"Terimakasih banyak atas kebaikan anda, Tuan. Kami adalah siswa/i Elite High Scool. Sebelum lanjut pada pertanyaan wawancara.
Perkenalkan, namaku adalah Chika Minori dan ini adalah rekanku, Masahiko Isamu. Pertama-tama, bisakah anda memperkenalkan siapa nama anda, Tuan?" Tanya Chika mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Kakek Moe di depan kamera.
Mereka mengulangi perkenalan, untuk dokumentasi di kamera perekam video.
"Senang mengenal kalian berdua, nak. Namaku Kazekagi Imoega. Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan. Kalian boleh memanggilku Kakek Moe saja" Ujar Kakek Moe, Kakek Moe mengambil tangan Chika yang di ulurkan padanya, mereka pun berjabat tangan untuk memperkenalkan diri kembali dengan sangat ramah di depan kamera.
"Senang bisa mengenalmu Kakek Moe" Ujar Chika, melepaskan genggaman tangannya perlahan.
Chika pun melirik pada Isamu yang hanya terdiam saja, beberapa kali Chika memberikan isyarat pada Isamu dengan menyenggol lengan Isamu dengan lengannya.
Namun Isamu tetap melamun, hingga akhirnya Chika menendang betis Isamu.
Sontak Isamu kaget dan tersadar, ia melihat ke arah Chika.
Chika memberikan isyarat pada Isamu untuk menjalani tugasnya untuk mewawancarai Kakek Moe.
"S-senang bisa m-mengenalmu K-kakek Moe" Ujar Isamu gugup, ia mengulurkan tangan kanannya pada Kakek Moe. Isamu sambil menahan rasa sakit di betisnya, karena di tendang oleh Chika.
Kakek Moe pun mengambil tangan Isamu yang di ulurkan, untuk berjabat tangan dengan Isamu. Kemudian, ke duanya saling melepaskan genggaman secara perlahan.
"Maafkan kami, Kakek Moe. Rekanku ini sangat gugup" Ujar Chika pada Kakek Moe.
"Tidak apa nak, jangan sungkan" Ujar Kakek Moe mengelus bahu Isamu yang berada di hadapannya.
Isamu terpanah melihatnya, ia seperti merasakan sesuatu saat Kakek Moe menyentuh bahunya.
(Sentuhan ini.. aku seperti pernah merasakannya) Ujar Isamu dalam hati.
Seketika Isamu pun tersadar dan menatap wajah Kakek Moe.
"T-terimakasih banyak K-kakek Moe" Ujar Isamu dengan spontan.
Kakek Moe menyipitkan mata dan tersenyum pada Isamu.
"Isamu fokuslah" Bisik kecil Chika pada telinga kanan Isamu.
Isamu tersadar atas tingkah anehnya, yang membuat dirinya terlihat sangat gugup dan grogi. Isamu pun mengubah sikapnya dalam sekejap. Isamu mengambil nafas yang dalam dan membuangnya lewat mulut secara perlahan.
"B-baiklah Kakek Moe, maaf atas kegugupanku. Sekarang akan kita mulai untuk wawancaranya" Ucap Isamu dengan membangkitkan semangat.
"Silahkan, nak" Ujar Kakek Moe, ia menarik tangannya secara perlahan dari bahu Isamu.
"Saya ingin bertanya, apa hubungannya anda dengan Kedai Kopi LUO ini?" Tanya Isamu tanpa ragu, pada Kakek Moe di depan kamera.
"Hubunganku dengan Kedai Kopi LUO ini adalah, Kedai ini adalah milikku" Ujar Kakek Moe.
"Wah beruntung sekali kami bisa bertemu dan mewawancarai pemilik Kedai ini secara langsung. Benarkan, Isamu?" Ujar Chika.
"Benar, Chika" Ucap Isamu mengangguk.
"Kakek Moe, bisakah anda ceritakan sejarah Kedai Kopi LUO yang Legendaris ini?" Tanya Isamu.
"Tentu saja! Kedai Kopi LUO ini ku bangun sejak 28 tahun yang lalu, di saat usiaku 27 tahun. Mungkin, kalian belum lahir saat itu. Hehehe.. Sejak 28 tahun yang lalu pun semua tidak banyak yang berubah, Kedai ini tetap buka pada pukul 08:00 - 17:00 di hari kerja. Jika di hari libur dan tanggal merah, Kedai ini buka dari pukul 08:30 - 22:00" Ujar Kakek Moe tertawa dengan matanya yang menyipit saat tertawa, maupun tersenyum.
"Waah, cukup lama juga ya usia Kedai ini" Ujar Chika.
"Kakek Moe benar. 28 tahun yang lalu, kami belum lahir. Usia kedai ini lebih tua dari kami" Ucap Isamu yang berusaha profesional.
"Ya begitulah. Saat itu, aku membangun Kedai ini bersama istriku tercinta. Istriku bernama Inaki Anne, ia yang mengusulkan untuk membangun Kedai ini. Namun, setelah 5 tahun berjalannya Kedai ini, Istriku telah meninggal dunia." Ujar Kakek Moe.
"Kami turut berduka cita untuk Istri Kakek Moe, lalu bagaimana anda menjalankan Kedai ini seorang diri?" Tanya Chika.
"Tidak! Aku tidak menjalankannya seorang diri. Sebelum aku membangun Kedai ini, aku dan Istriku memiliki seorang anak laki-laki. Awalnya, aku tidak tahu anak itu datang darimana, usianya saat itu sudah 9 tahun. Ia tergeletak di depan rumahku dengan luka yang sangat banyak. Lalu, sejak saat itu aku merawatnya dan menganggapnya seperti Putraku sendiri, aku juga memasukannya ke dalam Sekolah Dasar, walaupun usianya lebih tua dari anak-anak lainnya saat kelas 1 SD. Namun, karena anaknya sangat cerdas, ia beberapa kali lompat kelas dan menyusul tingkat kelas anak-anak yang seusianya. Saat itu usianya sudah 12 tahun, dan saat itu juga ia akan lulus sekolah dasar. Karena sudah melompati 3 kelas dan akan memasuki Sekolah Menengah Pertama. Aku dan Istriku mulai membangun Kedai Kopi LUO ini. Anak itu yang membantuku sepanjang hari menjalankan Kedai Kopi LUO ini, walaupun ia juga harus bersekolah" Ujar Kakek Moe.
"Lalu?" Tanya Isamu.
"Ia adalah anak yang baik dan rajin, ia memiliki keistimewaan yang tidak pernah ku duga sebelumnya. Ia sangat mirip sepertiku, hanya saja ia lebih baik daripada diriku.
Tahun ke tahun ia bekerja keras membantu aku dan Istriku menjalani Kedai ini sambil melanjutkan Sekolahnya.
3 tahun telah berlalu, kala itu usianya 15 tahun, ia lulus dari Sekolah menengah pertamanya dan mulai menjadi murid baru kelas 1 di salah satu SMA di Distrik 2 ini, tapi kini Sekolah itu sudah di gusur dan telah di jadikan sebuah gedung kantor," Ujar Kakek Moe bercerita.
"Kemudian, 4 tahun Kedai ini berjalan, Putraku berusia 16 tahun lebih 6 bulan dan karena kecerdasannya, ia telah berada di kelas 3 SMA dan akan segera mengikuti Ujian Akhir Sekolah.
Namun, saat itu Istriku mulai sakit-sakitan. Anak itu sangat menyayangiku dan juga istriku, walaupun ia tahu.
Jika, kami berdua bukanlah Orang tua kandungnya.
Akan tetapi, ia merawat Istriku dan aku dengan sangat baik," Kakek Moe lanjut bercerita sambil mengeluarkan ekspresi sedih.
"Bahkan, ia sering kali bolos Sekolah walaupun sedikit lagi waktu Ujiannya akan tiba. Putraku melakukannya hanya untuk merawat Istriku kala itu.
Siang dan malam, ia selalu siap siaga melayani Istriku yang sakit keras.
Tak peduli lelah, tak peduli letih, mengurus Istriku, membantuku menjalankan Kedai ini dan juga harus bersekolah, ia sangat tulus menjalani semua itu di hari-harinya, sampai tak punya waktu belajar untuk ujiannya. Namun, ia lulus dari SMAnya dan tetap mendapat nilai tertinggi di Sekolahnya dari murid-murid yang lain, saat Ujian Akhir Sekolahnya telah selesai"
"Kemudian, setelah Putraku lulus dari SMA, ia akan mulai masuk di University Charllote Sans. tepat pada usia 17 tahun Putraku itu dan 5 tahun kedai ini berjalan, Istriku meninggal dunia. Putraku sangat bersedih, aku sangat merasakannya walaupun sering kali ia menutupinya dariku. Di sepanjang malam ia menangis di kamarnya.
Ia selalu menangis di belakangku. Tapi, saat ia ada di depanku, ia selalu memberikanku kekuatan untuk menghadapi semua ini.
Sejak saat itu, aku hanya menjalani hari-hari dengan Putraku itu, hanya berdua saja." Ujar Kakek Moe dengan ekspresi yang sangat sedih.
"Wah sangat hebat, di usianya yang baru 17 tahun, ia sudah berada di University Charllote Sans. Itu adalah Kampus terelit dan terfavorit di Kota ini. Tapi kami turut merasa sedih atas meninggalnya Nyonya Inaki Anne" Ujar Chika.
"Terimakasih banyak atas perhatiannya. Ya, kau benar sekali. Itu adalah Kampus yang sangat ia idamkan. Harapannya memasuki Kampus itu, agar bisa membangun Kedai ini menjadi lebih besar lagi. Ia telah masuk di University itu, ia tetap gigih. Bekerja membantuku sambil Kuliah di setiap harinya" Ujar Kakek Moe tersenyum.
"Lalu, selanjutnya apa yang terjadi?" Tanya Isamu.
"Setelah itu, Kedai Kopi LUO ini semakin ramai dan di kenal banyak orang dari berbagai Distrik lain. Putraku lah, yang menjadi penyebab kemajuan Kedai Kopi milikku ini. Perlahan kami mulai merenovasi Kedai ini, yang tadinya hanya Kedai kecil, menjadi Kedai yang lumayan besar. Kami pun mulai memperkerjakan beberapa pegawai untuk membantu Kedai ini"
"Sudah 2 tahun berlalu setelah mendiang Istriku pergi dan sudah 7 tahun berjalannya Kedai ini, luka yang tergores akibat kepergian mendiang Istriku mulai memudar. Semua berkat Putraku itu, ia terus memberiku kekuatan yang tiada habisnya. Aku juga tahu, sebenarnya sangat sulit baginya menjalankan semua ini. Tapi, ia mampu mengendalikan dirinya sendiri"
"Kemudian, 10 tahun telah berlalu, ia terus mencari cara agar Kedai Kopi LUO milikku ini untuk tetap hidup selamanya. Tahun ke tahun, ia membangun Kedai Kopi LUO ini menjadi Kedai besar seperti saat ini, saat yang kalian lihat ini. Ini semua adalah hasil kerja kerasnya yang membantuku dengan berbagai macam cara" Ujar Kakek Moe menyipitkan mata sambil tersenyum dalam kesedihannya.
"Betapa sangat hebatnya Kakek dan Putra Kakek Moe itu" Ujar Chika.
"J-jika, k-kami boleh tahu. Di manakah Putra Kakek Moe saat ini?" Tanya Isamu yang spontanitas keluar dari bibirnya.
Saat pertanyaan itu keluar, Kakek Moe tiba-tiba terdiam sesaat. Kakek Moe merubah ekspresi bibirnya yang tersenyum menjadi ekspresi yang bersedih.
(Bersambung...)