Wendy melangkahkan kakinya, menelusuri koridor sekolah yang tampak ramai.
hari yang membosankan seperti biasa, tiada hari tanpa rasa bosan, yah! diakan bukan manusia yang hobby belajar, hanya gadis biasa dan normal.
Gadis itu berjalan memasuki kelasnya, melirik sekilas pada sosok lelaki tampan yang tengah sibuk menulis dibuku nya, mungkin sedang mengerjakan tugas, sungguh lelaki idaman bukan? ia tampan, rajin, pintar dan ramah, lelaki yang dulu selalu sukses mencuri perhatian Wendy.
namun rasa itu kini hanya tinggal memory, karna lelaki itu telah memaksanya untuk membunuh perasaan itu dengan semua sikapnya di masa lalu.
"Pagi Wendy," ucapan itu terdengar ramah, namun tak ada balasan untuk salam itu, gadis itu hanya memalingkan wajahnya dan menarik kursinya, memposisikan tubuhnya untuk duduk dengan nyaman, lalu kembali kerutinitas biasanya saat disekolah, mendang kembali pada keluar jendela dengan tatapan datarnya.
"Jangan mengacuhkan kekasih tampanmu ini," Angelo memutar tubunya dan duduk menghadap Wendy, gadis itu tetap setia dengan abaiannya.
"Aku tak pernah ingat punya kekasih seperti dirimu," sarkisnya tajam, hanya kekehan yang lelaki itu beri.
"Mereka ingin aku menjadi kekasihnya, aku ini pria idaman, yakin tak mau?" pandangan keduanya berfokus pada sosok gadis gadis yang menatap kagum pada Angelo.
"Bukankah kau merasa bangga di kagumi para gadis gadis cantik dan pintar itu? pergilah, aku tak menginginkanmu menjadi kekasihku, kau terlalu sempurna untuk gadis bodoh, malas dan jelek sepertiku."
Deg,,,
sesuatu menusuk jantungnya, lelaki itu terdiam, ia tak ingat pernah mengatakan itu pada Wendy, lalu bagaimana gadis itu bisa mengetahuinya? apa Wendy pernah mendengarnya berbicara begitu pada orang lain.
"Eh? kurasa tidak, bukankah gadis seperti Wendy jauh lebih menarik, di bandingkan gadis gadis genit itu," masih setia dengan rayuannya, kini Wendy yang menatapnya dingin.
"Menarik? kamu pikir aku mainan? benda? hingga begitu menarik untuk di permainkan?" sejenak ia menghela nafas.
"kita akan berteman, tapi hanya sebatas teman dan bukan kekasih!" tegasnya menatap mantap pada Angelo, "hanya teman!" ucapnya memperjelas.
Saat tatapannya kembali beralih keluar, pandangannya mendapat sorotan mata dari seseorang di taman sana, lelaki itu bersandar pada pohon taman dengan tatapannya yang melayang pada Wendy.
Taman itu terlihat sepi, hingga satu senyum dan ayunan tangan tertuju pada Wendy, sejenak gadis itu melirik sekitar, tak ada siapapun yang selain dia dan Angelo.
Hah! pasti guru muka dua itu sedang kerasuk hantu, buktinya ia yang biasanya dingin, mendadak sok ramah pada Wendy.
"Manusia aneh." gumamnya mengalihkan tatapannya, namun bukan berarti Angelo tak menyadarinya, lelaki itu melirik sekilas dan mendapati sosok Albert di sana, entahlah, ada sesuatu yang tak nyaman di hatinya melihat senyum lelaki itu pada Wendy.