Chereads / From Past To be My Future / Chapter 6 - Memulai Pertemanan

Chapter 6 - Memulai Pertemanan

Wendy masih menikmati pemandangannya keluar jendela, tatapannya mendapati sosok seseorang yang ia kenal, dengan seorang wanita yang berdiri di hadapannya, "pasti pernyataan cinta." gumamnya memperhatikan gerak gerik, 'gadis itu pasti gila, karna berani menyatakan cinta pada gurunya sendiri dan lagi pada si guru aneh,' bisiknya dalam hati.

Sekilas tatapan keduanya bertemu, ya! manik mata Wendy tak sengaja bertemu dengan manik mata Albert, lelaki itu tampak memgacuhkannya, dan juga gadis dihadapannya, lalu pergi tanpa sedikit reaksipun, memang lelaki yang aneh.

Butuh ribuan kesabaran untuk menghadapi lelaki di hadapan Wendy, sedari tadi anak itu tak hentinya mengajak Wendy untuk mengobrol, namun gadis itu hanya bisa mengacuhkannya.

"Hei! berhentilah berbicara, apa kamu tak bisa diam walau hanya semenit saja hah? berisik tau! jangan berbicara padaku!" bentaknya menarik perhatian beberapa murid, dengan Angelo yang diam membatu, apa Wendy baru saja membentak dia? apa gadis itu baru saja menolak dirinya secara kasar? Ntahlah, yang Angelo tau saat ini adalah dadanya yang terasa sesak.

"Maaf," hanya ucapan itu yang keluar dari bibir Angelo, lelaki itu menunduk, menyembunyikan wajahnya yang tampak kecewa. Hahhhhh, rasanya Wendy tak tega, meski menyakitkan cara lelaki itu meninggalkannya dan mengakhiri pertemanannya, namun tetap saja bahwa Angelo adalah lelaki pertama yang sukses meluluhkan hatinya, lalu memporak porandakannya tanpa ampun.

"Aku sedang kesal, kalau kamu mau ngobrol, nanti sepulang sekolah, kita mampir ke toko buku sebelum pulang ke rumah." tawarnya, seketika Angelo mengangkat kepalanya, mengadahkannya menatap Wendy yang tampak memampangkan wajah senyum canggung miliknya.

Senyum lelaki itu mekar, "Really?" ia memastikan, berharap yang ia dengar tidak lah salah, "hmm." Angguknya tersenyum.

Jam perlajaran berlalu cepat, sekolah untuk hari ini sudah berakhir, dengan mereka yang kini sudah berdiri di salah satu toko buku yang selalu mereka kunjungi dulunya.

"Gimana kabarmu selama ini?" Wendy membolak balik buku di tangannya, mencoba mencari sesuatu yang menarik di dalam sana. "baik." sahut Angelo, wajahnya tampak mengguratkan sesuatu yang sulit untuk Wendy pahami, ntah lah.

"Bagaimana dengamu? apa kehidupanmu baik baik saja?" kini berputar pada pertanyaan Angelo, lelaki itu sedikit canggung dengan nada bicaranya, ingin berinteraksi seperti dulu, namun ada benteng yang menghalangi suaranya untuk keluar lebih ceria, hanya ke senduan dengan ke canggungan yang mampu ia perdengarkan pada Wendy.

"Lebih baik dari sebelumnya." jawabnya dingin, kini ia beralih pada buku lainnya yang sedikit menarik perhatiannya. "Bagaimana dengan kekasihmu?" pertanyaan itu membuat Angelo membatu, lelaki itu menatap Wendy, ada kebahagiaan sekaligus rasa bersalah.

"Kami sudah putus," terdengar nada santai dalam ucapannya, seolah tak ada luka disana. Angelo berharap bahwa pertanyaan itu sebagai bukti bahwa Wendy masih mengharapkan dirinya dihati sang gadis.

"Oh, pantas saja aku melihatnya menggandeng lelaki lain tahun lalu." sahutnya datar, gadis itu sejujurnya selalu memperhatikan mantan kekasih kakak kelas sekaligus sahabatnya itu.

Ia ingat bagaimana Angelo menghindarinya demi menjaga perasaan gadisnya, begitulah kira kira pikiran Wendy, namun lain dengan Angelo yang justru sengaja pacaran untuk menghindarinya.

"Aku datang kerumahmu minggu lalu, tapi kalian sudah pindah," Angelo berucap lesu, saat lelaki itu pertama kali kembali kekotanya ini, rumah pertama yang ia hadiri adalah rumah Wendy, namun semua sia sia, kala sang pemilik rumah telah pindah dan tak lagi berada disana.

"Kami pindah tahun lalu, rumahku tak cukup jauh dari sini, kamu bisa datang kalau mau mampir." tawarnya sedikit ragu, hanya ingin sebuah basa basi, tak benar benar mengharapkan lelaki itu

"oh, boleh ya, terima kasih," Angelo tersenyum hangat, namun tanggapan Wendy jauh lebih cuek.

"Maaf, aku harus pulang lebih awal, aku akan membayar kedua buku ini," Gadis itu menutup buku dihadapannya, berjalan menuju kasir dengan dua buku di tangannya.

" Wendy!"

Gadis itu menghentikan langkahnya, menatap pada sosok lelaki yang menyebut namanya.

"Whats wrong?" tanya nya menatap bingung, "bisakah kita memulai pertemanan baru?" pertanyaan itu keluar dengan nada canggung, gadis itu tersenyum simpul, "Kenapa bertanya? lakukan sesukamu, kamu ingin teman atau musuhan, itu terserah padamu." sahutnya singkat membungkam Angelo.

Rasanya membahagiakan, seperti ada bunga yang menggelitiki perutnya, bahagia rasanya mengetahui Wendy tak menolak permintaan pertemanannya, kesempatan yang cukup untuknya memulai lebih dari sekedar kata teman.