"Aku ingin, mulai hari ini hubungan kita berakhir." ucapan itu terdengar menggema di telinga gadis itu, Bukannya menangis, gadis itu hanya membulatkan sudut bibirnya, membuatnya terlihat seperti lingkaran huruf O.
Jangan tanya mengapa ia tak menangis atau meraung raung, sejujurnya jauh sebelum keputusan itu di keluarkan oleh sang lelaki di hadapannya, ia telah menangis berulang kali, perselingkuhan dan kebohongan yang di lakukan lelaki itu, telah terpandang langsung oleh manik mata birunya.
"Kau? tak keberatan dengan hubungan kita yang berakhir ini?" pertanyaan itu membuat sang gadis melemparkan senyum miring, seolah ia sedang meledek lelaki dihadapannya.
"aku? keberatan? kenapa? bukankah sejak awal, hubungan ini hanyalah pelampiasan?" Kali ini sang lelaki yang terbungkam, "jangan tanya bagaimana aku mengetahuinya, tapi tanyalah akan seberapa bodohnya dirimu, hingga tak mampu menutupinya."
Tak perlu banyak basa basi lagi, gadis itu kini telah berlalu, meninggalkan sosok lelaki yang tadinya akan mencampakkannya, tapi kelihatannya justru dia yang di campakkan.
***
Wendy Tiffany Davidson, seorang gadis berdarah Inggris- Jerman, ia lahir dan di besarkan di kota Oxford , salah satu kota besar di negara Inggris.
Usianya masih remaja, tujuh belas tahun, usia dimana anak remaja banyak kasmaran. Tak terkecuali untuk Wendy, ia pun memiliki seorang kekasih, hanya saja akan terasa aneh, karna kekasihnya memiliki usia yang sembilan tahun lebih tua darinya, mungkin sekitaran dua puluh enam tahun.
Jangan harap kisah cinta mereka manis, pertemuan mereka bahkan tak terhitung romantis, hanya sepenggal cerita aneh yang berujung pada kisah cinta yang langka.
Wendy si siswi Sekolah menengah atas, dan Edward sang CEO muda, ya! namanya adalah Edward, Edward Melviano Whinter, sang pemilik WH Group, salah satu perusahaan bisnis terbesar Inggris di bidang perhotelan, restaurant dan beberapa bagian lainnya, seperti Villa dan cafe cafe ternama.
Entah bagaimana kisah cinta anak remaja dan orang dewasa itu dimulai, namun yang pasti, semua hubungan aneh itu kini telah berakhir.
Wendy, gadis itu kini tengah berada diantara pepohonan rindang, bukan hutan, tapi sebuah taman dengan kolam di tengahnya. Semua kenangan tentang kebersamaan itu kembali terulang, hampir satu tahun mereka menjalani status hubungan pacar.
Meski sedikit unik dan terasa aneh, namun nyatanya, selalu terbesit kebahagiaan kecil di dalamnya. Tangan gadis itu terulur kebawah, mengambil salah satu kerikil kecil, dan...
Pletakkk...
Bukannya masuk ke dalam kolam, batu kerikil itu justru mengenai kepala seorang lelaki, lelaki yang entah dari mana munculnya, namun justru menghalangi sasarannya.
"Auw.. what the fu*k!" Pekiknya yang membuat gadis itu berdigik ngeri, oh shit! dia melempar batu di saat yang salah, untung hanya batu kecil, kalau lebih besar sedikit, bisa tinggal kenangan masa sekolahnya dan dia berujung dengan hukuman di rumahkan.
Tak ingin bermasalah dan ketahuan, jelas saja ia menyiapkan ancang ancang untuk melarikan diri, tapi takdir berkata, dia harus di hukum, karna itulah sang lelaki dengan cepat menarik kerah bajunya dari belakang, "It's you, right!" suara itu terdengar melengking di telinga sang gadis, hingga tak ada cela baginya untuk mengelak, sungguh Wendy yang malang.
Tampak senyum menyengir yang ia lemparkan, "Sorry sir!" hanya ucapan itu yang bisa keluar dari mulutnya, tunggu! tunggu! adegan ini terasa dejavu, tempat yang sama, alasan yang sama, namun orang yang berbeda.
Kenapa juga ia harus mengalaminya lagi, dulu karna sebuah buku yang ia lempar, dan sekarang batu kerikil, kenapa perkenalannya dengan lelaki harus selalu di awali dengan kesan buruk, ini menyedihkan!.
"Kamu!" Tampak sejenak lelaki itu berpikir, sebelum akhirnya tangan kekarnya menjitak puncak kepala gadis itu, "Kamu Wendy bukan?" gadis itu mengangguk, sedikit kerutan kebingungan di keningnya, "dan kamu tak mengenal saya?" timpal sang lelaki yang di gelengi gadis itu, "Saya guru Matematikamu!" Kali ini Wendy membatu, 'are you kidding me? lemparanku mengenai seorang guru? dan aku bahkan tak mengenalnya? oh shit!' rutunya dalam hati.
Buat apa di pertanyakan, jangan bingung jika gadis itu tak mengenal gurunya, lelaki itu adalah guru baru di sekolahnya, dan sialnya, untuk beberapa bulan belakangan ini, Wendy tak pernah memperhatikan guru pelajarannya, ia duduk di belakang dengan dirinya yang selalu fokus keluar jendela, jadi guru seperti lelaki itu, hanya angin lalu bagi Wendy.
"Kamu dalam masalah Wendy." rutuknya pelan, sungguh ini kesialan, gadis itu terhitung murid pas pas an, tak pintar dan tak bodoh, juga di kenal pembuat masalah. Baru beberapa hari ia janji akan bertobat dan mengubah sikapnya, tapi sepertinya, ia akan terkena masalah lagi besok.