Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hidden Soul

Nanaa98
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.3k
Views
Synopsis
MASAHIKO ISAMU Siswa baru kelas 1 di SMA Elite High School. Seorang remaja laki-laki dengan kepribadian yang pendiam dan anti sosial membuatnya terlihat seperti anak yang misterius. MASAHIKO ISAMU Tinggal di Kota besar bernama Kota VALLEN. Lebih tepatnya ia tinggal di sebuah Apartemen yang bernama APARTEMEN JANDELLEN yang berada di Distrik 4 pada Kota Vallen itu. Sejak ia berusia 5 tahun, Ayahnya telah meninggal dunia dengan penyebab kematian yang belum jelas, bahkan Ibunya yang seorang Dokter profesional pun tidak mampu menggali penyebab kematian dari suami dan ayahnya ISAMU. Kini MASAHIKO ISAMU hanya tinggal bersama Ibunya (MAYUMI REINA) yang merupakan seorang Dokter penting di Rumah Sakit Pusat Kota. Namun, karena pekerjaannya sebagai seorang Dokter sangatlah sibuk, Ibunya terpaksa harus sering meninggalkan ISAMU sendirian di rumah dari ia masih berusia 5 tahun hingga kini di usianya yang sudah menginjak 16 tahun. MASAHIKO ISAMU memiliki seorang teman sejak kecil hingga saat ini yang berada di satu sekolah dan tinggal di satu gedung Apartemen. Temannya bernama KAORU KEN yang sering ia panggil KEN. KEN adalah satu-satunya teman yang di miliki oleh ISAMU. Waktu terus berjalan bagi ISAMU, keadaanpun juga mulai berubah-ubah. Banyak hal baru yang harus di mulai dan di akhiri. Hingga Kehidupan tenang yang di miliki ISAMU harus berubah secara drastis, kenyataan yang ISAMU terima seakan memaksa membenturkan dirinya dan melihat jiwanya yang tersembunyi. ISAMU tak bisa menghindari takdir yang telah di tentukan untuk dirinya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Hari yang ku jalani

Pukul 07:00.

   "Isamu.. Ini adalah hari pertamamu di sekolah barumu. Ayo bangun nak!"

   "Hmmm..." Isamu menutup wajahnya dengan selimut.

   "Isamu, ayolah sayang. Ibu juga harus berangkat ke Rumah Sakit." Ujar Ibu perlahan keluar dari kamar Isamu.

   "Yaa.." Isamu menyingkirkan selimut dari wajahnya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Setelah bersiap, Isamu berdiri di depan cermin untuk menyisir rambutnya.

   Wajah Isamu begitu sangat tampan, berambut lurus berwarna cokelat, dan berponi menutupi alis yang tebal. Bulu matanya begitu lentik, bola matanya berwarna biru, hidung yang mancung, dan bibir yang tipis membuatnya terlihat sangat tampan.

Tinggi badan 180cm membuat dirinya terlihat begitu menawan.

Hanya saja, kepribadiannya yang antisosial membuat aura pada dirinya tertutup.

~~~

Isamu keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga dan duduk di kursi meja makan untuk sarapan.

   "Isamu, habiskan sarapanmu," Ujar Ibu, meletakan piring sarapan di atas meja, di hadapan Isamu.

Kemudian Ibu duduk pada kursi yang ada di depan meja, di hadapan Isamu.

   "Hmm.." Isamu menyantap sarapannya perlahan.

   "Isamu.. Mungkin malam ini Ibu tidak pulang, Ibu akan menjalani sebuah operasi dengan pasien" Ujar Ibu dengan wajah murung.

Isamu menunduk, dan berhenti mengunyah. Kemudian ia menurunkan sendok dan garpu dari tangannya.

Suasana menjadi sangat tegang dan hening. Ibu berkeringat, menelan ludah secara perlahan.

Isamu tak mengeluarkan sepatah katapun.

   "Semoga lancar." Ujar Isamu dengan ekspresi yang sangat dingin.

Ibu menatap wajah Isamu.

...

   (Ting.. Tang..) Suara bel Apartemennya berbunyi.

   "Ibu akan membukanya, kau habiskan saja sarapanmu." Ujar Ibu berdiri dari duduknya, berjalan perlahan. Lalu, membuka pintu Apartemen.

   "Selamat pagi bibi, Apa Isamu sudah bangun?" Ucap tamu yang datang.

   (Tamu itu adalah Kaoru Ken, teman dekat Isamu. Ken juga seorang remaja yang sangat tampan. Rambutnya berwarna hitam lurus menutupi dahi, beralis mata tebal, dan berbulu mata yang lentik. Bola matanya berwarna cokelat muda, hidungnya mancung dan bibirnya tipis. Tinggi badan Ken 182cm).

   "Ken, Isamu sedang sarapan, masuklah du ..." Ucap Ibu yang saat itu ucapannya terpotong oleh ucapan Isamu yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

   "Aku berangkat sekarang," Ujar Isamu dari balik badan Ibu.

   "Ayo Ken." Ujar Isamu, melangkah ke luar pintu Apartemennya.

Ken merasa bingung dengan suasana yang sangat tegang ini.

   "Bibi, kami berangkat sekolah dulu. Sampai jumpa!" Ujar Ken, ia tergesa-gesa menyusul langkah kaki Isamu yang sangat cepat meninggalkan Apartemennya.

Ibu hanya dapat memandangi dari luar pintu Apartemennya ke arah Isamu dan Ken yang berjalan meninggalkan Apartemen.

(Isamu, maafkan Ibu) Ujarnya dalam hati.

...

   "Isamu.. Tunggu!" Ujar Ken berteriak, mengejar langkah kaki Isamu.

   "Hemm.." Isamu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, melihat Ken yang terengah-engah mengejar langkahnya.

   "Huh.. Bisakah kau patahkan saja kakimu yang berjalan sangat cepat itu?"

   "Kau mau membantunya?" Ujar Isamu.

   "Hah? Membantu apa?" Tanya Ken bingung.

   "Mematahkan kakiku." Sahut Isamu.

   "Hahaha, dasar bodoh! Aku hanya bercanda," Ujar Ken yang tertawa dan mendorong pelan bahu Isamu.

   "Hemm?" Isamu menatap Ken yang tertawa.

   "Dengarlah. Dengan dirimu yang seperti ini saja, sudah banyak menyusahkan ku. Jika kakimu patah, itu akan sangat menyusahkan ku. Karena, aku harus menggendong tubuhmu itu." Ujar Ken menggoda Isamu.

   "Memang itulah tujuanku" Sahut Isamu, melemparkan senyum pada Ken.

Mereka berdua pun, tertawa bersama. Ken merangkul bahu Isamu dan melanjutkan langkah kaki mereka secara perlahan.

Isamu memandang wajah Ken.

   (Ken, Terimakasih! Karena, telah menjadi satu-satunya orang yang menarikku dari kehampaan. Sejak saat itu, sampai sekarang.) Ucap Isamu dalam hati.

   (Kala itu, ketika aku masih kecil. Tak ada seorang pun, yang mau berteman denganku, dan aku seperti tidak membutuhkan teman. Hatiku terasa sangat hampa. Di saat anak-anak yang lain mengejekku dan melempariku dengan sisa makanan mereka di Taman. Tiba-tiba, entah dari mana kau datang melindungiku dan mengusir mereka,)

   ("Hey kalian! Pergilah! Jangan mengganggu temanku! Jika kalian masih mengganggunya, aku akan membuat kalian menangis!")

  (Ujarmu kala itu yang berdiri di depanku yang terjatuh dan berdiri dengan tegak di hadapan mereka. Anak-anak nakal itu, tidak menghiraukan ucapan konyolmu. Mereka malah melemparimu dengan sisa makanan dan mendorongmu juga. Tapi kau tak menyerah, dan kau mendorong salah satu anak di antara mereka, hingga anak itu terjatuh dan menangis. Akhirnya mereka semua pergi)

   ("Hey, apa kau baik-baik saja?" Ujarmu. Lalu, kau mengulurkan tangan padaku.)

   ("Emm.." Sahutku yang terpana menatapmu. Entah mengapa tanganku bergerak sendiri untuk menggapai tanganmu yang kau ulurkan, dan kau menarikku untuk berdiri. Tak hanya menarikku untuk berdiri, rasanya hatiku telah ditarik dari kehampaan yang ku rasakan olehmu.)

   ("Namaku Kaoru Ken, kau boleh memanggilku Ken. Siapa namamu?")

  ("Ma.. Ma.. Masahiko Isamu, k-kau boleh memanggilku Isamu")

   ("Jika mereka mengganggumu lagi, beritahu aku ya" Ujar mu dengan tersenyum lebar dan memberikan tampang yang sangat bodoh, aku pun tersenyum. Untuk pertama kalinya aku tersenyum pada orang lain.

   Semenjak saat itu, kita terus bersama hingga saat ini. Kau tidak peduli walaupun dijauhi oleh orang-orang, karena kau berteman dengan seseorang sepertiku.

Apa pun yang terjadi, kau tetap berada di sampingku.

Kau begitu berharga bagiku, KEN.) Ujar Isamu dalam hati, mengenang bagaimana ia bertemu dengan Ken, dan bagaimana mereka menjadi teman dekat.

...

   "Hey, apa yang terjadi di antara kau dan Bibi?" Tanya Ken, pada Isamu.

    Isamu yang sedang mengenang masa lalu, tiba-tiba tersadar.

Karena pertanyaan yang diajukan oleh Ken.

   "B-bukan apa-apa," Jawab Isamu gugup.

   "Yah.. Ternyata kau tidak menganggapku sebagai temanmu ya?" Tanya Ken.

   "Apa maksudmu?" Tanya Isamu merasa bingung dengan yang diucapkan Ken.

   "Jika kau menganggapku sebagai teman, pastinya kau akan bercerita apapun yang kau rasakan. Baik itu senang, maupun sedih." Ucap Ken, memandang ke awan dengan ke dua telapak tangan memegang lehernya bagian belakang.

   "..."  Isamu hanya terpana melihat Ken.

   "Sudahlah, aku tak akan memaksamu bicara. Dasar manusia Nolep" Ujar Ken. Kemudian ia menoleh ke wajah Isamu dan tersenyum.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah.

***

Sesampainya di Sekolah ...

   Hari pertama masuk Sekolah di SMA Elite High School. Sekolah yang terelit di kota Vallen, dan sekolah yang paling bagus di antara sekolah lainnya yang ada di kota Vallen.

Isamu dan Ken menjadi siswa MOS dalam tahun ajaran baru. Saat itu, seluruh siswa/i MOS menjalani sebuah kegiatan. Hari ini adalah hari pertama MOS mereka hingga, 7 hari ke depan.

   "Baiklah, untuk seluruh siswa dan siswi. Mari kita mulai kegiatannya," Ujar Ketua OSIS SMA Elite High School. (KATSUMI AKIO : Seorang siswa yang sangat tampan dan paling Populer di sekolah. Ia memiliki aura yang sangat mempesona bagi seluruh siswi)

  "Hey Isamu. Lihatlah, Ketua OSIS Akio itu. Sepertinya, kita lebih tampan dibandingkan dirinya." Ujar Ken, yang berada di barisan belakang. Bicara kepada Isamu yang berdiri tepat di depannya.

  "Ssttt diamlah." Ujar Isamu.

Mereka semua pun, menjalani kegiatan MOSnya.

~~~

   Kegiatan itu selesai. Seluruh siswa dan siswi di perbolehkan pulang. Begitu juga dengan Isamu dan Ken,

Mereka berdua pulang bersama, menuju ke rumah masing-masing.

***

Saat berada di dalam lift Apartemen, Isamu berpisah dengan Ken. Karena rumah mereka berbeda 2 lantai.

Isamu keluar dari lift, dengan berjalan perlahan dan berdiri tepat di depan pintu Apartemennya.

Saat ia hendak ingin membuka pintu dengan kunci yang ada di tangannya, Isamu terdiam dan menunduk.

   (Aku selalu sendirian seperti ini.) Sambil melangkah masuk ke dalam Apartemennya.

*****

   6 Hari telah berlalu, ini adalah hari terakhir untuk kegiatan MOS.

Pagi itu, sebelum Isamu berangkat sekolah ...

   "Isamu, hari ini Ibu akan pergi selama satu pekan ke luar kota. Karena tim kesehatan membutuhkan bantuan Ibu," Ujar Ibu, di meja makan. Saat Isamu sedang sarapan.

   "Ya" Ujar Isamu tanpa ekpresi dengan sangat dingin.

   "Terimakasih, nak. Karena kau selalu mengerti Ibu." Ucap Ibu, yang mendekati Isamu. Kemudian memberikan pelukan dari belakang badan Isamu.

   "Hentikan! Aku bukan anak kecil lagi." Ujar Isamu, melepaskan pelukan Ibu dan beranjak pergi meninggalkan meja makan, ke luar pintu Apartemen untuk pergi ke sekolah.

Raut wajah Ibu begitu sangat sedih melihat tingkah Isamu.

   "Isamu, maafkan Ibu. Ibu harus meninggalkanmu terus selama ini, tapi ini demi kebaikanmu nanti." Ujar Ibu, setelah Isamu keluar dari Apartemen.

Saat Isamu keluar dari Apartemennya, ia berdiri di depan lift untuk turun ke lobby Apartemen.

*Lift terbuka...

   "Hey, baru saja aku akan ke Apartemenmu," Ujar Ken di dalam lift saat melihat Isamu di depan lift ketika pintu lift terbuka.

Isamu melangkah masuk secara perlahan ke dalam lift.

   "Ada apa Isamu?" Tanya Ken.

   "Tidak ada apa-apa" Jawab Isamu dengan wajah yang dingin dan murung.

   "Hey bodoh, kau masih belum menganggapku teman ya?" Tanya Ken.

   "T-tidak begitu maksudku Ken"

   "Ya sudah, berhentilah menutupi semua kesedihanmu! Ceritakan padaku tentang semuanya, sekarang!" Ujar Ken, matanya melotot dan menghimpit pipi Isamu dengan ke dua tangannya. Hingga, bibir Isamu menjadi monyong.

   "H-hentikan Ken, aku tidak bisa bicara kalau kau menjepit pipiku seperti ini" Ujar Isamu yang berbicara dengan mulut monyong.

   "Ah iya, kau benar. Aku menjepit pipimu yang dingin dan jelek itu. Hahaha," Ken melepaskan ke dua telapak tangannya dari pipi Isamu.

   "Dasar teman sialan" Ujar Isamu menggerutu.

   "Baiklah, ceritakan padaku sekarang!" Ucap Ken menegaskan, dengan gaya songongnya, yang seakan-akan bisa mengatasi segala masalah.

   "Baiklah, akan ku ceritakan." Ujar Isamu.

   "Benarkah? Inilah yang selalu ku tunggu." Ujar Ken memampangkan wajahnya dekat dengan wajah Isamu, memberikan tatapan mata yang berbinar, dan kedua telapak tangan mengepal menempel di dada.

   "Menjauhlah dariku Ken, kau terlihat menjijikan memberikanku tampang jelek seperti itu!" Ujar Isamu, merasa mual dan menahan tawa.

  "Dasar sialan, aku kan terlalu bersemangat," Ucap Ken mengembalikan dirinya pada sikap yang songong dengan tangan menyilang di dada, dagu maju, dan mata terpejam.

   "Baiklah, ceritakan sekarang padaku! Aku tak sabar mendengarnya." Ujar Ken

   "Akan ku ceritakan. Tapi pertama-tama, kita harus keluar dari lift terlebih dahulu." Ujar Isamu yang sudah keluar dari lift, meninggalkan Ken yang masih di dalam lift, pada sikap songongnya dan matanya yang masih terpejam.

Ken membuka matanya, sontak ia kaget. Karena pintu lift akan menutup.

   "Hey sialan! Kau meninggalkanku!" Teriak Ken, yang berusaha keluar dari dalam lift.

Isamu tertawa geli di luar pintu lift,

Pintu lift itu pun tertutup. Ken tidak memiliki kesempatan untuk keluar pada lift di lobby, dan Ken harus keluar pada lift di basement.

   Kala itu, Isamu tetap tertawa terbahak-bahak sambil berjalan pelan ke luar gedung Apartemen. Lalu, ia berjalan ke depan basement sambil menunggu Ken keluar dari basement.

Isamu menoleh ke arah belakang, ia melihat Ken dari kejauhan yang sedang berjalan tertatih-tatih, dan wajahnya berkeringat.

Wajah Ken terpampang ekspresi sangat kesal melihat ke arah Isamu. Ken berlari dari jalanan basement yang sedikit menanjak, untuk keluar dari basement dan sampai tepat pada tempat Isamu berdiri.

   "Keparaaaaaaaat kau Isamuuuuu! Akan ku bunuh kau sialaaaaaaaaan!" Teriak Ken, sambil berlari menanjak.

Tak lama kemudian, ia sampai di hadapan Isamu. Ken terengah-engah membungkuk di hadapan Isamu dan tidak berdaya karena kelelahan berlari.

   "Bukankah kau ingin membunuhku?" Tanya Isamu, menggoda Ken yang tidak berdaya karena kelelahan.

Ken mendongakkan kepalanya, menatap tajam mata Isamu dengan wajah yang berkeringat.

   "Akan ku bunuh kauuu!" Teriak Ken. Dengan antusias, ia menangkring pada tubuh Isamu.

   "Hey, kau seperti monyet! Turun kau dari tubuhku, dasar monyet!." Teriak Isamu dengan tertawa geli.

Tak kuat menampung berat badan Ken, mereka berdua pun terjatuh di atas aspal jalanan.

   "Dasar bodoh. Gara-gara kau, kita jadi terjatuh seperti ini." Ujar Ken tertawa dan berusaha membangunkan tubuhnya dari aspal jalanan, ia juga membantu Isamu berdiri.

   "Kau yang bodoh seperti monyet! Sudahlah, ayo." Ucap Isamu.

   "Isamu, kau masih memiliki hutang untuk bercerita tentang apa yang membuatmu murung padaku ya!"

   "Iya, aku akan menceritakannya nanti. Ayo, kita akan terlambat" Ujar Isamu, melihat pada jam yang ada di tangannya.

   "Aku sudah jalan dari tadi, dasar bodoh!" Teriak Ken yang berlari jauh di depan meninggalkan Isamu.

   "Dasar sialaaaaaan!" Teriak Isamu mengejar Ken.

~~~~~

Bersambung ...