"Selamat Sore Tuan, maaf kami mengganggu," Ujar Chika yang masih terengah-engah, menyapa seorang pria paruh baya yang ada di depan Kedai untuk menutup rolling door.
"Ada apa nak?" Tanya pria paruh baya itu, ia menghentikan pekerjaannya dan berdiri menghadap mereka.
"Sebelumnya perkenalkan, namaku adalah Chika. Anak laki-laki ini bernama Isamu, yang satunya lagi bernama Ken, dan anak perempuan di sebelah Ken adalah Rie. Kami adalah Siswa/i dari Elite High School Distrik 3, tidak terlalu jauh dari Distrik 2 ini." Ucap Chika memperkenalkan diri dan yang lainnya.
"Oh kalian murid-murid dari Sekolah itu" Ujar pria paruh baya itu, menyipitkan mata sambil tersenyum.
"A-apakah Tuan mengetahui Sekolah kami itu?" Tanya Ken, mendekatkan diri ke hadapan pria paruh baya itu.
"Tentu saja! Setiap tahunnya, Sekolah itu sering mengirim beberapa murid baru, untuk mengunjungi beberapa tempat termaksud Kedai Kopi LUO milikku ini." Ujar pria paruh baya itu dengan sangat ramah.
"Jadi, Tuan adalah pemilik Kedai Kopi LUO ini? Apakah kami boleh mengetahui siapa namamu, Tuan?" Tanya Chika dengan sangat ramah.
"Ya, aku adalah pemilik Kedai ini. Namaku Kazekagi Imoega. Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan, rasanya tidak enak untuk ku dengar. Panggil saja aku Kakek Moe" Ujar pria paruh baya itu, memberitahu pada mereka dengan sangat ramah.
"Senang sekali bisa mengenalmu Kakek Moe" Ucap mereka semua, memberikan salam ramah. Kecuali Isamu.
Isamu terpaku melihat sekeliling Kedai Kopi LUO di antara mereka, yang sedang asik berkenalan dengan Kakek Moe.
"Beruntung sekali rasanya, kami bisa menemui pemilik Kedai Kopi LUO ini sekarang. Benarkan, Chika?" Ujar Rie.
"Uhmm" Gumam Chika tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Baiklah. Apa kalian datang ke sini untuk melakukan tugas untuk mewawancarai?" Tanya Kakek Moe.
"Apa kau seorang peramal? Benar sekali Kakek Moe, kami datang ke sini untuk mewawancarai" Ujar Ken.
"Betul kakek Moe, tujuan kami datang ke Kedai Kopi LUO ini, karena kami memiliki tugas yang sangat penting. Yaitu mewawancarai salah satu pekerja di Kedai Kopi LUO ini, dan kami akan merasa beruntung sekali jika di perbolehkan mewawancarai anda, selaku pemilik Kedai Kopi LUO ini" Ujar Rie dengan sangat ramah dan selalu tersenyum.
"Akan ku wujudkan. Maka beruntung sekali murid baru tahun ini, karena akan mewawancaraiku secara langsung. Biasanya aku tidak terima di wawancarai, aku selalu meminta pegawaiku yang melakukan wawancara. Baiklah, ayo silahkan masuk ke dalam Kedai ku" Ujar Kakek Moe dengan sangat ramah, Kakek Moe pun membuka pintu Kedai untuk mengajak mereka masuk ke dalam Kedai.
"Waaah, beruntungnya kita.." Ujar Rie, menunjukkan rasa gembira kepada Chika dan Ken. Mereka bertiga pun tersenyum merasa senang.
Isamu tetap diam, melihat ke arah sekeliling Kedai Kopi LUO itu.
Kakek Moe mengajak mereka masuk ke dalam Kedai, ia melangkah terlebih dahulu masuk ke dalam melalui pintu Kedai, di ikuti oleh Chika, Rie, dan Ken yang melangkah terakhir.
Sebelum Ken masuk ke dalam.
Ken menoleh ke belakang, ia melihat Isamu masih mematung yang melihat sekeliling Kedai.
"Hey Isamu, apa yang kau lakukan?" Tanya Ken meneriaki Isamu, sebelum melangkah masuk ke dalam Kedai.
Isamu tersadar mendengar teriakan Ken, ia pun melihat pada Ken dan langsung mengikuti langkah kaki Ken, untuk memasuki Kedai Kopi LUO itu.
~~~
Saat Isamu melangkah masuk ke dalam Kedai Kopi LUO itu, ia melihat jika Kakek Moe, Chika dan Rie duduk pada kursi yang ada di depan meja kasir dan meja penyajian kopi.
Isamu melihat sekitar ruangan dan suasana yang ada di dalam Kedai itu, sambil melangkah perlahan menyusul langkah Ken, dan menuju pada yang lainnya.
"Tunggulah di sini sebentar, aku akan membuatkan kopi untuk kalian. Agar wawancara kita lebih leluasa" Ujar Kakek Moe yang berada di hadapan mereka, yang di batasi dengan meja yang tinggi mejanya, setinggi dada mereka semua.
"Kakek Moe, ku rasa itu tidak perlu. Kedatangan kami, tidak bermaksud ingin merepotkanmu" Ujar Chika, ia merasa tidak enak hati pada Kakek Moe yang mau membuatkan kopi untuk mereka.
"Itu sama sekali tidak merepotkan, kalian adalah tamuku" Ujar Kakek Moe menyipitkan matanya sambil tersenyum ramah.
Kakek Moe pun membalikkan badannya dan membuatkan kopi untuk mereka.
Di belakang badan kakek Moe, terdapat dapur kecil terbuka. Khusus untuk membuat kopi.
Terlihat seperti suasana pada meja bar, akan tetapi kedai ini hanya menyajikan kopi dan camilan saja. Lantai-lantai Kedai ini masih menggunakan kayu, dan seluruh dekorasi ruangannya terlihat sangat antik.
Berbeda dengan Caffe-caffe pada umumnya, yang menggunakan dekorasi mewah dan kekinian di kalangan remaja.
Di sekitar ruangan Kedai itu, juga terdapat lukisan-lukisan antik yang sangat unik. Lampu-lampu yang menggantung pada langit-langit Kedai, juga masih menggunakan lampu lampion yang unik.
Di beberapa sudut ruangan, terdapat beberapa bingkai foto yang berukuran lumayan besar. Lalu, wangi di dalam ruangan itu adalah wangi kopi yang sangat melekat. Orang-orang sering menyebut, jika Kedai Kopi LUO ini adalah satu-satunya Kedai Kopi Legendaris di Kota mereka.
Pada saat kakek Moe sedang membuat kopi, Isamu sampai pada yang lain.
Isamu berdiri tepat di samping Ken, yang akan duduk di kursi, di samping kursi Rie.
Ken melihat pada Isamu, yang terlihat seperti orang kebingungan. Ken pun menarik lengan Isamu agar lebih dekat dengannya.
"Ada apa Isamu? Kau terlihat sangat aneh." Tanya Ken yang sedikit mencemaskan tingkah aneh Isamu.
Isamu memalingkan pandangannya pada wajah Ken.
"T-tidak." Ujar Isamu dengan ekspresi yang tidak biasanya.
Ken berusaha untuk mempercayai Isamu, ia pun meminta Isamu duduk di sebelahnya.
Kemudian, Isamu tidak menolak permintaan Ken dan langsung duduk di sebelahnya.
"Ini kopi spesial buatanku untuk kalian semua, semoga kalian menikmati dan menyukainya." Ucap Kakek Moe, ia membawa empat buah cangkir yang berisikan kopi di dalamnya.
Kakek Moe pun meletakkan cangkir-cangkir kopi itu, pada meja panjang penyajian kopi di hadapan mereka masing-masing.
"Terimakasih banyak Kakek Moe, maaf karena telah merepotkanmu" Ujar Chika.
"Tidak. Jangan sungkan" Ujar Kakek Moe dengan sangat ramah.
"Aroma dari kopi ini sangat memikat, bolehkah aku meminumnya?" Tanya Ken, ia sambil mengangkat cangkir kopinya dan mencium aroma kopi itu.
"Tentu saja boleh, silahkan dinikmati" Ujar Kakek Moe menyipitkan mata dan tersenyum.
"Selamat minum!!!" Ujar semua orang. Kecuali Isamu, sikapnya yang diam dan dingin kembali lagi.
Mereka semua meminum perlahan kopi itu secara bersama-sama, Kakek Moe yang juga meminum kopi bersama mereka.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Kakek Moe dengan mata menyipit dan mengukirkan senyuman di bibirnya.
"Uummm nikmatnya kopi ini" Ujar Rie.
"Aaaaah.. Aaaaah.. Waarbyasaah nih kopi" Ucap Ken sambil mengeluarkan ekspresi dungu.
"Uhmmm" Gumam Chika, setelah meminum kopi dengan tersenyum.
Hanya Isamu yang tidak memberikan reaksi apa pun.
Setelah Isamu menurunkan cangkir kopi itu dari bibirnya, ia terus memandangi cangkir itu dan melihat pada kopi yang ada di dalam cangkirnya. Perlahan-lahan Isamu seperti melihat sesuatu.
(A-ayah..) Terdengar suara teriakan anak kecil di dalam telinga dan benak Isamu.
(Plaak...) Suara gaplokan tangan. Ternyata Ken yang memukul bahu Isamu, saat Isamu sedang dalam lamunannya.
"Isamu! Ada apa?" Ujar Ken, setelah memukul bahu Isamu.
Isamu tersadar dan langsung menatap ke arah Ken.
"T-tidak ada apa apa!" Ucap Isamu gugup.
Saat itu Kakek Moe sedang sibuk menjawab pertanyaan Rie, tentang kopi yang baru saja mereka minum. Namun, sesekali Kakek Moe melirik pada Isamu dan Ken.
Chika yang melihat keadaan Isamu, berdiri dari kursinya, kemudian mendekat pada Isamu dan Ken.
"Ken, ada apa?" Tanya Chika.
"Tidak Chika, Kebiasaan si bodoh yang dulu kembali lagi" Ujar Ken.
"Isamu, fokuskan saja pada misi kita ini. Jangan pikirkan yang lain." Ujar Chika, mengelus bahu kanan Isamu.
Isamu terkejut, saat merasakan tangan Chika yang mengelus bahunya dengan lembut. Ia pun melihat ke arah tangan Chika yang berada di bahunya.
"Aku akan memulai wawancaranya, kau harus bersiap-siap ya. Isamu!" Ucap Chika memberikan senyum hangat pada Isamu.
Isamu terdiam menatap Chika. Chika perlahan melepaskan tangannya dari bahu Isamu dan melangkah kembali pada kursinya.
...
"Kakek Moe, bisakah kita memulai wawancaranya?" Tanya Chika setelah kembali dan duduk di kursinya.
"Tentu saja, dengan senang hati" Ujar Kakek Moe.
"Isamu, bisakah kau kemari dan duduk di sebelahku?" Tanya Chika pada Isamu.
Isamu mengangguk dan melangkah ke arah Chika. Kemudian, ia duduk di kursi sebelah Chika.
Ken mempersiapkan kamera untuk merekam wawancara mereka.
Rie bertugas untuk mencatat hal-hal penting.
Chika dan Isamu yang akan memberikan pertanyaan kepada Kakek Moe.
"Baiklah, kamera sudah siap! Kita bisa mulai sekarang!" Ujar Ken dari belakang kamera.
Kamera recorder pun telah dinyalakan oleh Ken.
Chika dan Isamu duduk berhadapan dengan Kakek Moe.
"Terimakasih banyak telah mengizinkan kami untuk mewawancarai anda, Tuan" Ucap Chika pada Kakek Moe, untuk membuka percakapan wawancara.
"Dengan senang hati, aku menerima kalian untuk mewawancaraiku. Silahkan ajukan pertanyaan apa saja kepadaku, aku akan menjawabnya dengan senang hati" Ujar Kakek Moe dengan senyum.
(Bersambung...)