Wendy pulang dengan sepedanya, gadis itu melajukan sepedanya santai, namun entah bagaimana di depan gerbang sekolahnya, ia justru menyenggol salah satu pria dewasa.
Matanya membulat, kala ia menemukan sosok yang mengakhiri hubungan dengannya beberapa waktu lalu.
"Wendy?" Pria itu berucap antara bingung atau apapun itu, tatapannya beralih pada sepeda Wendy yang di posisikan miring. Gadis itu menatapnya sekilas, kini mereka bukan lagi sepasang ke kasih, satu satunya yang tersisa dari hubungan mereka adalah kenangan pahit untuk Wendy dan ke canggungan untuk Edward.
"Oh, halo tuan Whinter, selamat siang." Gadis itu menyapa formal, membuat Edward menaikkan salah satu alisnya. "Saya tidak sengaja dan saya tidak ber maksud, mohon maaf jika ada yang terluka, jika memerlukan biaya, saya akan ganti rugi." Wendy turun dari sepedanya, memandang bingung pada Edward yang terlihat diam saja.
Gadis itu menggoyangkan telapak tangannya tepat di depan wajah Edward, "Tuan Whinter?" Lelaki itu tersentak, jiwanya seolah baru terkumpul. "Ah ya, saya tidak apa." hanya itu yang ia ucapkan, dengan Wendy yang mengangguk kecil.
"Wendy? ada apa?" Suara itu mengalihkan pandangan keduanya, tatapan Wendy berputar malas, "Bukan apa apa!" ketusnya malas, sesaat sorot matanya beralih pada sepedanya, "Kalau tidak ada yang terluka, saya permisi." Wendy melangkah kan kakinya, dengan Sepeda yang tidak ia naiki.
"Apa aku boleh pulang bersamamu?" lagi Angelo bertanya.
"Tidak!" tolaknya tegas.
"Makan bersama?"
"tid..."
"Wendy, tunggu!" suara bariton pria itu menghentikan langkah kedua remaja itu, tatapan mereka penuh tanda tanya pada sosok pria dewasa di belakang mereka.
"Ada apa tuan muda Whinter?" Wendy bertanya malas, dan Angelo yang memandang heran padanya.
"Kau mengenalnya?" pertanyaan itu membuat Wendy sejenak tampak berfikir, menyisakan keraguan dan tanda tanya di hati Edward. "Tunggu sebentar." pintanya mengerutkan keningnya.
"Ada apa?" Pertanyaan Angelo mewakilkan ke bingungan Edward, iya tau dirinya tak lagi memiliki posisi sekedar bertanya kecil seperti itu. "Apa menurutmu aku mengenalnya?" Angelo tergelak, begitu pun dengan Edward yang terdiam, gadis ini sedang bercanda rupanya.
"Kau masih sama seperti dulu!" Angelo menyengir dengan tawa kecil, ucapan ambigunya membuat sesuatu tak nyaman di hati Edward. "Tidak! saat itu dan sekarang sudah berbeda!" Wendy memandang Angelo, "Saat itu, kau adalah sahabatku yang ber standart tinggi dan sekarang kau bukan siapa siapaku!" Perkataan itu menusuk Angelo, lelaki itu hanya diam seribu bahasa, 'Dan juga cinta pertamaku yang menyakitkan.' kalimat itu hanya tertahan di dalam hati Wendy, gadis itu beralih pada sosok Edward.
"Ada apa tuan Whinter?" Pria itu tercekat kala suara Wendy tertuju padanya, dengan tatapan dingin gadis itu, "Apa kau tidak bertanya untuk apa aku kesini?" pertanyaan itu antara tidak tau malu atau memang urat malu pria itu telah lepas, entahlah.
"Hmmm, anda orang sibuk, tidak heran kalau datang ke sekolah seperti saat ini, dan mengapa saya harus mempertanyakan hal tidak berguna seperti itu?" Lagi lagi kali ini Edward yang terdiam seribu bahasa, ucapan gadis itu benar, kenapa ia harus peduli dengan Edward yang jelas jelas tak lagi punya hubungan dengannya.
Wendy menaiki sepedanya, mengayuhnya dengan hati yang hancur, Ia merindukan pria itu, namun ia tak berhak untuk mengucapkan apapun, ia hanya mampu bersikap dingin, menutupi hatinya yang hampir meraung ingin berteriak rindu.