"gimana kabar kakakmu sy? Aku sudah lama nggak ketemu dia.." kata billy memulai pembicaraan ketika mereka selesai memesan makanan.
"kak evan baik kak.. kak billy yang kemana? dulu kita beberapa kali pulang kekampung tapi katanya keluarga kak billy sudah pindah.."
"iya.. ayah kak billy dipindah tugaskan ke tempat yang baru dan nggak pernah kembali lagi kekampung itu, kak billy kembali kesini karena bekerja disini. pak herry bos kakak ini, dia adik tingkat kak billy sewaktu kuliah dulu, kalian sudah saling kenalkan?" kata billy berusaha memasukkan herry kedalam pembicaraannya dengan risty. Billy melirik bosnya, dia hanya diam memandangi risty. Sedangkan risty mengiyakan tapi tak berani memandangi herry.
"ibu kak billy masih suka bikin kue? Udah lama aku nggak makan kue buatan ibunya kak billy" kata risty tersenyum mengalihkan pembicaraan.
" iya masih.. kamu mau kak billy pesankan kue?"
"boleh kak? Asiiik terima kasih kak billy.. aku sampai sekarang masih suka makan kue kak" jawab risty bersemangat dia tersenyum lebar, melihat itu billy agak salah tingkah dia kwatir bosnya marah, dia kembali melirik bosnya, sepertinya bosnya tetap diam dan menyimak pembicaraan mereka dengan serius.
"trus kenapa isy kembali kesini? sekarang tinggal dimana?"
"ehm.. kakek sudah tua kak jadi isy ingin merawatnya.." jawab risty tapi ada sesuatu yang dia sembunyikan.
"oh iya kak.. isy juga titip salam buat orang tua kakak.."
"iya itu pasti kan mau minta dibuatkan kue buat isy.." kata billy tersenyum tapi bersamaan itu hp billy berbunyi.
"maaf ya aku angkat hp dulu.." kata billy dan berjalan menjauh dari mereka, Herry sempat melihat hp billy jadi tau siapa yang menelponnya. setelah ditinggal billy untuk menelpon herry dan risty hanya diam.
"jadi billy itu cinta pertamamu ya.." kata herry mencoba menghilangkan diam diantara mereka.
"ih..asal aja kalau ngomong.." kata risty ketus, tapi jawaban risty itu membuat herry tersenyum.
"nggak mau ngaku ya.. padahal dari matamu terlihat kalau kamu suka billy.." goda herry.
"emang kenapa kalau aku suka kak billy, selain karena orangnya baik dia juga suka bawain aku kue yang enak, nggak seperti siapa stiap hari kirimin aku bunga, buang-buang uang aja nggak bisa mengenyangkan" kata risty masih ketus, tapi kali ini herry tertawa lepas, dan untuk pertama kalinya risty melihat herry tertawa, tak bisa dia pungkiri lagi-lagi risty terpesona.
"iya baik.. paket bunganya nanti di ganti dengan paket kue yang enak.."
"eh..nggak usah nggak perlu.." bersamaan dengan jawaban risty, billy dan pelayan yang mengantarkan pesanan makanan mereka datang, dengan cepat risty berusaha menghilangkan rasa gugup dan terpesonanya. Dan setelah pelayan itu pergi,
"sy.. kak billy minta maaf ya.. aku harus pulang, tadi istri kakak menelpon katanya anak kami sakit, dia menangis terus dan nggak mau makan, jadi aku harus pulang maafkan kak billy ya.. kamu selesaikan dulu makan malamnya nanti pulangnya akan diantarin pak herry.. dia ini selain bos dia sahabat kak billy, jadi jangan sungkan ya.." perkataan billy cukup mengejutkan semua orang, dari wajah risty terlihat dia terkejut, kenyataan billy sudah menikah dan punya anak lumayan mengejutkan risty, dia terdiam sesaat memandangi billy, sedangkan herry alisnya sedikit mengerut memandangi risty berusaha membaca jalan pikiran risty.
"maafkan kak billy ya isy.."
"ah..nggak apa-apa kak, kak gimana kalau isy.." dengan senyum yang agak dipaksa risty menjawab tapi langsung dipotong oleh billy.
"nggak sy.. ini sudah malam kak billy kwatir sama kamu, biarkan pak herry mengantarmu pulang ya" kata billy sedikit kwatir, dia asal menebak maksud risty.
"bukan itu kak yang mau isy bilang, maksud isy, isy bisa temani kakak pulang kerumah kakak, katanya anak kakak sakitkan, isy dokter loh kak.." kata risty menjelaskan, billy terdiam berpikir.
"oh iya benar ya kamu dokter.. kak billy lupa.. tapi nggak usah sy.."
"ya sudah mana pelayan yang tadi, makanan ini di bungkus saja, kita pindah makan dirumahmu bil" kata herry memotong perkataan billy dan dia langsung memanggilkan pelayan.
"kenapa begitu bos.." protes billy.
"kenapa? nggak masalahkan kita kerumahmu, kamu nggak berbohong soal anakmu kan?"
Billy sangat ingin protes tapi dia tau keputusan bosnya susah untuk dibantah. Dan merekapun pindah tempat makan ke rumah billy. Disepanjang jalan mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing.
Tiba dirumah billy, risty langsung memeriksa anak billy yang sakit, ternyata penyakit anak kecil, rewel tak mau makan dan hanya menangis karena mau tumbuh gigi, risty memberikan beberapa tips yang harus dibuat oleh istri billy buat anak mereka itu. dan selesai memeriksa anak billy, mareka makan bersama tak lama kemudian herry dan risty pamit pulang.
"maafkan kak billy sy.. kakak ingin mengantarmu pulang tapi.." kata billy saat mereka sedang menunggu taksi yang dipesan online.
"nggak apa-apa kak.. kak billy dirumah aja temani istri dan anak kakak.. Cuma.. isy bisa pulang sendiri kak nggak usah diantar" kata risty dan melirik herry yang dengan tanang berdiri disamping risty.
"seperti yang kak billy bilang tadi, kakak kwatir kalau kamu pulang sendirian.. biarkan bos kakak mengantarmu pulang ya..dia baik kok sy.. kakak jamin dia nggak akan macam-macam" kata billy setengah memaksa, dan dijawab risty dengan anggukan kepala mengiyakan. Tak lama kemudian taksi yang mereka pesan datang. risty pamit pada billy dan istrinya. Dan dengan agak sungkan risty duduk disamping herry, tertunduk dan diam. Herry melirik risty dia bisa merasakan kalau risty takut didekatnya.
"nggak usah takut, aku bukan mahluk mengerikan yang suka makan manusia" kata herry dengan tenang memulai pembicaraan,
"ih siapa yang takut.." ucap risty setengah berbisik, seperti berkata pada dirinya sendiri.
"trus kenapa kamu hanya diam.. atau jangan-jangan kamu patah hati karna billy ternyata sudah menikah dan punya anak" herry masih dengan gaya berbicaranya yang tenang tapi sekarang dia menatap risty. Mendengar itu Risty melirik kesal sesaat pada herry dan memalingkan wajahnya lagi.
"kan katamu tadi kamu menyukai billy" kata herry lagi, dia hampir tersenyum karena lirikan menakutkan dari risty itu.
"kalau kita sungguh mencintai seseorang bukan kah kebahagian orang itu yang paling utama" kata risty akhirnya dengan cuek. Tapi wajah herry tiba-tiba serius.
"itu bukan prinsipku, itu prinsip orang yang jadi bodoh karena cinta..kalau aku, aku akan mencintai seseorang jika dia juga mencintaiku, dan kalau dia mencintaiku dia harus menghormatiku dan tidak menyakitiku" kata herry serius.
"kan kita tak pernah tau pada siapa kita akan jatuh cinta..mau orang itu baik atau buruk"
"kita memang tidak pernah tau siapa yang akan kita cintai, tapi kita bisa pergi dan melupakan orang yang tidak mencintai kita.."
"Gitu ya..tapi yang ku tau tidaklah semudah itu untuk melupakan seseorang yang kita cintai"
"tidak mudah memang, tapi bisakan... cinta itu bukan alasan membiarkan orang menyakiti kita, apalagi sampai membuat kita menjadi budak dan jadi sansak dengan alasan cinta.." kata herry lagi wajahnya benar-benar serius. Dan mereka kembali diam, masing – masing dengan pikirannya.
"trus kenapa kamu mau mengantarku pulang, bukankah ini seperti perbudakan?" kata risty dia melirik herry sekilas, dan herry tersenyum mendengar itu.
"aku mengantarmu pulang karena aku memang ingin, selain itu juga karena sahabatku billy mengkwatirkanmu, aku orang yang bertanggung jawab" herry tersenyum lebar.
"kenapa kamu nggak mengendarai mobilmu sendiri?" tanpa sengaja risty jadi teringat dengan kecelakaan itu.
"oh jangan kwatir.. aku kaya dan bisa beli mobil yang banyak, kali ini aku hanya nggak suka mengendarai mobil sendiri.."
"karena kecelakaan itu ya?" risty memandang herry takut. Herry kaget dan balas menatap risty sesaat.
"bagaimana kau tau kecelakaan itu?!" herry kaget, tapi kemudian dia sadar.
"ah iya kamu tinggal sekampung dengan billy, pasti tahu tentang kecelakaan itu."
"maafkan aku" kata risty merasa bersalah, teringat semua kejadian waktu itu.
"kenapa minta maaf itu bukan salahmu, semua kesalahanku.. hari itu karena kecerebohanku menyebabkan orang yang ku sayangi dan sangat menyayangiku meninggal dunia.." suara herry terdengar sedih.
"tapi sudahlah itu masa lalu, aku kadang-kadang masih mengendarai mobilku sendiri, hanya saja kalau bersama orang yang ku sukai.. aku agak takut mengemudi" kata herry dan melirik risty.
"apa?!"
"kamu ingin diulang ya.. aku menyukaimu, makanya jadi takut mengemudi" kata herry tersenyum menggoda, DEG.. jantung risty berdebar dengan cepat, kenapa orang ini harus menyukaiku.. dia jadi takut lagi.
"seperti yang kamu bilang tadi kamu tak akan menyukai orang yang tidak menyukaimu, dan aku tak menyukaimu jadi tolong jangan menyukaiku" kata risty terdengar ketus tapi itu untuk menutupi rasa takutnya.
"ah.. gitu ya.. jadi aku nggak boleh menyukaimu, karna kamu nggak menyukaiku.. tapi kupikir kamu menyukaiku, kamu hanya takut.. dan entah apa yang membuatmu takut.." kata herry dengan tenang tapi tegas, dia memandang risty serius.
"Ja Jangan Sok Tau.. Aku Be Benar Tidak Menyukaimu Dan Nggak Akan Pernah Menyukaimu.." suara risty sedikit keras, seakan untuk menegaskan perkataannya.
"ssttttt... jangan kencang-kencang bicaranya pak sopir bisa dengar... maafkan aku, aku hanya bercanda..aku sadar aku nggak setampan billy.. makanya nggak mungkin kamu sukai kan.." kata herry dan dia tersenyum lebar, penolakan risty tadi itu tak membuatnya mundur, tapi seakan menjadi penyemangatnya untuk mengetahui kenapa risty menolaknya, tapi instingnya berkata dia harus berhenti sementara atau risty akan menjauh.
"okay.. kita berhenti membahas soal itu ya.. bagaimana kalau kamu cerita soal kerjaanmu.. atau tentang dokter mira..kamu pasti punya keluhan tentang dokter mira kan.." kata herry berusaha menenangkan risty, tanpa risty sadar suara herry yang tenang bisa menghilangkan rasa takutnya tadi.
"aku bukan orang bodoh, siapa yang membicarakan keburukan orang pada saudaranya.." kata risty ketus, dia telah kembali tenang. Dan herry tertawa.