akan kesungai dekat jalan tol itu untuk memetik sayur kangkung yang tumbuh bebas dan nantinya akan dijual kakeknya kepasar.
Tokoh utama kita bernama Risty panggilan sehari-harinya isy, saat itu dia baru berumur 11 tahun dan masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, dia pinter, sedikit tomboy dan sangat riang, dia selalu bisa membuat orang-orang disekitarnya tersenyum karena tingkahnya. Risty mempunya seorang kakak laki-laki yang bernama Evan. Kakaknya itu bukanlah laki-laki yang gengsian, dia penuh ambisi dengan tekad yang kuat, berkeringat dan kerja keras bukan masalah buat evan. dan dia telah duduk di SMU kelas 12 dan sebentar lagi tamat. Di sekolah dia terkenal sebagai anak yang pinter dan berambisi, Keinginan terbesarnya adalah menjadi orang yang hebat dan sukses. Mereka dua kakak beradik yang saling menyayangi, bersama kakek mereka hidup bahagia walaupun sederhana.
"kak.. sebentar lagi kakak lulus smu, kakak jadi kuliah?" tanya risty saat mereka sedang berjalan dan dijawab kakaknya hanya dengan anggukan kepala.
"kalau begitu rumah kita yang dulu itu dijual aja kak, buat biaya kuliah kakak.." kata risty lagi. Evan hanya diam, sepertinya sedang berpikir.
"kakek nggak punya biaya lagi buat kuliah kakak..kata kakek dia telah menjual hampir semua tanahnya untuk membiayai kuliah papa dan paman dulu" lanjut risty. Sedang evan masih tetap diam berjalan disamping adiknya.
"atau bagaimana kalau kita minta paman buat bantu biayai kuliah kakak.." kata risty merasa senang karena memberikan ide.
"kakak kayaknya nggak mungkin minta bantuan paman isy.., anak paman yang ke dua sudah mulai sekolah, belum lagi sikembar yang baru lahir itu, pasti keluarga paman perlu biaya yang banyak" kata evan seperti sedang berpikir. Risty ikutan kakaknya berpikir.
"kalau soal biaya kuliah.. kakak pasti bisa dapat beasiswa, tapi biaya hidup sehari-hari itu yang agak berat..trus kamu juga gimana? Kakak nggak mau kalau kita harus dipisah.."
"kakak nggak usah pikirin isy, isy nggak masalah kok kak kalau harus tinggal disini dengan kakek.." kata risty tapi dari suaranya dia terdengar sedih, kakaknya memandang risty sekilas dan menarik nafas dalam dan kesedihan terlihat diwajahnya.
"kak kita udah tiba kak.. itu jalan tolnya kan?" risty telah kembali riang, dia melihat ke jalan yang seperti menempel di gunung diatas mereka, jalan itu terliat kokoh dengan pagarnya. Kemudian dia berlari menuju sungai kecil tempat yang mereka tuju. Tapi tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara roda mencicit lantang dan diikuti dengan suara benturan dipagar jalan kemudian sebuah mobil keluar dari jalur dan jatuh agak jauh dari mereka dan membentur batu besar dekat sungai, suara benturan itu sangat kuat, evan berlari memeluk adiknya berusaha melindunginya. Dan untuk beberapa saat evan terdiam memeluk adiknya.
"kak tadi itu apaan? Kecelakaan?" tanya risty didalam pelukan kakaknya setelah suara tabrakan itu hilang, evan sadar dan akhirnya melepaskan pelukannya pada adiknya.
"iya kecelakaan, kamu tunggu disini kakak akan melihat kesana.." kata evan dan meninggalkan adiknya, kakak risty itu berjalan dengan agak takut ke tempat mobil yang jatuh itu. jantungnya berdetak cepat seraya bersiap-siap menghadapi apa yang akan dia lihat. Dengan perlahan evan mendekati rongsokan mobil itu, sebuah mobil mewah berwarna hitam, bagian depannya mobil itu ringsek parah akibat menabrak batu besar didekat sungai itu, kaca depannya pecah dan
"kak disini ada orangnya.." kata risty dari belakangnya. Evan sangat kaget dan langsung menoleh kearah suara itu, wajahnya langsung berubah marah melihat risty telah berdiri tidak jauh darinya dan sedang manunjuk sesuatu.
"ISY KAMU NGGAK DENGAR APA YANG KAKAK KATAKAN.." geram evan, tapi dia tetap berjalan mendekati adiknya. kemarahannya langsung hilang setelah melihat sosok yang ditunjuk adiknya. Seorang laki-laki, kepalanya penuh darah dan terbujur diam. Dan untuk beberapa detik evan terdiam mematung, sampai adiknya menyentuh tangannya.
"kak.." kata risty menyadarkan kakaknya. Dan akhirnya evan sadar dan dengan perlahan dia mendekati sosok yang terbujur diam itu. setelah peristiwa kematian ayah mereka yang disebabkan karena serangan jantung, evan ingin belajar tentang melakukan pertolongan pertama. evan mengikuti eksrakurikuler palang merah remaja disekolahnya. Tetapi ternyata saat berhadapan dengan kenyataan dilapangan dia sangat ketakutan dan otaknya menjadi beku, dia melihat risty lebih tenang darinya, tapi karena dia yang kakak dia harus lebih kuat, dengan agak gemetar dan jantung berdetak kencang, evan menjulurkan tangannya menyentuh hidung orang itu untuk memastikan apakah dia masih hidup, evan tak merasakan adanya hembusan nafas, kemudian dia memegang tangan orang itu dan mencari nadinya, nadi ditanganpun sepertinya tak berdenyut, kemudian dia menyentuh bagian leher orang itu, disanapun tak ada gerakan apapun. DEG.. wajah evan sedikit memucat, dia memandangi risty adiknya yang sedang serius menunggu jawaban darinya.
"dia telah meninggal sy.." kata evan suaranya sedikit tercekat karena gugup.
"ya udah kak.. kita cari yang lain.." kata risty begitu tenang, evan menarik nafasnya, masih agak kesusahan dia bangun dari dekat orang itu. berbeda dengan adiknya dia telah berpindah tempat dengan cepat dan kembali melihat sesuatu.
"kak.. lihat itu ada kantong plastik hitam," evanpun dengan masih agak takut mendekati kantong itu, dan saat dia melihat isinya, wooow dikantong itu terdapat banyak sekali uang pecahan 100 ribu.
"uang sy..kantong ini berisi uang yang banyak.." kata evan dan memandang adiknya lagi, matanya melebar takjub.
"ya udah kita lihat ditempat lain lagi kak.." dan isy telah bergerak pindah tempat. Sedangkan evan masih terpaku pada uang yang banyak itu.