Rintik rintik hujan turun membasahi seluruh isi bumi. Menciptakan suara dentingan seng yang cukup berisik. Udara seketika menjadi sejuk siang ini. Awan yang tebal serta berwarna gelap mendung membuat sinar matahari tak bisa menyinari saat ini.
Di jalanan sepi ada tiga anak gadis berpakaian anggun berlarian di bawah rintikan hujan. Mereka tersenyum lebar, sehingga gigi putih terlihat di pandangan mata, lesung pipi yang terlihat membuat wajah menjadi manis. Berlarian sambil loncat loncat kegirangan.
Hujan tak menjadi halangan bagi mereka. Ketiganya berpencar berjalan menghampiri pintu pintu rumah yang masih tertutup rapat. Mereka mengetuk pintu sambil memanggil manggil agar pemilik rumah keluar.
Kemudian pintu terbuka secara bergilir, dengan lambaian tangan mereka mengajak untuk bergabung. Semua anak remaja keluar tanpa menggunakan payung. Sedikit demi sedikit baju mereka basah. Sejuknya air tak lagi mereka hiraukan.
"Heiii ayo!" Ajak anak perempuan pada semua teman temannya.
Mereka berlari lari, terus menghampiri dan mengetuk pintu rumah orang satu persatu. Dan jadilah banyak anak remaja ikut bergabung. Mereka terus mengulangi sampai pada rumah terakhir terlihat sedikit minimalis bercat hijau.
Satu anak perempuan mengetuk pintu, sedangkan yang lain menunggu di depan teras.
Tok...tok..tok...
....
Di dalam rumah...
Satu anak remaja wanita berbaring sambil membaca buku. Ia tersenyum setelah mendengar suara ketukan pintu. Buku yang dibaca langsung ia lempar sembarangan, setelah itu ia keluar kamar.
Baru saja membuka pintu kamar, sudah ada wajah wanita paruh baya yang ternyata itu adalah ibunya. Si Ibu berdecak, dengan kedua tangan berada di pinggang menghadang jalan untuk sang anak. Ia melihat anaknya dengan mata melotot dan ekspresi wajah marah.
"Kau mau kemana?" Tanya ibunya dengan sangat tegas.
"Aku mau membuka pintu." Jawab sang anak sambil tersenyum menyembunyikan sesuatu.
Setelah menjawab pertanyaan ibunya, ia langsung pergi berlarian menuju pintu depan.
"Ibu tidak mengijinkan mu untuk keluar." Jeritan keras terdengar di seluruh bagian rumah.
Tapi sang anak tak memperdulikan nya, ia terus berlari sampai akhirnya ia berhasil membuka pintu.
Ia membalas senyuman teman yang berada di depannya.
"Cepat Erma! Kalau tidak hujannya akan berhenti." Ajak temannya.
Anak remaja itu mengangguk, ketika kaki kanan melangkah keluar rumah. Anak itu langsung merasakan tarikan pada rambut panjang yang terkepang rapi. Membuat dirinya berhenti seketika. Ia membalik badan, "ah ibu..." Keluhnya tak takut melihat wajah sang ibu sudah kesal.
"Ibu sudah bilang, ibu tidak mengizinkan mu keluar!" Pertegas sang ibu sekali lagi.
Segerombolan anak remaja yang berada di luar rumah langsung berlari saat mengetahui ada sang ibu dari temannya.
"Ayolah ibu, Erma mau main." Ucap anak ibu dengan mata membesar berbinar-binar mengharapakan agar bisa mendapat izin.
"Tidak!" Sambil menggeleng sang ibu kembali menarik rambut anaknya.
Anak remaja itu tersenyum, karena tarikan di rambutnya bisa ia cegah. "Boleh ya? Sekali ini saja!" Bujuknya dengan wajah memelas.
Sang ibu yang tak tahan pun, akhirnya melepaskan rambut sang anak. Anak remaja itu mencium pipi ibunya lalu berlari menerobos hujan hanya untuk menyusul teman temannya.
Sang ibu menggeleng-geleng tak kuat dengan sikap sang anak.
....
Sekitar 20 anak remaja perempuan mandi hujan. Baju serta rok yang mereka kenakan menjadi basah. Hujan semakin lebat dengan tiupan angin mendayu dayu menerpa kulit mereka. Suhu yang dingin masuk kedalam pori pori hingga menusuk tulang. Tapi mereka tetap saja tak peduli, seakan menjadi domba yang terlepas dari kandang.
Berlarian saling kejar-kejaran menuju tempat favorit untuk bermain yaitu lapangan luas. Di lapangan itu terdapat beberapa pohon disertai ayunan tergantung di ranting yang kuat. Beberapa anak ada yang menaiki ayunan, ada juga bermain genangan air sambil mencipratkan air pada teman di sampingnya, dan ada yang menari bahagia.
"Hei ayo kemari!" Ajak anak remaja yang memakai baju dan rok berwarna coklat tua bercampur merah.
Semua temannya pun berkumpul dan ada beberapa yang tetap bermain ayunan. Setelah berkumpul, anak remaja yang memanggil teman-temannya langsung loncat kegenangan air. Membuat cipratan air yang sangat tinggi hingga mengenai beberapa temannya. Ada yang langsung menutup wajah mereka, ada yang langsung menghindar dari cipratan air.
"Hahahaha...." Tawanya sangat kuat karena puas berhasil mengerjai teman-temannya.
"Erma!" Teriak salah satu dari anak yang terkena cipratan air.
"Sini kau!"
Mereka langsung mengejar anak remaja yang sudah berbuat ulah. Anak itu bernama Ermawaty. Erma tertawa, mengangkat roknya sebatas betis agar ia bisa berlari tanpa hambatan.
Berlari dengan kencang menghindari amukan temannya. Pada saat mencari jalan untuk lolos, Erma malah di hadang membuat dirinya memilih jalan lain. Yang akhirnya ia masih di hadang oleh anak yang bermain ayunan. Erma tak menyerah ia kan punya seribu akal. Erma langsung mendorong ayunan itu dengan kuat lalu berlari lagi. Anak yang berada di ayunan tertawa lepas karena menerima dorongan dari Erma. Ayunan yang di naiki pun berputar putar.
Anak anak yang mengejar Erma, memilih berpencar agar bisa menangkap Erma si pembuat ulah. Sampai lah beberapa waktu kemudian Erma berhasil di tangkap.
"Kena kau."
Mereka langsung mengelitiki pinggang Erma.
"Hahaha...ampun..ampun...ya tuhan ini geli sekali." Erma tak bisa menahan geli itu, teman temannya tetap saja mengelitiki tubuh Erma.
Sampai sang pelaku tumbang, terduduk di rerumputan yang basah. Mereka tertawa bersama melepas kebahagiaan saat ini yang tak akan terulang kembali.
....