Isamu dan Chika berada di dalam Ruangan Tuan Hetto Anako.
"Silahkan duduk" Ujar Tuan Hetto.
"Terimakasih banyak Tuan" Ujar Isamu.
Isamu dan Chika duduk di sebuah sofa yang ada di dalam Ruangan Tuan Hetto.
"Maaf jika kami tidak mengerti keadaan masalah yang sedang terjadi di Kantor ini, Tuan Hetto. Tapi, kami benar-benar sangat membutuhkan hasil dari wawancara untuk tugas MOS kami" Ucap Chika kepada Tuan Hetto.
"Tidak apa, ku beri waktu 5 menit dari sekarang. Kita bisa mulai wawancaranya sekarang." Ujar Tuan Hetto.
"B-baiklah Tuan" Ujar Isamu.
Chika mengeluarkan kamera perekam dari dalam tasnya.
"Isamu, aku yang merekam. Kau yang mewawancarai Tuan Hetto, jangan sia-siakan waktu yang telah kau tentukan." Ucap Chika kepada Isamu.
"B-baiklah." Sahut Isamu, merasa sangat depresi dan berusaha melawan keraguan yang ada di dalam hatinya.
Chika bangun dari duduknya dan mundur beberapa langkah dengan memegang kamera perekam, tujuannya agar Isamu dan Tuan Hetto terlihat jelas di dalam kamera.
Mereka pun memulai wawancaranya.
"Maaf telah mengganggu anda Tuan. perkenalkan, namaku adalah Masahiko Isamu. Bisakah kau perkenalkan dirimu dan jabatan apa yang kau tempati di Kantor Informasi KENKAI ini?" Tanya Isamu kepada Tuan Hetto, pertanyaan awal membuka wawancara.
"Namaku adalah Hetto Anako, jabatanku di Kantor ini sebagai Direktur Peneliti Informasi" Ujar Tuan Hetto, menjawab pertanyaan Isamu.
"Senang mengenal anda, Tuan Hetto. Sudah berapa lama anda bekerja di kantor ini? Lalu, pengalaman apa saja yang sudah anda peroleh dengan bekerja di Kantor Informasi KENKAI ini?"
"Senang mengenalmu juga, 14 tahun yang lalu, saat Kantor Informasi ini baru di bangun. Aku sudah bekerja di Kantor ini. Saat itu, pertama kali aku bekerja di Kantor ini, usiaku baru 13 tahun. Banyak pengalaman yang aku dapatkan saat bekerja di Kantor Informasi KENKAI ini. Salah satunya, aku bisa menemukan Informasi yang selalu ku cari. Walaupun sedikit demi sedikit"
Isamu terkejut mendengar jawaban dari Tuan Hetto. Bagaimana tidak? Di usia 13 tahun yang terbilang sangat muda, Tuan Hetto sudah bekerja di Kantor Informasi KENKAI yang sangat penting ini bagi Kota Vallen.
"S-sungguh hebatnya anda, Tuan Hetto. Bisakah anda ceritakan sejarah Kantor Informasi KENKAI ini dari saat pertama kali di bangun hingga saat ini?"
"Tentu saja. Saat itu, Kantor Informasi ini di bangun dan membentuk banyak tim dengan tujuan untuk membongkar segala Informasi tersembunyi. Namun, seiring berjalannya waktu. Kantor Informasi ini menjadi sumber utama Informasi biasa bagi Kota Vallen" Ujar Tuan Hetto.
"S-saya tidak mengerti maksud anda Tuan" Ucap Isamu yang merasa bingung dengan jawaban Tuan Hetto.
Tiba-tiba seorang pria bernama Iko yang sebelumnya bertemu dengan Isamu dan Chika, berlari tergesa-gesa masuk ke dalam Ruangan Tuan Hetto.
"Pak Hetto, ini gawat!" Ujar seorang pria yang bernama Iko itu.
Isamu dan Chika merasa sangat bingung melihat situasi itu.
"Ada apa Iko?" Tanya Tuan Hetto kepada Iko.
"Surat misterius itu! Tim pengamatan Informasi menemukan banyak surat misterius itu lagi di Ruangan pengamatan! Isi ancaman di dalam surat itu semakin buruk Pak."
"Baiklah, aku akan segera ke sana. Kau pergi duluan ke Ruang pengamat dan coba temukan surat-surat lainnya di setiap Ruangan yang ada di dalam Kantor ini" Ujar Tuan Hetto.
"Baik Pak." Ujar Iko, Iko pun pergi meninggalkan Ruangan itu.
Suasana saat itu terasa sangat membingungkan. Isamu dan Chika merasa sangat bingung dan juga penasaran dengan apa yang sedang terjadi di Kantor itu.
"Maaf Nak, sepertinya aku tidak bisa membantu kalian." Ujar Tuan Hetto kepada Isamu dan Chika.
Chika mematikan kamera perekamnya, lalu melangkah menghampiri Isamu dan Tuan Hetto.
"Tidak apa Tuan, maafkan kami yang tidak memahami keadaan genting yang sedang terjadi di Kantor ini" Ucap Chika, Chika mengambil tasnya sambil memasukan kameranya ke dalam tas.
Isamu merasa sangat penasaran dengan surat misterius itu.
"Tuan Hetto, ancaman apa yang ada di dalam surat misterius itu? Mengapa ada yang meneror Kantor Informasi KENKAI?" Tanya Isamu yang merasa sangat penasaran.
"Aku rasa ini bukan urusan kalian, kalian bisa meninggalkan Kantor ini sekarang. Aku masih memiliki urusan yang harus ku selesaikan." Ujar Tuan Hetto mendesak Isamu dan Chika, agar segera meninggalkan Ruangannya.
"Baiklah Tuan, kami pergi sekarang. Terimakasih banyak atas bersedianya anda untuk kami wawancarai." Ujar Chika, Chika mengerti bahasa tubuh Tuan Hetto yang menginginkan mereka segera pergi.
"Baiklah kalian bisa meninggalkan Ruangan ini sekarang." Ujar Tuan Hetto mendesak mereka lagi.
Kala itu Isamu masih duduk karena merasa sangat penasaran, Chika pun memegang ke dua bahu Isamu dan berusaha membangunkan Isamu untuk berdiri agar segera meninggalkan Ruangan itu.
"Ayo Isamu," Ucap Chika memegang dan mengangkat bahu Isamu.
Isamu tidak memberikan penolakan dan langsung menurut dengan yang di katakan oleh Chika. Walaupun di dalam hatinya, ia merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
Isamu dan Chika meninggalkan Ruangan Tuan Hetto. Saat mereka keluar dari pintu belakang Kantor Informasi KENKAI dan melangkah menuju parkiran, tiba-tiba Isamu ingin kembali ke dalam Kantor itu.
"Chika, aku baru mengingatnya. Ada barangku yang tertinggal di Ruangan Tuan Hetto. Aku akan mengambilnya. Kau tunggu saja di dalam mobil bersama Ken dan Rie. Aku akan segera kembali" Ujar Isamu kepada Chika. Isamu langsung berlari untuk kembali ke dalam Kantor itu dan meninggalkan Chika.
"Isamu.." Teriak Chika dari belakang Isamu yang memanggil dirinya. Tapi, Isamu tidak menghiraukan Chika yang memanggilnya.
Isamu berlari masuk ke dalam Kantor itu lagi.
Isamu berbohong kepada Chika dengan memberikan alasan, jika barangnya tertinggal di dalam Ruangan. Sebenarnya, ia sangat merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi di Kantor itu.
(Entah mengapa, perasaan ini rasanya sangat aneh.) Ujarnya dalam hati.
Ia berjalan perlahan sambil melihat situasi, agar ia tidak ketahuan dengan para pekerja yang ada di dalam Kantor itu.
Ia sampai tepat di dekat Ruangan Tuan Hetto. Isamu bersembunyi di samping siku dinding dekat dengan jendela Ruangan Tuan Hetto, agar tidak ketahuan oleh Tuan Hetto.
(Keadaan di Kantor ku semakin kacau.)
(Aku tidak bisa merasakan keberadaan pelaku yang menyebarkan surat ancaman itu, dengan kekuatan BIJON ku. Bisa di pastikan, jika pelakunya bukanlah manusia biasa. Aku sangat yakin, ini ada sangkut pautnya dengan anggota IRAGE.)
(Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Aku akan menemukan pelakunya sebelum itu terjadi)
(Baiklah, aku tutup teleponnya. Akan ku hubungi lagi nanti)
Isamu mendengar pembicaraan Tuan Hetto dengan orang lain di telepon.
Isamu merasa sangat heran dan tidak mengerti apa yang di maksud oleh Tuan Hetto.
(Bukan perbuatan manusia? Kekuatan BIJON? Anggota IRAGE?)
(Aku tidak mengerti apa yang di maksud oleh Tuan Hetto.)
Ujar Isamu dalam hati yang merasa sangat bingung setelah mendengar pembicaraan Tuan Hetto.
Isamu mencoba untuk menguntit Tuan Hetto melalui jendela di sebelahnya, yang dapat melihat langsung ke dalam Ruangan Tuan Hetto. Saat itu, Tuan Hetto mengunci pintu Ruangannya.
Tak sengaja Isamu melihat Tuan Hetto melepaskan kemejanya di dalam Ruangan itu.
Isamu sangat terkejut melihat apa yang terjadi di dalam Ruangan Tuan Hetto.
Isamu melihat punggung Tuan Hetto mengeluarkan sayap berwarna hitam yang terlihat sangat aneh.
(Seandainya saja HANE ku ini sudah pulih. Pasti dengan sangat mudahnya aku menemukan Anggota IRAGE yang berani meneror wilayahku!)
Ujar Tuan Hetto dari dalam Ruangan, sambil melihat sayap yang ada di punggungnya.
(A-apa itu?) Ujar Isamu yang sangat terkejut di dalam hati. Isamu membekap mulutnya dengan ke dua tangan.
Wajah Isamu berkeringat, ekspresinya seperti merasa sangat takut dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Tak sengaja sebuah tong sampah yang ada di belakang Isamu tersenggol olehnya, hingga membuat suara keributan.
Lalu, Tuan Hetto menyadari ada seseorang yang menguntitnya.
Tuan Hetto langsung mengenakan kemejanya lagi, sayap aneh yang ada di punggungnya tiba-tiba menghilang seakan tersedot ke dalam tubuhnya.
Isamu merasa sangat takut. Saat ia ingin melarikan diri agar tidak ketahuan Tuan Hetto. Tiba-tiba terjadilah situasi dan keadaan yang sangat aneh.
Tubuh Isamu tidak dapat bergerak. Suasana sekitarnya menjadi hitam putih.
(Apa yang terjadi pada tubuhku? Mengapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku?) Ujar Isamu dalam hati, dengan keadaan tubuhnya yang tidak bisa di gerakkan dan tidak bisa berbicara.
Ia melihat ke arah jam dinding yang ada di sudut dinding sebrang Ruangan Tuan Hetto.
(Apa?! Detik pada jam itu berhenti! Apa yang sebenarnya terjadi?!) Ujarnya dalam hati, ia merasa sangat bingung dan ketakutan dengan apa yang terjadi saat ini.
Tiba-tiba, Tuan Hetto keluar dari pintu Ruangannya menghampiri Isamu.
(M-mengapa dia bisa menggerakkan tubuhnya?) Tanya Isamu dalam hati, ia merasa bingung melihat Tuan Hetto tidak mengalami sekujur tubuh kaku seperti yang Isamu alami saat ini.
Mata Isamu mengikuti pergerakan Tuan Hetto yang menghampiri dirinya.
Kini, Tuan Hetto berdiri di hadapan Isamu.
(A-apa yang akan kau lakukan padaku?!) Ujar Isamu berteriak dalam hati. Tapi sayangnya, teriakan itu tidak bisa keluar dari mulut Isamu.
Tiba-tiba Tuan Hetto menyentuh kepala Isamu dan memperlihatkan pergerakan yang seakan menarik sesuatu dari kepala Isamu.
(A-apa yang kau lakukan?! Tidaaaaaak!!!!) Teriak Isamu yang hanya bisa berteriak di dalam hati.
Kemudian, Isamu pingsan tidak sadarkan diri.
(Bersambung...)