"Kalian sudah menunggu lama ya?" Tanya Ken pada Rie dan Chika, saat ia dan Isamu sampai di hadapan mereka. Wajah Ken memucat dengan senyum nyengir, mengekspresikan rasa malu atas keterlambatannya dengan Isamu.
"Iya, kalian sangat lama sekali datangnya. Hingga kita bosan menunggu. Benarkan Chika?" Ujar Rie dengan ekspresi sedikit bete.
"M-maafkan kami, semua ini salahku" Ujar Isamu yang tiba-tiba membungkukkan tubuh dan menundukkan kepalanya di hadapan Chika dan Rie.
Melihat sikap Isamu yang tiba-tiba ramah dan lemah lembut, Ken mengeluarkan ekspresi yang sangat terkejut. Ke dua mata Ken melotot dan mulutnya menga-nga sangat lebar melihat Isamu. Tidak hanya Ken yang terkejut, Chika dan Rie pun ikut terkejut. Hingga, mereka bertiga tidak mampu mengeluarkan kata-kata.
Kala itu, Isamu merasa heran. (Mengapa mereka bertiga tidak bersuara?)
Isamu dengan tampang bodohnya, mengangkat wajahnya secara perlahan dan melihat mereka bertiga yang berada tepat di hadapannya. Mereka diam mematung dengan mulut mangap semua.
(Mengapa mereka seperti patung? Ekspresi mereka pun sangat bodoh dan mangap pula) Ucap Isamu di dalam hati, melihat ke tiga temannya yang berada di hadapannya.
"A-apa k-kalian baik-baik saja?" Tanya Isamu dengan tubuh yang masih membungkuk. Tetapi, wajah dan matanya menatap pada mereka bertiga.
"Apa aku sedang bermimpi?" Tanya Ken dengan sangat polos.
"S-sepertinya, ia bukan Isamu," Ujar Rie dengan posisi tubuh dan ekspresi di wajahnya yang tidak berubah.
"Hemm.. Kalian benar!" Ucap Chika, menganggukkan kepalanya dengan tatapan mata tidak berpaling dari Isamu.
"Apa kalian sudah gila berkata seperti itu? Aku adalah Isamu!" Ujar Isamu, menegakkan tubuhnya yang membungkuk.
"Jika kau benar-benar Isamu temanku sejak kecil, cobalah untuk menjawab pertanyaanku!" Ucap Ken, mulai menggerakkan tubuhnya yang sempat mematung dan berjalan perlahan mengelilingi Isamu dengan tatapan mata yang tak lepas pada Isamu.
"Apa kau sudah gila? Kenapa kita malah jadi bermain tanya-jawab?" Tanya Isamu heran, lirikan matanya mengikuti pergerakan Ken yang mengelilingi dirinya.
"Dari jauh bentuknya terlihat bundar, begitu sudah dekat ternyata bentuknya kotak. Apa itu?" Ken memberikan ekspresi serius pada pertanyaan itu.
"Pertanyaan bodoh macam apa itu?" Tanya Chika dan Rie menoleh pada Ken secara bersamaan.
"Suttt.. Kalian berdua diamlah! Jika dia adalah Isamu, maka ia akan menjawabnya." Ujar Ken pada Chika dan Rie.
"Ken, ini bukanlah saatnya untuk bercanda!" Ucap Isamu.
"Sudahlah, Jawab saja! Tinggal menjawab kok susah amat," Ujar Ken menatap tajam mata Isamu.
Isamu merasa jika Ken sudah tidak punya otak. Tapi, jika keinginan Ken tidak dituruti, sudah pasti Ken akan melakukan hal gila lainnya.
Akhirnya, Isamu pasrah. Isamu menelan ludah dan menjawab pertanyaan dari Ken.
"Dari jauh bentuknya terlihat bundar. Begitu sudah dekat, ternyata bentuknya kotak. Jawabannya adalah SALAH LIHAT. KARENA, MATAKU KOTOK," Ucap Isamu mengeluarkan ekspresi malu. Karena jawabannya, mengandung unsur pengakuan buruk pada dirinya sendiri.
(Krik.. krik.. krik..) Suara jangkrik yang memberi tanda. Jika, tanya jawab antara Ken dan Isamu sangat garing.
Seketika suasana menjadi hening..
Tiba-tiba..
Chika dan Rie tertawa karena pertanyaan dan jawaban yang bodoh dari Ken dan Isamu.
"Ternyata kau memang Isamu temanku, kau menjawabnya sama persis saat kita masih kecil. Ekspresimu juga sama bodohnya seperti dulu," Ujar Ken memeluk Isamu dan menempelkan pipinya pada pipi Isamu. Kemudian, Ken menggosok-gosokkan pipinya di pipi Isamu.
"Ken.. Lepaskan pelukanmu dan menyingkirlah, gua bener-bener geli sama kelakuan lu!" Ujar Isamu berusaha melepaskan pelukan Ken yang sangat erat, pipinya terkoyak-koyak karena gosokan dari pipi Ken.
"Isamu, aku terharu. Aku pikir kau sudah melupakannya. Aku sangat terkejut saat melihat sikapmu yang sangat ramah tadi! Ku pikir, aku telah kehilangan temanku yang tolol."
"Lu bener-bener gak punya otak ya? Mana mungkin aku bisa melupakan pertanyaan konyolmu itu saat kita masih kecil?"
"Ken benar.. Kami pun terkejut melihatnya. Isamu si freezer kulkas, berubah menjadi ramah dan hangat." Ucap Rie.
"Ehh?.." Ujar Isamu menunjukkan ekspresi malu dengan jari-jari tangannya menggaruk kepalanya di bagian belakang.
"Akhirnya kau mau berubah Isamu" Ujar Ken yang masih saja terharu dan masih memeluk Isamu dengan sangat erat.
"Ken, sudahlah. Kita terlihat seperti cowok homo karena tingkahmu ini" Ucap Isamu, perlahan melepaskan pelukan Ken.
Mereka pun tertawa bersama-sama untuk beberapa waktu yang lumayan lama, sambil bercanda-canda dan ngobrol ngalor ngidul(Gak jelas) bersama-sama.
~~~
"Jadi, tempat mana yang akan kita tuju pada hari pertama ini?" Tanya Chika menghentikan canda tawa semua orang.
"Oh iya, kita hampir melupakan tujuan kita," Ucap Rie.
"Bagaimana menurutmu, Isamu?" Tanya Ken.
Isamu terlihat gugup saat mereka bertiga menyerahkan segala keputusan pada dirinya.
"A-aku rasa, l-lebih baik kita ke Kedai Kopi LUO di Distrik 2 terlebih dahulu. Sepertinya, tempat itu sedikit lebih mudah untuk kita wawancarai." Ujar Isamu memberikan usul.
"Iya Isamu, kau benar. Lebih baik, kita menuju tempat yang berurutan saja. Seperti urutan saat Ken membaca gulungan-gulungan kertas itu," Ucap Chika membantu Isamu memberikan Usul.
"Aku juga sependapat dengan Chika" Ujar Rie
"Sepertinya itu ide yang bagus!" Ujar Ken.
"Baiklah, kita mengikuti urutan saja. Pertama, Kedai Kopi LUO Distrik 2
Kedua, Kantor Informasi KENKAI Pusat Kota Distrik 8
Ketiga, Rumah Sakit Utama Distrik 6
Dan yang terakhir adalah, Kantor Perusahaan MOEGI Distrik 5" Ujar Isamu.
"Tapi jaraknya akan menjadi sangat jauh. Karena kita harus bolak-balik ke Distrik yang acak dan tidak berurutan," Ucap Rie, menunjukkan ekspresi malas.
"Tenang saja. Untuk menjalankan misi ini, kita bisa menggunakan mobil Isamu sebagai kendaraan yang mengantar kita sampai tempat tujuan dari misi-misi kita," Ucap Ken yang nyengir menunjukkan giginya dengan telapak tangan mengelus ubun-ubunnya sendiri.
Mendengar ucapan Ken, Isamu melongo dan menatap dengan ke dua mata melotot terkejut ke arah Ken, dengan ekspresi yang sangat dungu.
(Apa yang kau katakan barusan Ken? Dasar sialan. Kau membuatku merasa tidak enak hati) Ujar Isamu dalam hati.
Ken hanya nyengir-nyengir saja.
(Maafkan aku Isamu, aku tidak bermaksud membuatmu salah tingkah. Hahaha) Ujar Ken dalam hati.
Seakan-akan mereka bisa berkomunikasi lewat hati tanpa bicara lewat mulut.
"Bagus Isamu! Sepertinya untuk menjalankan misi ini, bisa kita mengatasinya dengan mudah. Mengapa kau tidak bilang dari awal jika kau memiliki sebuah mobil? Itukan sangat bagus. Tadinya ku pikir, kita akan naik angkutan umum kota untuk bolak-balik pada Distrik yang berbeda dan jaraknya sangat jauh." Ujar Rie sangat gembira.
"Ehh iya.. hehehe" Ujar Isamu salah tingkah mengelus rambut pada kepalanya di bagian belakang.
"Lalu, kapan kita akan mulai menjalankan misi?" Tanya Chika.
"B-bagaimana jika sekarang?" Tanya Isamu.
"Itu bagus! Ayo berangkat sekarang!" Ujar Rie dan Ken secara bersamaan dengan penuh rasa semangat.
"Kalau begitu ayo." Ujar Chika menatap mata Isamu.
"A-ayo." Ujar Isamu yang sedikit gugup.
Mereka semua pun melangkah perlahan dari taman menuju parkiran taman, tempat yang di mana mobil Isamu terparkir.
~~~
Tak lama kemudian pun,
Mereka sampai di parkiran dan berdiri tepat di depan mobil Isamu.
"A-ayo semuanya naik ke dalam mobil," Ucap Isamu yang masih saja gugup.
Isamu merasa sangat gugup dan canggung. Untuk pertama kalinya, Isamu berada di dalam satu mobil bersama orang lain selain Ibunya dan Ken. Terlebih lagi, kali ini Isamu pertama kalinya mengendarai dengan dua gadis remaja yang berada di dalam satu mobil yang sama.
Mereka semua naik ke dalam mobil.
Ken duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah kursi kemudi yang di duduki oleh Isamu.
Chika dan Rie duduk di kursi penumpang bagian tengah mobil.
"J-jangan lupa pakai seatbelt kalian ya" Ujar Isamu, mengunci seluruh pintu mobil secara otomatis di kendalikan dari tombol yang ada di samping bagian dalam pintu mobilnya, dan ia pun juga memakai seatbelt pada dirinya.
Yang lain pun juga mengenakan Seatbelt.
Setelah itu, Isamu menyalakan mesin mobilnya. Tanpa basa-basi mobil yang Isamu kendarai melaju meninggalkan Taman Distrik 5 untuk menuju Kedai Kopi LUO yang berada di Distrik 2.
~~~
Saat itu, di dalam perjalanan..
"Apa kalian membawa kamera untuk merekam hasil wawancaranya nanti?" Tanya Rie saat di dalam perjalanan.
"Astaga.. Kita tidak memikirkannya saat berangkat menemui kalian" Ucap Ken sambil menepuk jidatnya.
Isamu yang sedang mengemudikan stir mobil, hanya diam dan merasa kebingungan di dalam hati.
"A-apa kita kembali ke Apartemenku dan Ken dulu, untuk mengambil kamera?" Tanya Isamu memberikan usul, bicaranya masih terbata-bata karena perasaan canggung.
Saat itu Chika tidak mendengar pembicaraan mereka bertiga. Karena ia menggunakan headset di telinganya untuk mendengarkan musik selama di perjalanan.
"Memangnya di mana Apartemen Kalian?" Tanya Rie.
"Apartemen kami berada di Distrik 4, sebelum ke Distrik 2 kita akan melalui Distrik 4" Ujar Ken.
"Tapi itu akan memakan waktu banyak karena tidak melalui jalan pintas. Aku khawatir jika Kedai Kopi LUO akan tutup dan kita akan terlambat" Ujar Rie.
"Memangnya jam berapa Kedai Kopi itu tutup?" Tanya Isamu.
"Pada hari kerja, Kedai itu tutup jam 5 Sore. Lalu, pada hari libur Kedai itu akan tutup jam 10 malam" Ucap Rie memberitahukan pada Isamu.
Isamu dan Ken melihat waktu pada jam tangan mereka secara bersamaan. Hari ini adalah Hari kerja yang berarti Kedai Kopi LUO akan tutup pada pukul 5 sore.
"Oh tidak, sekarang jam 3:50 Sore. Apa saja yang kita lakukan di Taman hingga menghabiskan waktu sebanyak ini? Dan tadi saat di lampu merah jalan Utama pakai macet segala" Ucap Ken dengan ekspresi yang sangat depresi.
Isamu hanya diam tanpa berkata-kata, namun ia memikirkan sesuatu untuk memecahkan masalah ini.
Sesekali Isamu melihat pada kaca spion tengah. Ia melihat Chika lewat cermin itu, yang sedang mendengarkan musik menggunakan headset sambil memejamkan mata.
Rie menyadari jika Isamu melirikkan matanya pada Chika lewat cermin itu. Rie pun bolak balik menatap Chika dan melihat mata Isamu yang terlihat sedang melirik Chika lewat cermin. Sontak saja Rie juga baru menyadari jika dari tadi Chika tidak mendengarkan pembicaraan mereka.
"Jadi bagaimana solusinya?" Tanya Ken dengan perasaan bingung.
Tiba-tiba, Rie menyenggol bahu Chika untuk membuat Chika membuka matanya dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Saat bahu Chika di senggol, sontak saja Chika membuka matanya dengan perasaan kaget. Isamu masih sesekali melihat ke arah Chika lewat cermin. Namun, saat Chika membuka mata. Isamu langsung berhenti melihat spion tengah dan mengarahkan pandangannya pada jalanan.
"A-ada apa?" Tanya Chika yang langsung membuka matanya dan melepaskan headset dari telinganya.
Ken memutarkan badannya melihat pada Chika dan Rie, saat Chika berkata dengan gugup.
"Apa kau tidak mendengarkan pembicaraan kami, Chika?" Tanya Rie.
"M-maafkan aku, aku menggunakan headset untuk mendengarkan lagu. Jadi aku tidak bisa mendengar apa yang sedang kalian bicarakan" Ujar Chika salah tingkah.
"Ya ampun Chikaaaaaa" Ujar Ken sambil menepuk Jidatnya lagi.
"M-maafkan aku. Memangnya apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Chika.
"Kita tidak membawa kamera untuk merekam saat mewawancarai pekerja di Kedai Kopi LUO nanti" Ujar Rie memasang muka cemberut.
"T-tapi kita bisa kembali dulu ke Apartemen Isamu untuk mengambil kamera" Ujar Ken.
"Sudah ku bilang padamu Ken! Jika melewati jalan raya utama, kita tidak akan sempat. Kau juga bisa lihat sendiri, dari tadi kita tidak bisa melaju dengan cepat. Jalanan begitu ramai dan macet, laju mobil jadi sering tertahan. Jika kita melalui jalan raya utama dan tidak melalui jalan pintas, kita akan sampai pada Kedai Kopi LUO dengan sia-sia saja!" Ujar Rie berdebat dengan Ken. Karena merasa sangat depresi dengan keadaan ini.
"Tapi, jika kita datang tepat waktu pun. Kita juga akan sia-sia, karena kita tidak membawa kamera untuk merekam hasil wawancara kita!" Ujar Ken yang tiba-tiba membalas perdebatan Rie. Ken terbawa emosi karena, pusing memikirkan solusi, di tambah lagi keadaan jalanan yang macet.
"Semua ini salahmu Ken!" Ujar Rie yang memampangkan wajahnya.
"Mengapa aku yang di salahkan? Seharusnya kau yang salah!" Ujar Ken. Ken juga menolehkan wajahnya ke belakang dan memampangkan wajahnya di hadapan wajah Rie.
Ken dan Rie saling bertatap mata dengan tatapan yang sangat tajam di mata mereka. Suasana jadi memanas pada situasi ini.
"T-teman-teman. I-ini b-bukan saatnya untuk berdebat, kita harus mencari solusinya" Ujar Isamu berusaha meredakan perdebatan antara Ken dan Rie.
"DIAM KAU ISAMU!!" Teriakan Ken dan Rie mengarahkan tatapan tajam pada Isamu yang sedang mengemudi.
Isamu terkejut memasamkan wajahnya dan mengeluarkan ekspresi ngeri dan horor, seperti sedang melihat dua hantu yang tidak tahu diri dan dungu.
"J-jangan khawatir, aku membawa kamera untuk di gunakan saat wawancara. Semalam, aku telah menyiapkan apa saja yang di perlukan untuk menjalankan misi hari ini'' Ucap Chika, memisahkan perseteruan antara Ken dan Rie.
Sontak mereka bertiga langsung mengarahkan tatapan mata mereka pada Chika secara bersamaan.
"Aaaah Chika. Untung saja kau sangat inisiatif, tidak seperti Ken yang tidak memiliki otak untuk inisiatif!" Ucap Rie sambil menatap tajam pada Ken.
"APA KAU BILANG?!" Ujar Ken.
"Sudahlah Ken! Balikkan tubuhmu dan menatap ke arah jalanan saja" Ucap Isamu, telapak tangan kirinya mendorong perlahan wajah Ken agar Ken menatap ke depan.
"Sudah Rie, tak perlu berdebat seperti ini" Ucap Chika yang menenangkan Rie.
"Ayo Isamu, kau fokus saja untuk mengemudi. Saran dariku, lebih baik kita melalui jalan pintas saja, agar sampai di Kedai Kopi LUO dengan tepat waktu" Ujar Chika.
Isamu pun fokus untuk mengemudikan mobilnya melalui jalan pintas agar cepat sampai pada Kedai Kopi LUO di Distrik 2 dengan tepat waktu.
***
Setelah satu jam lebih dalam perjalanan,
Mereka semua pun sampai di depan Kedai Kopi LUO pada pukul 16:59
Mereka melihat. Jika Kedai Kopi LUO akan segera tutup.
Tanpa basa-basi lagi, mereka turun dari mobil dan berlari ke depan Kedai Kopi LUO yang sebentar lagi rolling door nya akan di tutup.
"T-TUNGGU!" Ujar mereka secara bersamaan sambil berlari untuk menghampiri seorang pria paruh baya yang akan menutup rolling door nya.
Sontak saja seorang pria paruh baya itu terkejut dan menghentikan ke dua tangannya untuk menutup rolling door Kedai, saat mendengar teriakan mereka dari jauh.
Mereka berlari dengan sekuat tenaga..
Tak lama kemudian,
Mereka sampai di hadapan pria paruh baya itu dengan nafas terengah-engah karena berlari.
(Bersambung..)