Mereka sampai di Apartemen Isamu..
Mereka telah selesai membersihkan badan dan mengganti pakaian, kini Isamu dan Ken sedang beristirahat di ruang TV.
Lalu, Isamu ke dapur untuk membuat makanan dan meninggalkan Ken yang sedang asik menonton film di ruang TV.
~~~
Tak lama kemudian, Isamu keluar dari dapur dengan membawa dua mangkuk mie seduh ke ruang TV untuk dimakan oleh mereka berdua.
"Ini punyamu." Ujar Isamu memberikan satu mangkuk mie seduh kepada Ken.
"Waaah terimakasih banyak, kau sangat mengerti aku. Cacing di perutku hampir menggerogoti ususku." Ucap Ken mengambil mangkuk yang diberikan oleh Isamu.
Mereka berdua pun menyantap mie seduh itu bersama, dengan duduk di lantai beralas karpet bulu rasfur dan bersandar pada bagian bawah sofa sambil menonton film di TV.
Suasana sangat menyenangkan. Terlebih lagi, Ken adalah orang yang sangat pecicilan tak bisa diam dan juga banyak omong. Bahkan di saat sedang makan pun, mulut Ken tetap saja terus mengoceh dan menggoda Isamu walaupun mulutnya dipenuhi oleh makanan.
Tak lama kemudian, mereka telah menghabiskan makannya, dan sedang mencuci mangkuk pada wastafel yang ada di dapur.
Isamu selesai mencuci mangkuk, Ken mengambil segelas air. Lalu, Ken duduk pada kursi yang berada di depan meja khusus untuk memasak di hadapan Isamu.
"Hey Isamu, menurutmu bagaimana kita menjalankan misi besok?"
"Aku ikuti kau saja"
"Dasar tidak berguna! Kau adalah ketuanya!"
"Aku tidak pernah ingin menjadi ketua! Kaulah dan dua gadis itu yang memaksaku melakukannya,"
"Kau benar juga! Kau kan pria bodoh yang tak peduli apa pun. Bagaimana bisa kau mengatasi ini?!" Ujar Ken mengejek Isamu sambil menggaruk kepalanya sendiri.
"Apa aku sebodoh itu?"
"Memang! Jika tidak bodoh, kau akan berkelakuan layaknya ketua!" Ujar Ken.
Isamu menyadari jika dirinya begitu egois, yang mempertahankan sikap antisosialnya.
"Kalau begitu, apa yang harus ku lakukan sekarang?" Tanya Isamu yang mencoba menerima kedudukannya, sebagai ketua kelompok.
"Hemm.. apa ya??" Tanya Ken mengetuk kepalanya, memandang ke arah langit-langit rumah dengan serius.
Isamu dengan payahnya malah mengikuti kelakuan Ken dan ikut menatap ke atas langit-langit rumah juga.
Tak lama kemudian..
"Ahaaa! Aku tau.." Ujar Ken, mengeluarkan sikap seakan-akan telah mendapatkan pemikiran cemerlang, yang tiba-tiba mengagetkan Isamu, dengan mengangkat jari telunjuk dengan tatapan yang sangat bodoh.
Sudah pasti idenya adalah ide yang sangat ngawur, karena tatapan matanya pun tidak menunjukkan ide yang serius.
"Sialan! Kau mengagetkanku!" Ujar Isamu yang terkejut melihat Ken.
"Hey, mengapa kau melihat ke arah plafon barusan? Apa di plafon ada wanita sexy?" Tanya Ken melihat Isamu yang sebelumnya melihat ke arah langit-langit rumah mengikutin tingkah Ken.
"Dasar otak mesum! Aku mengikutimu! Kau sendiri, mengapa lihat ke arah plafon tadi?" Tanya Isamu.
"Hahaha, aku hanya mencari ide. Biasanya orang yang pintar, sering mencari ide dengan melihat ke arah atas"
"Apa di plafon tertulis sebuah ide?"
"Ah sudahlah, tanya-jawab denganmu sama saja menyiksa batinku. Bisa-bisa aku menjadi gila!" Ujar Ken, mengeluarkan ekspresi seperti orang yang putus asa.
"Aku punya hal yang lebih penting. Aku telah menemukan jawaban atas pertanyaanmu tadi." Ujar Ken dengan serius.
"Pertanyaan yang mana?" Tanya Isamu dengan ekspresi yang polos.
"Isamu mendekatlah.." Ujar Ken, Ken mendekatkan wajahnya ke hadapan Isamu yang berada di depan meja.
"Apa Ken? Caramu memanggilku terlihat sangat mesum" Ujar Isamu meragu. Namun, perlahan mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Ken.
"Aku hanya ingin memberitahumu, kau begitu sangat bego ya! Rasanya ingin aku bor kepalamu hingga tembus ke dalam otakmu! Agar otakmu bolong dan bocor" Teriak Ken di depan muka Isamu.
"Sialan! Air liurmu muncrat ke mukaku! Mulutmu juga bau seperti bau tai kerbau!" Ucap Isamu, sambil mengelap wajahnya yang dibanjiri air liur Ken. Isamu juga menutup hidungnya, serta menarik wajahnya menjauh dari hadapan wajah Ken.
Ken tertawa sangat gembira saat itu.
Isamu pun, ikut tertawa bersama Ken untuk beberapa saat.
"Jadi, apa yg harus ku lakukan?" Tanya Isamu yang menghentikan canda tawa mereka.
"Oh iya.. Aku hampir melupakan ideku, karena kebodohanmu.. Baiklah akan ku beritahu. Pertama, kau harus merubah sifat dan sikapmu yang seperti FREEZER itu menjadi lebih hangat dan terbuka.
Kedua, kau harus mengusulkan pendapatmu. Ketiga, pikirkan keputusan pertama untuk menjalani misi MOS. Yaitu, di manakah besok kita akan bertemu dengan dua gadis imut itu." Ujar Ken.
"Baiklah aku mengerti. Tapi bantu aku berpikir, di manakah tempat yang tepat untuk kita pastikan bertemu dengan mereka besok." Ujar Isamu.
Ken kembali mengetuk kepalanya sambil melihat ke atas langit-langit rumah.
"Bagaimana, kalau kita datang ke Apartemen mereka saja?" Usul Ken, dengan ekspresi wajah yang konyol.
"Tidak! Aku tidak mau. Bagaimana, kalau kita bertemu di Taman Kencana Distrik 5? Bukankah itu tempat di tengah-tengah, antara kita dan mereka?" Ujar Isamu.
"Kau terlalu kejam pada para gadis itu Isamu, kau sungguh tega membiarkan mereka berjalan jauh" Ucap Ken dengan muka yang sangat memelas.
"Aku tidak peduli! Itulah pendapatku" Ujar Isamu yang tertawa, mengeluarkan ekspresi antagonis sangat jahat di wajahnya.
"Baiklah, kalau begitu kau yang beritahu mereka. Aku tidak tega memberitahunya," Ucap Ken, mengangkat ke dua tangannya sambil menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan jika ia menyerah dan lepas tangan.
"Apa?! A-aku?"
"Iya! Kau kan ketua, jadi kau yang harus memberitahu" Ujar Ken menunjukkan jari telunjuk ke arah Isamu.
"Haruskah aku? Bagaimana, jika kau saja!" Isamu panik dan berusaha memindahkan beban hidupnya pada Ken.
"Tidak bisa! kaulah yang bertanggung jawab." Ujar Ken dengan marah, mengeluarkan ekspresi yang sangat menakutkan.
"Aku tidak pernah mau menjadi ketua. Tapi aku dipaksa untuk melakukan hal yang tidak aku inginkan." Ujar Isamu menggerutu, ia sambil mengeluarkan ponsel yang ada di dalam saku celananya.
Kemudian Isamu menelpon Chika, memberitahu lokasi untuk bertemu dan menjalankan misi besok.
[Tutt.. Tutt.. Tutt] Suara telepon yang tersambung.
[Hallo, siapa ini?] Suara Chika dari dalam telepon.
"Hallo.. Chika, ini aku Isamu" Isamu berbicara di telepon.
~
{di Apartemen Chika}
**Saat itu Chika sedang di kamarnya, ia baru saja selesai mandi dengan handuk yang masih terlilit di rambutnya..**
"Hey rupanya kau Isamu, ada apa?" Ucap Chika di telepon, perlahan sambil duduk di ranjangnya. Chika tidak menyangka jika Isamu yang menelponnya.
[Aku hanya ingin memberitahu, besok kita bertemu di Taman Kencana Distrik 5 pukul 09:00 pagi, untuk menjalankan misi] Ujar Isamu yang terdengar di telepon.
"Oh b-begitu.. b-baiklah, terimakasih sudah mengabariku" Ujar Chika gugup, mengepal-ngepal telapak tangannya di atas paha.
[Iya, sama-sama]
[ Tutt.. tutt.. tutt.. ] Suara telepon yang terputus.
"Yah, langsung di matikan ya? Huhu.. dia begitu sangat aneh, membuatku bingung" Ujar Chika merasa kecewa, karena Isamu langsung mematikan teleponnya.
{Kembali di Apartemen Isamu..}
"Sudah ku telepon. Kau puas sekarang?" Ujar Isamu kepada Ken, Isamu menaruh ponsel di saku celananya.
"Begitu baru ketua yang benar!" Ucap Ken menggoda Isamu.
Mereka berdua pun keluar dari dapur, Isamu mengajak Ken naik ke ruangan atas untuk main playstation di kamarnya agar bisa bersantai-santai.
Kemudian mereka memulai rencana yang ingin di lakukan oleh Ken, saat mereka di perjalanan pulang yang telah direncanakan oleh Ken.
Canda tawa tidak pernah terlepas dari mereka, walaupun sering kali Isamu terlihat diam dan dingin. Namun saat bersama Ken, Isamu merasa sedikit lebih leluasa dan lebih terbuka.
Tak terasa sudah tengah malam, Ken dan Isamu telah melakukan semua hal yang telah direncanakan oleh Ken, mereka pun juga mulai mengantuk. Isamu menyiapkan tempat tidur untuk Ken di samping ranjangnya. Saat itu Ken masih di kamar mandi sedang membersihkan diri dan sikat gigi sebelum tidur.
Tak lama kemudian, Ken keluar dari kamar mandi dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang telah disiapkan oleh Isamu.
"Aaah badanku terasa sangat lelah, hari ini sangat menyenangkan" Ujar Ken, menjatuhkan badannya dengan posisi terlentang menghadap ke langit-langit rumah di samping ranjang Isamu.
Saat itu Isamu naik ke ranjangnya secara perlahan, lalu perlahan ia menutupi badannya dengan selimut.
"Hey Isamu, kenapa Bibi tidak pulang malam ini? Apa kau yang memaksanya agar tidak pulang?" Tanya Ken, memiringkan badannya menghadap Isamu.
Isamu melihat ke arah langit-langit rumah dan memeluk selimut yang menyelimuti badannya.
"Tidak, aku tidak memintanya untuk tidak pulang.. Ia hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga ia selalu meninggalkanku" Ujar Isamu dengan nada bicara yang lemah lembut.
"Ada apa Isamu? Kau terlihat sangat depresi" Tanya Ken dengan perasaan yang sangat peduli.
Isamu menghela nafas. Lalu, ia menatap sekali ke wajah Ken, dan kembali menatap langit-langit rumah.
"Aku hanya merasa kesepian, sebelumnya aku adalah anak yang sangat ceria. Namun, setelah Ayahku meninggal di saat usiaku 5 tahun. Ibu menjadi sangat sibuk, selalu bekerja keras untuk menghidupiku. Bahkan tak pernah sempat bermain denganku. Sampai suatu ketika, aku masuk ke Sekolah Dasar, aku sedikit iri melihat anak-anak di Sekolahku saat itu. Karena, mereka selalu di dampingi orang tua mereka. Hanya aku yang selalu sendirian, tidak ada satu anak pun yang mau berteman denganku. Bahkan, orang tua dari mereka melarang mereka semua mendekatiku. Mereka semua bilang. Bahwa aku begitu malang, tak memiliki orang tua, dan anak yang tidak jelas identitasnya. Bahkan, ada yang mengejekku jika aku adalah anak yang di pungut" Ujar Isamu.
"Sangat kejamnya mereka!" Ujar Ken, Ken tersentuh dan merasa hatinya begitu terluka saat mendengar cerita masa lalu Isamu.
"Sejak saat itu, aku sangat depresi, dan aku tidak menyangka itu akan mempengaruhi diriku dan mengubah sifat, maupun sikapku. Terlebih lagi, aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi di hari-hariku pada Ibuku. Karena Ibu selalu saja sibuk di setiap harinya hingga detik ini. Lalu saat itu, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman sendirian, menghilangkan kesedihan dan kesepianku. Tapi, sialnya aku malah bertemu dengan anak-anak yang membully ku." Ujar Isamu, ekspresinya tersenyum kecil tapi sebenarnya ia merasa sangat sedih.
"Mereka berkata, aku adalah anak hilang, dan mereka berucap dengan kata-kata kejam yang lainnya. Lalu mereka mendorongku, hingga aku terjatuh dan melempari ku dengan sisa makanan mereka. Saat itu, aku merasa akan lebih baik jika aku mati saja. Aku mulai menyerah dan pasrah. Tiba-tiba kau datang entah dari mana, kau membelaku dan mengulurkan tangan untuk menarikku yang terjatuh. Saat itu, rasanya tidak hanya di bantu untukberdiri, aku merasa, seperti aku di tarik dari kehampaan dan rasa kesepian" Ujar Isamu memalingkan pandangannya kepada Ken.
"Hey jangan memandangku seperti itu! Caramu menatapku sangat menjijikan.. uweeeek!" Ujar Ken bertingkah seakan mau muntah.
Tetapi, sebenarnya Ken merasa sangat bahagia mengetahui anggapan Isamu kepada dirinya yang seakan seperti seorang malaikat.
"Walaupun kadang kau sangat menyebalkan dan sering mengejekku. Tapi kau tetap berada di sisiku dan mau menjadi temanku, setidaknya aku masih memiliki teman baik sepertimu di sisiku. Meskipun Ibu selalu saja tidak ada di sampingku" Ujar Isamu yang kembali memandang ke langit-langit rumah.
"Menurutku Bibi begitu menyayangimu, dia hanya tidak ingin masa depanmu dalam kesulitan. Makanya dia bekerja sangat keras, semua itu untukmu Isamu."
"Awalnya kupikir begitu, tapi lama-kelamaan aku tidak mengerti apa yang ia kerjakan. Kami sudah memiliki tabungan yang cukup banyak, dan bisa menghidupi kami selama 10tahun ke depan. Ia juga sudah memiliki rumah, yaitu Apartemen ini. Ayahku juga meninggalkan beberapa harta yang lumayan cukup untuk kami berdua. Lalu, apalagi yang ia kejar? Apakah baginya aku tidak lebih penting daripada harta yang selalu ia kejar?" Ujar Isamu.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamanya, menceritakan apa yang sebenarnya ku rasakan, menceritakan bagaimana hari-hariku. Tapi dia tidak ada, dia tak memiliki waktu" Ujar Isamu, meneteskan air mata.
"Apakah kau menangis? Untuk pertama kalinya aku melihat anak yang bodoh, pendiam, dingin dan antisosial sepertimu menangis.. hahaha" Ujar Ken mencoba menghibur, Isamu memalingkan pandangannya kepada Ken. Lalu, Isamu ikut tersenyum.
"Hey dengar, kau masih memiliki aku, kapan pun kau ingin bercerita. Maka, ceritakan padaku. Aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu. Aku tak akan membiarkanmu sendirian lagi Isamu.. aku akan berada di sampingmu setiap waktu dan selamanya" Ujar Ken, Ken menatap wajah Isamu dengan perasaan yang tulus.
"Baiklah, terimakasih karena kau telah jujur padaku tentang apa yang kau rasakan. Aku merasa sangat senang, karena kau bisa lebih terbuka padaku.. Sekarang lebih baik kita tidur, besok kita akan menjalankan misi terakhir dari kegiatan MOS. Setelah itu cerita baru akan dimulai" Ujar Ken menatap ke langit-langit rumah.
"Baiklah" Ucap Isamu memandangi wajah Ken dari samping.
(Ken.. Terimakasih banyak) Ujar Isamu dalam hati, menatap ke wajah Ken.
Kemudian setelah itu, mereka pun tidur...
Bersambung...