Pagi itu pukul 07:00 hujan turun sangat deras. Isamu dan Ken sedang sarapan di dapur.
"Yah, hari ini hujan turun ya" Ucap Ken.
"Ehm" Gumam Isamu.
Tiba-tiba ponsel Ken berdering.
((Kring.. kring..))
"Rie menelepon ku" Ujar Ken, Ken menunjukkan ponselnya pada Isamu.
Isamu melihat ke arah ponsel milik Ken sambil mengunyah makanan.
Ken menjawab telepon dari Rie.
"Halo, Rie. Ada apa?"
"Baiklah, hujan juga sangat deras. Tadi ku lihat pemberitahuan cuaca hari ini, jika cuaca hari ini sangat tidak bagus,"
"Baiklah, ku tutup dulu ya. Bye" Ujar Ken kepada Rie lewat telepon.
Isamu hanya mendengarkan pembicaraan Ken dan Rie, sambil menyantap sarapannya.
"Isamu, Rie berkata jika hari ini dia ada urusan mendadak dan Chika juga sedang tidak enak badan. Jadi apa tidak masalah jika misi selanjutnya di undur menjadi besok?"
"Ehm" Sahut Isamu mengangguk.
"Lagi pula, kita sudah menyelesaikan dua misi. Hanya tinggal mengunjungi dua tempat lagi. Setelah itu misi kita selesai. Sangat mudah bukan?" Ujar Ken, ekspresinya sangat sombong.
"Ya" Ucap Isamu.
Isamu telah menghabiskan sarapannya dan akan membawa piring bekas makannya ke wastafel dapur.
Isamu berdiri dan melangkah ke arah wastafel sambil membawa piring bekas makannya.
"Hey Isamu, kapan Bibi Mayumi akan kembali? Bagaimana jika misi ketiga, kita selesaikan saja dengan meminta bantuan dari Bibi Mayumi?" Tanya Ken, dan berusaha memberikan usul.
Isamu hanya diam sambil mencuci piringnya.
Ken datang menghampiri Isamu yang sedang mencuci piring di wastafel dengan membawa piring bekas makannya ke wastafel.
"Hey Isamu, bagaimana menurutmu atas usul ku?"
"Ibuku tidak akan memiliki waktu," Ucap Isamu, sambil meletakkan piring yang telah ia cuci di rak piring.
"Kita belum mencobanya, jangan jadi orang yang pesimis. Lagi pula, Bibi Mayumi adalah Ibumu. Rasanya tidak mungkin jika ia menolak untuk membantu kita"
"Percuma saja."
"Ah kau sangat keras kepala! Aku akan menghubungi bibi Mayumi" Ujar Ken, Ken berlari ke meja makan untuk mengambil ponselnya.
"Ken!" Teriak Isamu, mencoba menghentikan Ken. Isamu berlari menyusul Ken.
"Diam!" Ujar Ken. Ken mencoba menghubungi Ibunya Isamu lewat telepon.
[[Tutt.. Tutt.. Tutt]]
Beberapa kali Ken berusaha menghubungi. Tapi Ibunya Isamu, tidak menjawab teleponnya.
"Sudah ku bilang bukan?! Percuma saja meminta bantuan padanya! Lebih baik tidak pernah meminta bantuan padanya!" Ujar Isamu. Isamu melangkah keluar dari dapurnya dan duduk di sofa TV dengan ekspresi yang sangat kesal.
"Yah Isamu, mungkin Bibi Mayumi sedang menangani pasien. Kau tidak boleh bicara seperti itu, dia adalah Ibumu."
"Diam, Ken. Aku tidak ingin membahasnya!"
((Kring.. Kring)) Suara ponsel Ken berdering.
Ken mengangkat ponsel yang ada di genggamannya, dan melihat siapa yang meneleponnya.
Ternyata yang menelepon adalah Ibunya Isamu, (Mayumi Reina).
"Lihatlah! Apa ku bilang?" Ujar Ken menunjukkan ponselnya. Bermaksud untuk pamer dengan Isamu. Jika, Ibu Isamu ternyata menelepon balik kepada Ken.
"Halo Bibi Mayumi,"
"Jadi begini Bibi, Sekolah kami memberikan misi untuk kegiatan MOS, misinya adalah mewawancarai para pekerja di berbagai tempat. Isamu dan aku berkelompok dengan 2 gadis lainnya. Kami telah menyelesaikan 2 misi, dan misi selanjutnya adalah mewawancarai pekerja di Rumah Sakit Utama, yaitu tempat Bibi bekerja. Bisakah Bibi membantu kami?"
"Benarkah? Itu berita yang bagus Bibi. Tapi bukankah kau sedang di luar kota?"
"Baiklah Bibi, besok kami akan ke Rumah Sakit Utama untuk bertemu denganmu, terimakasih banyak Bibi Mayumi"
"Apa Bibi? Oh, Isamu? Ya dia baik-baik saja. Aku sudah menemaninya selama 3 hari dan menginap di rumahmu. Setelah kau pulang dari dinasmu, jangan lupa untuk memberikan ku gaji selama aku mengurus bayi besarmu ini ya Bibi? Hehehe"
"Yes, terimakasih banyak Bibi Mayumi. Baiklah sampai jumpa!"
Ken menutup teleponnya. Kemudian, ia meletakkan ponselnya di atas meja yang ada di hadapan sofa TV.
Ken memegang erat ke dua bahu Isamu. Lalu, menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. Hingga tubuh Isamu terombang-ambing sampai kepala Isamu merasa pusing.
"Lepaskan aku, Ken." Ujar Isamu yang sempoyongan. Ken melepaskan genggaman tangannya dari ke dua bahu Isamu. Kemudian, Isamu jatuh terlentang dan berbaring di atas sofa.
"Tahu kah kau? Bibi Mayumi mau membantu kita! Dia berkata, besok dia akan kembali ke Rumah Sakit Utama dan kita bisa mewawancarainya di Rumah Sakit. Terlebih lagi, dia berkata akan menggaji ku yang telah mengurusmu! Ini sebuah kebahagiaan yang luar biasa!" Ujar Ken, Tiba-tiba Ken menibani tubuh Isamu yang sudah tergeletak di atas sofa.
"Dasar mata duitan!" Ujar Isamu. Dengan suara yang sangat lesu.
"Ayolah Isamu, kita bisa bersenang-senang nanti." Ujar Ken, lagi-lagi ia memegang ke dua bahu Isamu dan menggoyang-goyangkan bahu Isamu.
"Hentikan, Ken! Aku merasa sangat mual dan pusing. Dan menyingkirlah dari tubuhku, Ken." Ucap Isamu dengan tubuh yang sudah lemas.
"Kita, akan berbelanja dan membeli video game baru. Oh ya, kita juga bisa membeli seri film Anime kesukaan kita! Oh tidak, aku sudah mengkhayalnya" Ucap Ken merasa sangat gembira.
Ken pun menyingkir dari atas tubuh Isamu. Namun, ia menaruh pantatnya di atas perut Isamu dengan duduk menyamping.
"Aaaah" Teriak Isamu, saat Ken menibani perut Isamu dengan pantat Ken. Mulut dan wajah Isamu dengan refleks menganga dan mengangkat melayang, lalu terjatuh kembali di atas sofa.
"Ken, aku akan mati" Ucap Isamu. Isamu merasa sakit pada perutnya seperti di tindihi gorila.
"Ups, maafkan aku! Hehe. Aku terlalu bersemangat" Ucap Ken sambil mengangkat pantatnya dari atas perut Isamu. Kemudian, Ken duduk di sisi lain sofa, dekat dengan kaki Isamu.
Isamu bangun dari sofa.
"Aku akan membalasmu!" Teriak Isamu, tiba-tiba Isamu menyerang Ken.
"Aaah! Tidak! Ampun Isamu. Hahaha" Ujar Ken.
Isamu menibani tubuh Ken. Sampai Ken berbaring terlentang di atas sofa, Isamu menggelitiki tubuh Ken, hingga Ken tertawa terbahak-bahak lebar, sampai mengeluarkan air mata.
"Isamu, sungguh! Ku mohon hentikan! Aku merasa geli sampai ingin kencing. Ku mohon lepaskan aku." Ujar Ken memohon ampun pada Isamu. Namun, Isamu tidak menghiraukan permohonan Ken dan terus menggelitiki tubuh Ken.
"Kau rasakan ini, Ken. Hiyaaaaaakk" Ucap Isamu, Isamu terus menyerang Ken.
"Isamu ku mohon, Isamu ampun!!! Hahahaha. Aku sudah tidak kuat menahannya" Teriak Ken dengan suara tertawa geli.
Lalu, tiba-tiba celana Ken basah. Seperti ada air mengalir dari keran yang bocor. Tak sengaja kaki Isamu merasakan air yang terasa hangat.
Kemudian, Isamu menghentikan penyerangannya kepada Ken, dan mengangkat kakinya yang terasa ada air hangat yang menyiram.
"Aaaaaaah! Air apa ini??" Teriak Isamu melihat kakinya basah.
"Mampus lu! Haha" Ujar Ken, wajahnya menghadap ke wajah Isamu.
"Kau mengompol? Astaga Ken, kau jorok sekali! Ewhhh." Ucap Isamu berteriak di hadapan wajah Ken yang terbaring di atas sofa.
"Hahaha, itu salahmu! Rasakan air kencing mautku!" Teriak Ken sambil tertawa di depan wajah Isamu.
Isamu mengingkir dari atas tubuh Ken, ia berdiri di samping sofa dengan meregangkan kakinya dan melihat kakinya yang basah akibat di kencingi oleh Ken. Kemudian, Isamu memalingkan matanya ke arah sofa yang di tiduri oleh Ken. Ken yang masih berbaring menatap ke arah Isamu.
"Astaga Ken, kau kencingi sofaku" Teriak Isamu.
"Bodo amat! Untung saja ini bukan sofaku! Hahaha" Ujar Ken, membangunkan tubuhnya dari sofa dan berdiri menghadap Isamu.
"Jorok! Jangan mendekatiku! Akan ku bunuh jika kau mendekat!" Ujar Isamu menunjukkan jari telunjuk pada Ken, memberi peringatan agar Ken tidak mendekatinya dengan keadaan celana Ken yang sudah basah karena mengompol.
"Haaa, ini hukuman untukmu!" Ujar Ken dengan menunjukkan ekspresi liar kepada Isamu.
Ken pun mendekati Isamu. Isamu berlari ke belakang sofa menghindari Ken, karena merasa terancam dan merasa jijik dengan Ken yang mengompol. Mereka berdua pun saling kejar-kejaran mengelilingi sofa dengan canda tawa yang sangat gembira.
Beberapa saat kemudian, mereka mengangkat sofa yang terkena air kencing Ken dan membawanya ke kamar mandi khusus mencuci pada ruangan yang cukup luas di sisi Apartemennya untuk di cuci. Lagi-lagi mereka sambil bercanda saling menyemprotkan air satu sama lain, mereka terlihat sangat bahagia dalam keadaan apa pun.
~~~
"Ah, gara-gara kau mengompol. Kita nonton film tanpa sofa" Ucap Isamu.
"Semua adalah salahmu! Siapa suruh kau menggelitiki aku?"
Isamu dan Ken duduk di karpet menonton film anime favorit mereka, sambil memakan camilan keripik dan meminum minuman kaleng yang kemarin malam mereka beli di supermarket.
~~~
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, hujan masih juga turun dengan deras. Ken merasa bosan karena hanya menonton film saja sepanjang hari.
"Yah hujan tidak berhenti juga ya," Ujar Ken, Ken meletakkan bungkusan keripik kosong di sampingnya.
"Ehm" Gumam Isamu.
"Isamu, bagaimana kalau kita minum kopi di Kedai Kopi LUO saja? Apa kau tidak merasa bosan hanya berdiam diri di Apartemen?"
"Hujan"
"Iya memang hujan, tapi kita tidak akan terkena hujan. Kita turun dari lift langsung berada di basement. Kemudian, naik mobilmu. Lalu, sampai di Kedai Kopi LUO. Bagaimana?" Ujar Ken dengan memperagakan rencananya dengan jari tangan.
"Tidak." Ujar Isamu, sambil mengunyah camilan keripik.
"Aaaah, ayolah Isamu" Ujar Ken memohon kepada Isamu.
Melihat Ken yang memohon kepadanya, Isamu merasa kasihan dengan Ken yang mungkin memang merasa bosan. Isamu pun mengiyakan permohonan Ken.
"Baiklah, ayo" Ujar Isamu.
"Benarkah? Asyiiiikkk!" Ujar Ken yang mengeluarkan ekspresi girang.
"Tapi, kau yang menyetir ya" Ujar Isamu.
"Baiklah, serahkan padaku. Aku juga ingin memlancarkan untuk menyetir" Ujar Ken dengan penuh semangat.
Tanpa basa-basi, mereka pun bersiap-siap dan langsung turun ke basement untuk menaiki mobil. Ken menyetir mobil dan mengarahkan stirnya menuju Distrik 2.
~~~
Beberapa waktu kemudian, mereka sampai di depan Kedai Kopi LUO pukul 1 siang, mereka melihat jika Kedai sedang ramai pengunjung. Isamu dan Ken turun dari mobil. Lalu, mereka masuk ke dalam Kedai Kopi LUO. Mereka duduk di kursi depan meja kasir. Saat itu, Kakek Moe berada di dapur belakang sedang membantu pegawainya membuat camilan untuk pelanggan. Saat Kakek Moe keluar dari dapur, ia melihat ada Isamu dan juga Ken yang sedang duduk. Ken juga melihat ke arah Kakek Moe.
"Kakek Moe," Ujar Ken sambil melambaikan tangannya ke arah Kakek Moe.
Kakek Moe tersenyum dan melangkah menghampiri mereka.
"Tidak di sangka Isamu dan Ken datang. Tapi, di mana Chika dan Rie" Ujar Kakek Moe.
"Rie memiliki urusan, Chika sedang sakit. Mungkin Chika kelelahan" Ujar Ken.
"Oh begitu ya, kasihan sekali Chika" Ucap Kakek Moe.
"Bagaimana kabarmu, Kakek Moe?" Tanya Ken.
"Kabarku baik, bagaimana dengan kalian?" Ujar Kakek Moe.
"Kami sangat baik, hanya saja hari ini kami merasa bosan. Karena tidak dapat menjalankan misi" Ujar Ken.
"Beristirahatlah sejenak, agar tidak sakit seperti Chika." Ucap Kakek Moe dengan sangat ramah.
"Terimakasih atas perhatiannya Kakek Moe" Ucap Ken.
"Apa kalian ingin memesan sesuatu?" Tanya Kakek Moe.
"Tentu saja Kakek, aku ingin memesan kopi yang waktu itu pernah kau buatkan untuk kami" Ujar Ken.
"Baiklah. Bagaimana denganmu, Isamu?" Tanya Kakek Moe, kepada Isamu.
"A-aku, aku juga sama seperti Ken saja. Kakek Moe" Ujar Isamu.
"Baiklah, tunggu sebentar ya" Ujar Kakek Moe.
Kakek Moe meninggalkan mereka untuk membuatkan pesanan mereka.
Saat itu, salah satu pegawai di Kedai Kakek Moe, keluar dari dapur membawa sebuah nampan berisi camilan kue untuk di berikan kepada pelanggan yang duduk di dekat jendela.
Pegawai itu adalah seorang gadis cantik, berambut panjang berwarna merah marun, matanya bersinar berwarna biru, kulitnya putih dan terlihat halus. Gadis itu memakai pakaian pegawai Kedai, dengan celemek yang mengikat pinggang rampingnya.
Ken memandang gadis itu dengan mata yang melotot, sedangkan Isamu sibuk melihat-lihat sekeliling.
"Isamu, Isamu, Isamu. Lihatlah!" Ujar Ken sambil memukul-mukul bahu Isamu.
Isamu merasa kesakitan.
"Ah sakit, ada apa Ken?" Tanya Isamu melihat ke arah Ken yang duduk di sampingnya sambil memukul bahunya.
"Lihatlah ke sana! Gadis yang membawa nampan itu." Ujar Ken menunjuk ke arah gadis itu yang sedang mengantarkan pesanan kepada pelanggan.
Isamu melihat ke arah seseorang yang di tunjukkan oleh Ken.
"Cantik bukan?" Tanya Ken kepada Isamu.
"Ehm" Ujar Isamu.
"Ah dasar upnormal! Siapa pun gadisnya, kau tidak pernah tertarik! Sepertinya kau bukan seorang laki-laki. Isamu!" Ujar Ken melihat ekspresi Isamu yang terlihat biasa saja.
"B-bukan begitu. Ken" Ucap Isamu.
"Ini dia kopi kalian" Ujar Kakek Moe, meletakkan dua cangkir kopi di hadapan mereka.
Isamu dan Ken memalingkan pandangannya pada Kakek Moe.
"Terimakasih Kakek Moe" Ujar Isamu dan Ken dengan bersamaan.
Kakek Moe tersenyum kepada mereka berdua, dengan mata yang menyipit.
Isamu dan Ken meminum kopi yang telah di sajikan oleh Kakek Moe.
"Kakek Moe, siapakah gadis yang di sana?" Tanya Ken kepada Kakek Moe.
"Oh gadis yang membawa itu nampan. Namanya adalah Harunai Minako. Dia adalah pegawai di Kedai ini, ia sudah ku anggap seperti cucuku sendiri. Setelah ia kehilangan ayah dan ibunya. Ia tinggal di Kedai Kopi ini dan membantuku di Kedai ini," Ujar Kakek Moe.
"Kasihan sekali. Tapi, saat pertama kali kami datang ke sini. Mengapa kami tidak melihat Harunai ada di Kedai Kopi ini?" Ucap Ken.
"Saat itu, ia memiliki urusan yang sangat penting. Jadi ia tidak di sini" Ujar Kakek Moe.
"Yah sangat di sayangkan ya, kita tidak sempat berkenalan." Ujar Ken.
Kemudian, Kakek Moe memanggil Harunai untuk menghampiri dirinya. Harunai pun datang menghampiri Kakek Moe.
"Harunai, ini adalah Isamu dan Ken. Mereka adalah orang yang kemarin ku ceritakan padamu." Ujar Kakek Moe, memperkenalkan Harunai kepada Isamu dan Ken.
"Halo Harunai, senang bisa mengenalmu." Ujar Ken dengan ekspresi yang malu-malu kucing.
"Senang mengenal kalian, namaku Harunai" Ujar Harunai kepada Isamu dan Ken.
Mereka bertiga pun saling berkenalan. Namun, Isamu tetap saja menunjukkan ekspresi yang biasa saja. Terlihat seperti seorang laki-laki yang tidak tertarik dengan perempuan. Sebenarnya di dalam hati Isamu ada perasaan malu dan tidak tahu bagaimana cara mendekati seorang perempuan.
Hari itu, Isamu dan Ken menghabiskan waktu di Kedai Kopi LUO. Hingga Kedai itu tutup.
(Bersambung...)