Setelah pertemuan nya dengan Edward di gerbang sekolah, disini lah gadis itu kini, ia tak kembali kerumahnya, namun justru memilih untuk ke taman yang selalu menjadi tempatnya menenangkan diri. Kali ini ia tak duduk di kursi taman, namun justru bersandar pada sebuah pohon.
Musim gugur di bulan september, gadis itu meraih beberapa daun maple yang berada disisinya, indah... namun keindahan itu harus jatuh dan menyentuh tanah.
Wendy mengarahkan daun itu pada danau di hadapannya, indah dengan ruas ruas daun yang begitu sempurna, warnanya yang menawan mampu memikat setiap orang untuk menggenggamnya.
Guk Guk Gukkk...
Suara gonggongan itu menggema di telinga Wendy, namun ia tak punya banyak hati untuk meliriknya dengan suka rela, gadis itu mengabaikannya, hingga pada akhirnya seorang pria berteriak kuat, menyebut namanya seolah Wendy adalah narapidana.
"WENDYYY..." Teriakan itu menggema, menarik perhatian orang yang berada disana, begitupun dengan Wendy yang kian membatu, suara itu begitu familiar bagi gendang telinganya, suara yang telah lama ia kenal bersamanya.
Tatapannya seketika beralih, mendapati sosok Angelo yang di kejar anjing ber jenis Alaskan Malamute, pria itu hampir saja menitikkan air matanya saat ia di kejar seekor anji*g tanpa mengetahui dosa apa yang ia perbuat pada anj*ng itu.
Wendy tergelak, bukan karna Angelo yang di kejar hewan itu, namun ia tergelak karna mengenal siapa yang mengejar Angelo. Gadis itu tak berkomentar, ia hanya menonton hingga saat lelaki itu melompat keatas pohon dan bersembunyi disana, dengan sang anjing yang masih menggonggong seolah memintanya turun.
"Hentikan Alan! kau membuatnya takut!" perintah itu tegas, membuat sang hewan menghampirinya dengan mulut yang seolah mengoceh.
Angelo membatu, pandangannya tak beralih dari interaksi Hewan yang mengejar nya dan Wendy yang memerintahkan.
"Siapa yang membawamu kesini?" gadis itu bertanya, memandang sekelilingnya sejenak, gadis itu menarik tali Alan yang terlepas.
"Aku yang membawanya," pria tinggi dengan tubuh kekarnya, menghampiri gadis itu dengan dua es krim di tangannya.
"Aku melihat pria aneh itu mengikutimu, kelihatannya Alan sangat ingin menjahilinya, jadi aku melepaskannya dan membiarkannya mengejar pria itu sepuasnya." Sang pria menjelaskan, membuat Wendy hanya memutar malas bola matanya, ia melepas tali yang tersambung kalung Alan, gadis itu mengecup sekilas anjing kesayangannya.
"Dasar kakak bodoh! jika talinya tersangkut, ia akan tercekik dan terluka!" Cibir Wendy kesal, tak ada yang boleh membiarkan anj*ng nya itu terluka.
"Ah maaf, aku lupa!"
"Kapan kau menjemputnya?" sejenak ia mengusap kepala peliharannya itu, sudah tiga hari Alan di titipkan dirumah kakek nenek Wendy, hewan itu seolah tak ingin pisah dengan anak dan juga pasangannya. 'Sesungguhnya aku adalah salah satu single paling mengenaskan di rumah! bahkan anjingku pun memiliki kekasih yang tak ingin di tinggalkannya!' Wendy mengumpat dalam hati, mengingat kenyataan bahwa didalam keluarganya, hanya dia satu satu orang yang tak pernah beruntung dalam hal asmara.
"Aku menjemputnya sebelum pulang kerumah." Gadis itu mengangguk kecil, "Lalu bagaimana dengan pria itu?" Pertanyaan itu membuat Wendy berbalik, hampir saja ia melupakan Angelo. Langkahnya membawanya pada sosok Angelo yang kini berada di atas pohon.
"Apa kau mengntitku?" pertanyaan itu membuat sang lelaki diatas pohon itu terdiam, Angelo menelan kasar salivanya, tatapan intimidasi dari Wendy membuatnya mengalihkan pandangannya, "Aku hanya ingin tau dimana rumah mu sekarang." Kilahnya mengalihkan wajahnya, "Itu menguntit namanya!" tegas Wendya tak terima.
"Tapi aku ini pengunti yang sopan, karna hanya memperhatikan dari jauh." sambungnya tanpa rasa malu, membuat Daniel sang kakak dari Wendy tertawa kecil.
"Ya namanya penguntit, tidak mungkin berjalan di samping orang yang di untitnya!" sindir Daniel dengan wajah mengejek, membuat Angelo salah tingkah.
"Turun! apa yang kau lakukan diatas sana?" Angelo menatap sekilas, se sosok anjing mirip serigala, tengah menunggunya dengan posisi duduk.
"Tidak! anjingmu akan menelanku!" Angelo menolak keras, mengingat bagaimana tadi anjing itu memamerkan deretan gigi besar dan taringnya, "Kupikir akan lebih baik Alan berjaga disini sampai malam." Daniel berucap santai, melipat kakinya diatas rerumputan, menikmati es yang ia bawa.
"Alan tidak menyerang jika tidak diperintahkan, dan lagi ia hanya mengejar orang yang dianggap mengancam, bukan memakan! cepat turun! ia tidak akan menyerangmu!" Perintah Wendy membuat Angelo berfikir sejenak, memandangi pohon yang ia naiki, lalu beralih ke tempat Wendy berdiri.
"Ada apa lagi?" Wendy bertanya heran, pria itu memalingkan wajahnya dengan canggung.
"Aku tidak bisa turun." Gumamnya yang terdengar Wendy, membuat gadis itu terhenyak seketika.
"Are you kidding me!" Bentaknya kesal, membuat Daniel tertawa cekikikan.
"Bagaimana bisa kau naik kesana, tapi tidak bisa turun?" geramnya kesal.