Entah kenapa semua orang ikut-ikutan memanggilku dengan nama Jo.
Padahal nama asliku adalah Syahir Zafran Aryasatya. Aneh bukan? antara nama panggilan dan nama asliku saja berbeda jauh. Hanya ada dua orang di dunia ini selain guru di sekolahku yang memanggilku dengan nama asli dan tentu saja kedua orang itu adalah ayah dan ibuku.
Aku mendapat panggilan itu karena sejak kecil teman-temanku memanggilku seperti itu, jadilah sekarang aku dipanggil seperti itu hingga aku menjadi terbiasa sekarang.
Sudah 17 tahun sejak aku terlahir di dunia ini. Dan baru kali ini aku mengalami kejadian yang sangat aneh sekaligus menyeramkan di sekolahku. Ini bukanlah kejadian biasa karena ini menyangkut dengan kematian beberapa orang.
***
#3 Mei 2017
Hari dimana aku mendengar dan mengetahui kabar itu terjadi adalah seminggu sebelum hari ini, tepatnya hari senin. Pagi itu aku tidak memiliki firasat buruk tentang apapun, bisa dibilang hanya perasaan biasa seperti hari-hari sebelumnya.
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 06:30. Dan aku baru mulai mengeluarkan motorku dari garasi. Setelah aku mengeluarkannya, aku sengaja menyalakan motorku agar mesinnya panas sambil menutup gerbang depan rumahku.
Setelah itu barulah aku mulai berangkat menuju ke sekolah seperti pelajar pada umumnya ketika pagi hari. Jalanan yang kulihat dan kulewati sedari tadi kebanyakan sudah dipenuhi oleh para pengedara motor, karena volume mereka lebih banyak ketimbang mobil di kotaku. Hal seperti ini menurutku sudah biasa bagiku terjadi dimana-mana.
Akhirnya setelah menempuh waktu lima belas menit. Aku sudah dapat melihat dengan jelas sebuah papan nama sekolah bertuliskan SMA Cakrawala. Sebuah Sekolah Menengah Atas yang terletak di sebuah kota kecil yang berada di Propivinsi Jawa Timur, yang bernama Kota Madiun.
Sejak aku melewati gerbang sekolah, semua orang entah kenapa terlihat panik hari ini. Sudah tercetak jelas di wajah mereka. Antara wajah takut dan terkejut lah yang kebanyakan kulihat pagi itu. Dan kulihat, beberapa polisi sedang memasang garis kuning di kelas Ipa 11-1, tanda untuk orang biasa tidak boleh lewat selain yang berwenang.
Ipa 11-1 itu adalah kelasku!
Handphoneku waktu itu membunyikan sebuah notifikasi bersamaan dengan belasan petugas medis lengkap dengan seragam dan peralatanya berlarian dari arah belakangku sambil membawa tandu, bahkan salah satu dari mereka sempat tidak sengaja untuk menyenggolku waktu itu dan untungnya aku tidak terjatuh.
Aku ingin bertanya dengan mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi tidak sempat karena mereka sudah terlalu jauh dan motorku belum kuparkir. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk memarkirkan motorku ini karena aku sedang penasaran dengan yang terjadi.
Ketika aku melihat ada dua orang lewat dengan wajah ketakutan, langsung saja aku mendekati mereka yang merupakan para siswi yang kukenali sebagai adik kelasku . Meskipun aku tidak mengenal mereka tapi aku akan bertanya kepadanya.
"Hei, kau tidak apa?" tanyaku waktu itu sambil melihat salah satu dari mereka wajahnya yang pucat sedangkan yang satunya hanya bisa pasrah dengan keadaan temannya.
"Biarkan saja dia kak, dia masih shock" balas yang satunya.
"Shock? sebenarnya apa yang sedang terjadi di kelasku? polisi memasang garis kuning dan ada banyak petugas medis berlarian." jawabku.
" A a ada kasus pembunuhan kak?" balasnya dengan getir.
"Hah?? kau becanda?" ucapku kaget.
"Tidak, lebih baik kakak jangan kesana" balasnya mengingatkanku.
Bagaikan tersambar petir, aku sangat terkejut ketika mendengar ada kasus pembunuhan di kelasku. Aku tidak tahu mau bilang apa, tetapi kakiku bergerak sendiri untuk menuju arah kelasku. Sedangkan adik kelas yang kuajak berbicara tadi tidak mendapat mencegahku karena temannya masih shock saat ini.
Selain aku, kulihat masih banyak orang yang mengerumuni di dekat garis kuning. Mereka menganggap ini adalah tontonan bagi mereka. Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain mendekati kelasku meskipun tidak bisa terlalu dekat. Gorden dan pintu kelasku sengaja ditutup agar orang yang berada di luar tidak bisa melihat yang terjadi di dalam.
Dan setelah 10 menit aku berada disitu, hingga akhirnya aku melihat ada dua kantong mayat yang dibawa petugas medis keluar ruangan dengan dibobopong memakai tandu.
Disaat-saat seperti itu masih saja ada yang berkomentar seperti ini diantara kerumunan yang ada di dekatku :
"Kasihan sekali Widya dan Eka. Kudengar mereka dibunuh dengan sadis pagi ini. Tubuh mereka berdua penuh lebam dan luka tusukan hingga mereka mati.."
"Siapapun pelakunya, dia masih berkeliaran saat ini" balasnya menanggapi komentar tadi.
Keterkejutanku semakin menambah setelah mengetahui komentar secara spontan tadi. Aku tidak menyangka jika yang menjadi korban kasus pembunuhan pagi ini adalah Eka dan Widya. Karena menurutku sifat mereka berdua itu masing-masing sangatlah terbalik, dan mereka juga tidak akrab ketika berada di kelas.
Sepengetahuanku, Eka itu orangnya sangat pendiam sekali di kelas. Dia hanya berbicara jika diperlukan, selebihnya dia hanya diam saja. Dan dibalik sikapnya itu sebenarnya dia termasuk golongan pintar di kelasku, karena ketika semester satu dia sudah mendapatkan posisi lima besar di kelas.
Sedangkan Widya itu adalah kebalikannya. Dia adalah tipe cewek yang sama sekali ga bisa diam kecuali ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Hobinya setiap hari hanyalah berdandan dan berhura-hura bersama teman-temannya.
Dan yang jadi pertanyaannya, bagaimana mereka bisa menjadi korban di lokasi dan waktu yang sama?
Untuk sekarang, aku masih belum bisa menemukan jawaban pertanyaan itu.
***
Setelah kedua mayat tadi dibawa keluar, situasi semakin ramai karena kedua orang tua korban mendatangi sekolah untuk melihat kondisi jasad anaknya saat itu. Mereka datang tepat setelah mayat di keluarkan dari kelas menggunakan tandu.
Tentu saja, mereka sangat sedih bahkan sebelum melihat wajah anak mereka yang berada di dalam kantong dibuka. Kondisi sekolah saat ini pun masih susah untuk dikendalikan. Jadi terpaksa untuk hari ini kami dipulangkan lebih awal agar kasus ini dapat diselidiki lebih lanjut.
Saat itu aku masih belum pulang, ketika kami dipaksa pihak sekolah untuk pulang. Dan aku melihat banyak dari teman-teman yang satu kelas denganku mendadak berkumpul di dekat gerbang sambil memegang handphone mereka masing-masing. Sepertinya mereka sedang berdebat tentang sesuatu, terlihat dari tingkah mereka ketika berbicara.
"Ada apa nih? kayaknya serius?" tanyaku bertubi-tubi setelah mendekati mereka.
"Kamu belum mengecek hape dari tadi?" jawab seorang temanku yang bernama Karina.
"Belum, kenapa sih?"ucapku bingung.
"Coba cek sekarang" jawabnya singkat.
Sebenarnya saat itu aku malas untuk memeriksa hapeku, tapi kulakukan saja lah. Ketika aku memeriksa notifikasi yang ada di hapeku yang kebanyakan hanyalah notifikasi dari game dan sampah memori saja, ada notifikasi singkat tertulis di sebuah pesan broadcast dari seorang temanku yang bertuliskan alamat sebuah link suatu web. Dia bilang jika video yang ada disitu sangatlah penting hari ini.
Kukira pesan itu hanyalah spam, tapi sepertinya yang ini terasa berbeda. Jadi aku mengklik link itu hingga muncullah sebuah video yang siap menunggu untuk diputar.